SELAMAT MEMBACA —
***
"Gue nggak napsu makan," gertak Diva emosi karena sedari tadi Zaidan memaksanya untuk menelan siomay berbumbu kacang ini, kalau sudah begini pasti Egi yang menabok Diva dengan handphone kesayangannya.
"Lo belum makan daritadi Div, nurut kek sama gue.." sedangkan Zaidan hanya bisa mengelus dada menghadapi tingkah bocah yang di depannya saat ini, menggemaskan namun seringkali liar tak karuan.
"Gue nggak laper, nggak napsu, nggak pengen, nggak doyan"
"MAKAN ATAU GUE SUAPIN LO PAKAI MULUT GUE?!" Zaidan menekankan setiap kata dari ucapannya, membuat Diva terperangah malu.
"Anj,"
"Ngomong kasar gue peluk!"
"IH, KESEL GUEEEEE. MESUM BANGET LO JADI COWOK!" yang ia katakan belum sepenuhnya keluar, sejujurnya masih banyak sumpah serapah dalam hati yang ingin Diva lontarkan, namun keadaan sungguh membuat cewek itu tersiksa.
Tepatnya, siksaan batin.
"Kalo ga gini juga lo ga bakal nurut," senyum Zaidan ketika melihat Diva menyantap siomay itu dengan ogah - ogahan.
"Ser..ah.." pipinya mengembang tatkala siomay keempat masuk kedalam mulut Diva.
"Pelan - pelan dong pacar,"
Diva melilik hebat, "Pacar lo kata? Pacar dari Hongkong?! Gue gampar lo ya..."
"Dih, ampun, canda doang kali..."
Tatapan yang diberikan Diva kepada Zaidan kini berubah menjadi lebih ganas lagi karena cowok itu sudah memaksanya memakan siomay yang menurut Diva itu eneg banget, Diva memang lagi nggak kepengen makan namun Zaidan terus membujuknya agar kumpulan siomay itu masuk ke dalam mulut Diva. Susah memang, jika mempunyai perempuan yang bawel dan beringas, bawaannya pengen nggetok pake palu mulu.
Dan disinilah mereka berada, dikantin ketika jam kosong melanda, ketika saat itu juga Diva di geret oleh makhluk menyeramkan satu ini, lalu menawarkan sembarang menu agar Diva mau sarapan. Zaidan harus kuat menanggapi cewek singa yang satu ini, yang galaknya ngalahin Nehir.
Btw, Nehir lagi nggak masuk. Diva senang karena lagi - lagi ia belum membuat pekerjaan rumahnya, berbeda dengan Zaidan yang selalu rajin menggarap kumpulan rumus dan tulisan itu. Rencananya, Zaidan terus memoroti otak Diva agar perempuan itu lebih sedikit kalem dan taat akan aturan sekolah. Bahkan, Zaidan percaya bahwa Diva memang bukan cewek tulen.
"Lo pegang akun Instagram gue mau?" tanya Zaidan membuat Diva mengernyitkan dahinya, sebab, takutnya jika nanti banyak cecan nge-DM dia. Bisa bikin Diva cemburu.
"Buat apa?" katanya sambil mengelap mulutnya dengan tangan, Zaidan melihat pemandangan itu dengan tatapan jijik, bagaimana bisa mamanya menjodohkan dirinya dengan cewek singa ini?
"Lo pegang aja, biar lo percaya sama gue.."
"Nggak mau ah, ntar pala gue di sleding sama cabe sekolah lagi,"
"Justru itu, gue rasa lo mampu menangani cabe - cabe itu.." kekeh Zaidan menatap lembut Diva.
"HEH, main natap sembarangan! Mau gue colok?" tantang Diva penuh penekanan membuat cowok itu memundurkan kepalanya takut - takut.
Benar - benar menyeramkan.
"Pokoknya, gue nggak mau.." lanjutnya.
"Hng, bukannya diluar sana kalau cewek sama cowok pacaran tuh, mereka saling tuker sosmed ya?" kata Zaidan heran sambil membuka layar handphonenya, memperlihatkan lockscreen hitam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...