ADIVA 26

1K 44 2
                                    

MAAFKAN TYPO DAN ALUR RIBET PFFT.

SELAMAT MEMBACA PARA SILENT READERS, SEMOGA HARI-HARI KALIAN MENYENANGKAN <3

***

Diva memutuskan untuk pergi dengan Zaidan, cowok itu masih saja memaksa dirinya agar mampu bertatap muka, percuma saja kini Diva menolak tetapi Zaidan terus saja menyeretnya ke zona nyaman. Beginilah, Diva terdiam di sebuah mall, begitu juga dengan Zaidan yang sedang asik bermain timezone. Diva akui, cowok ini terus berusaha memperbaiki hubungan, dan sampai sekarang Diva tahu bahwa Zaidan masih tidak tahu alasan mengapa dirinya menjauhinya.

Dengan setelan t-shirt putih dan jeans, ditambah lagi rambutnya yang di gelung ke atas menambah kesan simple bagi Diva, lagi-lagi Zaidan tidak menyangka bahwa cewek beringas itu mempunyai style yang bagus. Tetapi bukan itu sekarang, Zaidan mengajak Diva keluar tujuannya adalah mencari tahu mengapa akhir-akhir ini hubungannya sedikit renggang.

Pict anggap saja Diva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pict anggap saja Diva. By:WHI.

Akhirnya Zaidan memutuskan untuk mengajak Diva berbicara di dalam timezone, perlu ekstra full volume karena banyak teriakan anak-anak sedang bermain.

"Div, ngapain lo ngelamun disitu? Sini, temenin gue.." ujar Zaidan sedikit berteriak sambil memasukkan kembali bola basket itu ke ring.

Diva mengembuskan napas pelan, lalu berjalan menuju cowok itu. "Apa?"

"Temenin gue sini, coba deh, ini asik.." katanya dengan senyum bangga karena berhasil memasukkan bola basket semuanya.

Diva menggeleng, "Nggak mau, lo puasin saja mainnya.."

"Sini, coba dulu, gue ajarin.." sembari menarik tangan Diva dan sekarang posisi gadis itu di depan Zaidan.

Tiba-tiba jantungnya berhenti berdegup, melainkan persiapan agar berdegup lebih kencang lagi. Gawat, ini posisi tidak menarik sama sekali, ia butuh oksigen sekarang juga. Apalagi napas Zaidan yang menyapu anak rambut Diva yang terjuntai ke bawah, cewek beringas itu merasa geli dan sedikit merinding. Sekarang Zaidan mengambil kedua tangan Diva, kemudian mengangkatnya ke atas dengan membawa bola basket guna di masukkan ke ring itu, tangan Zaidan hangat, mengingat hawa di timezone lumayan dingin dan tidak bersahabat. Berasa dipeluk dari belakang, namun, pikiran itu segera Diva enyahkan.

Inget. Lo bukan siapa-siapa.

"Nah, bisa kan?" kata Zaidan tiba-tiba tanpa ada perasaan aneh sedikitpun, Diva terkaget.

"E—eh, hm, iya.." ujar Diva mencoba menetralkan perasaannya. Tapi gagal, atmosfer Zaidan lebih mendominasi keadaan.

"Coba masukin lagi," tangan Zaidan masih membimbing Diva, bola kedua berhasil masuk.

Tak terasa, Diva tersenyum, entah itu merasa bangga karena bolanya masuk atau perilaku Zaidan yang terasa hangat.

"Coba lo masukin sendiri,"

ADIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang