Diva sudah mengirim spam pesan lewat DM untuk Dafa, sampai sekarang belum terjawab juga, ia harus bisa mengirim cowok ganteng bak Dewa itu ke rumahnya untuk bertemu tiga lelaki jahanam. Para abangnya mendesak agar terus mengirimkan pesan, Deva masih menetap dikamar Diva, Rafi tidak jadi berangkat dengan alasan menggendong tas berat itu yang diduga berisikan barang-barang tidak penting seperti halnya Dompet, Stick PS, Powerbank, Headset, dan satu lagi jangan sampai lupa yaitu pomadenya dengan bersusah payah. Bagas hendak pergi untuk menemui teman kampusnya yang hari ini sudah janjian, tapi sebelum itu sempat terjadi pedebatan sengit di antara mereka.
"Jadi, lo lebih mentingin anak kutu dombret itu daripada adik lo?" Deva ngegas dengan duduk menyila di depan Bagas.
Rafi menganguk, dengan duduk di sofa samping ranjang Diva. "Iyanih Gas,"
"Bukan kutu dombret! Tapi gue tuh udah janjian mau pergi buat referensi buku-buku di perpustakaan kota."
Ya hari ini adalah hari longgar bagi Bagas, ia harus mencari beberapa buku tebal beserta isinya yang Diva duga itu adalah tulisan-tulisan latin Romawi, yang membuat kepalanya pusing tidak karuan hanya sekedar membaca judulnya.
"Yaud—"
"Bang Gas pergi aja! Gakpapa, Diva udah baikan kok" ujar Diva tersenyum dibalik selimut tebalnya.
Bagas berbinar senang tentunya. "Ahh—"
"Hah?!" ujar keduanya serempak ketika Diva memperbolehkan Bagas pergi.
"Udah, santai aja abang, biar Bang Dev sama Rafi yang jagain Diva.."
"Dipa! Nggak bisa gitu dong! Ya masa kamu biarin curut ini pergi seenak udel?"
"Abang Raf jangan lebay deh, orang juga penting. Kan Bang Gas?" Bagas mengangguk setuju sambil mengacungkan jempol dan mencium sekilas jidat adiknya.
Plak.
"Apaan sih Raf! Jauhin tangan busuk lo dari kepala gue!" Rafi menghantam Bagas, tepatnya menoyor, bisa-bisanya ia kalah start dengan adiknya itu untuk mencium Diva.
"Nyosor ae lo bocah!"
"Biarin, orang adek gue juga.." Diva terkekeh pelan ketika Bagas ingin menambah satu kecupan lagi.
Spontan Deva menabok mulut Bagas kencang, alhasil Diva yang memekik kesakitan. "Dev, lo juga apaan sih?! Lo kira bibir gue ada gantinya, hah?!"
"Tiada cipok-cipokkan untukmu, pergi aja sana! Gak usah balik, jangan harap pintu rumah terbuka untuk lo!"
Diva mendelik, baru tau sifat Deva yang over protektif, ia juga baru menyadari abang tertuanya itu memiliki sifat yang mengerikan selain tontonannya juga mengerikan. Bagas mendengus kesal, ingin berkata lagi tetapi adik kecilnya membela sang abang ketiga, mencoba menahan semua terjangan yang terjadi.
"Pergi aja Bang Gas, nanti Diva yang bukain pintu rumah.."
Untuk ketiga kalinya Deva dan Rafi dibuat terkejut hebat, entah apa yang terjadi dengan otak Diva akhir-akhir ini.
"Dipa! Kenapa kamu belain kutu dombret satu ini!"
"Ih Bang Raf, bacotnya di kondisikan dong ya gusti!"
"Ya habis—"
"Udah stop!"
Ting..
DafaalZair : Maksud—lo apa Ariana?
"DIA MANGGIL LO ARIANA?! MAKSUD-NYA APA?!" Bagas memekik kencang membuat kedua abangnya menabok barengan. Diva mendesah, Tuhan...
"Diem dulu! Nanti di jelasin!" lantas ketiga cowok itu diam dan menurut sambil melihat Diva yang mengetikkan sesuatu di ponsel Rafi dengan akun Instagram miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...