Diva pulang naik gojek, abangnya alesan nggak mau jemput, Diva kan jadi kesel, mana nggak ada tumpangan buat dia, katanya takut kena masalah sama si Diva. Ya Tuhan, Diva nggak galak kok, demi apapun, tapi ya kalau mengusik jangan harap bisa hidup penuh dengan kedamaian.
"ABANGG... GIMANA SIH, KOK NGGAK JEMPUT GUE SAT! GUE SENDIRIAN TAU SAMPE LUMUTAN, MANA BADAN GUE BAU TELUR BUSUK. ANYING!" teriak Diva setelah membuka pintu rumah. Persetan dengan pembantu rumah tangga yang udah geleng – geleng kepala.
Deva keluar dengan muka bangsatnya. "Teriak mulu njing! Lo kira ini hutan apa?!"
"ANJING ANJING. MATA LO SOAK? KENAPA NGGAK ADA YANG JEMPUT GUE!!" kesal Diva mencak – mencak.
"Gue sibuk.."
"Sibuk apa!"
"Tidur.." dengan polosnya Deva berkata sambil cengengesan dan dilengkapi dengan boxer dan perutnya yang kotak – kotak nggak pake baju.
"Sialan babi!" teriak Diva tak terima.
"Ada apa sih ribut mulu Dip.." ucap Bagas. Diva bingung, kenapa kedua kakaknya ada dirumah?
"Lo pada kenapa dirumah?" kata Diva polos.
"Gue masuk pagi." singkat Bagas.
"Gue lagi mager.." ucap Deva.
"Kalo kalian masuk pagi, dan lagi mager. Kenapa nggak jemput gue?!" Diva masih teriak tak terima. Masalahnya, Diva udah nunggu sampe jam 5 sore buat nunggu kabar Abangnya, tapi Abangnya off nggak tahu kemana.
Mereka bilang, jangan pulang dulu sebelum abang jemput, daripada kena omelan dan penggalan, ya mending nunggu chat mereka dong bisa jemput atau enggak. Eh jebulnya malah kaya gini, yaudah Diva mutusin buat naik gojek.
Kedua abangnya saling bertatapan, menggeleng, dan melotot.
"Jadwal elo Dev.."
"Kok..gue?"
"Kan ini emang jadwal elo?" ujar Bagas kesal akan sikap kakak laknatnya ini.
"..lah, kan yang anter elo. Otomatis yang jemput ya elo dong?"
Tiba – tiba..
"SPADAAAA. Cogan pulang heuuu!!" itu dia. Itu suara Rafi.
Rafi berhenti di samping Diva, ikut melihat Bagas dan Deva seperti yang dilakukan oleh Diva. "Ada apa nih?"
Diva cemberut, bahkan penampilannya sudah acak – acakan. "TAUK! SEBEL GUE!" dan melengang pergi ke kamar.
Ketiga abangnya ribut sendiri gara – gara si Diva marah, sebab, kalau singa marah, ngebujuknya bisa se-abad.
"Kok bisa gini sih? Kalian ngapain Dipa kok bisa sampe marah?" tanya Rafi pada abangnya dan adiknya.
Mereka lagi kumpul di kamar Bagas, nggak lucu dong kalau di ruang tamu, bisa – bisa ketahuan sama Diva. Ya Tuhan.
"Dia nggak mau jemput Dipa bang.." kata Bagas sambil menatap Deva.
Deva melotot tajam. "Kan elu yang anter Gas.."
"Tapi kan ya seenggaknya lo sadar diri. Ini jadwal elo bang.."
"..yaudah gue salah, gue minta maaf.." kata Deva santai dan tiduran di kamar Bagas.
Rafi geleng – geleng, selama nggak ada dirinya dirumah, pasti ribut masalah antar jemput Diva. Ya, memang ada jadwal khusus untuk antar jemput Diva, udah di atur sesuai jadwal kuliah masing – masing, yang kuliahnya selesai cepet ya dia bakal jemput Diva. Mengapa mereka tak membiarkan Diva pergi sendiri? Alasannya adalah, Diva masih bocah, dan Diva masih belum cukup umur untuk keluar sendirian. Karena acara perkumpulan mahasiswa jurusannya, membuat Rafi meninggalkan rumah secara dadakan, ini salahnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...