HAPPY READING KAWAN - KAWAN. MAAFKAN TYPO DAN ALUR GA JELAS YA. SEMOGA SUKA:*
CERITANYA NGAWUR, TAPI MASIH MAU BACA? SILAHKAN SCROLL AJA SEPUASNYA.
***
"Bang," kata Diva menuju meja makannya kemudian terkejut akan kehadiran Zaidan yang sudah siap akan keberangkatannya bersama Diva.
"Lah? Kok ada elo si? Gueee, nggak lagi ngigo kan?" katanya sambil mengucek mata memastikan benarkah itu Zaidan atau bukan.
"Drama lagi lo ah, cepet sarapan, keburu telat ntar. Lo nggak tahu? Seberapa lamanya Zaidan nungguin lo keluar kamar? Lagian lo ngapain aja sih?" curhat Rafi yang membuatnya gemas akan kelakuan Diva.
"Ihhh gue lagi gue lagi, yaudah cepet berangkat!"
"Heh, lo belum sarapan, main berangkat!" ketus Bagas mengingatkan.
"Bodoamat udeh telat! Cepet Dan! Lelet amat, mau gue gampar lo?" ketus Diva dan Zaidan hanya meringis karena ulah cewek bar - bar itu.
Lalu Diva cepat - cepat keluar rumah sebelum para abangnya meneriakkinya dengan hebat, tuhkan ada aja kelakuan musyrik tiap pagi.
"Cepet! Ngebut!" ujar Diva sambil naik ke motor Zaidan. Dan anehnya, cowok itu menuruti apa kata Diva.
Apa yang terjadi, Diva keliyengan seusai turun dari motor Zaidan, bocah yang mengendarainya sungguh benar - benar kencang, nggak perduli nyawa di belakangnya. Diva kira Zaidan bakal berbalik akan perkataannya, yang memelankan motor karena di belakangnya ada Diva, namun kebalik, justru perkataan Diva di laksanakan oleh Zaidan. Bener - bener nggak punya hati.
"Eh, lo nggapapa?" Zaidan mencoba memegang pundak Diva, lalu membenarkan rambutnya yang berantakan.
"Ih, apaan sih, gausah pegang - pegang, bukan muhrim!"
Zaidan terkekeh kecil, "Kayaknya gue emang harus bilang ke bokap lo buat ngehalalin lo, ngebet banget ya? Pengen gue halalin?"
"Bacot beruang!" Diva pergi meninggalkan Zaidan yang meringis malu.
"Div, tunggu,"
"Ogah banget nunggu bocah kayak lo,"
Hening, Diva tak lagi mendengar suara Zaidan yang meneriakkinya kembali, biasanya cowok itu selalu mencari cara agar mendapat sedikit perhatian dari Diva, namun tiba - tiba cowok itu sudah hilang ketika Diva menegok ke belakang.
"Lah bodoamat, dia ilang juga gue alhamdulillah wa syukurilah"
Diva melihat Egi sudah duduk sambil menonton MV, sudah biasa ia melihat cewek satu ini menonton video oppa yang menurut Diva itu penting tapi ga penting - penting juga sih. Perlu kalian ketahui, harus malah, Egi itu jarang buat jajan, bukan jarang lagi, malah gak pernah, karena faktor yang pertama emang dia nggak suka jajan diluar dan yang kedua duitnya di simpan buat beli kuota bergiga - giga. Asal kalian tahu juga, Egi sering menghabiskan kuota 4gb dalam sehari hanya untuk membuka youtube dan menonton video para eonni-nya juga oppa-nya. Diva sampe geleng - geleng ketika Egi lebih mementingkan para cewek cowok itu daripada sahabatnya sendiri, Diva.
Dan Diva ngerasa kalau Egi itu bener - bener k-popers sejati, gimana enggak? Sehari nggak nonton mereka tuh kata Egi bagaikan Diva hidup tanpa Egi, pasti nggak bakalan bisa. Emang, lebay banget Egi, tapi gimanapun juga, Egi tetep menjadi teman Diva yang paling sejati. Walau kadang oon dadakan tapi sebenarnya dia itu pinter kok, cuma gak di tunjukin aja, toh buat apa, mending juga di simpen, tar kalau dia udah kerja dan sukses, katanya dia mau bawa Diva ke Koriya buat nonton konser. Wegesseleeee, baik bener kan ya Egi. Mau punya temen kayak dia? Cari dong, heheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...