Diva masih terlelap dengan baju tidurnya, baju tidur yang ia bawa dari rumah memang yang ternyaman sepanjang masa. Dengan gambar doraemon ia mengusik bantal dan mencoba meraba sekelilingnya. Tidak, ia bukan mencari keberadaan Zaidan. Namun, ia mencari handphone-nya dan mencoba melihat pukul berapa sekarang.
Matanya membelalak kemudian berteriak dalam hati. "AELAH GUE LUPA KALO UDAH MERIT. JADI LUPA KAN KALO UDAH GA JOMBLIS LAGI"
Ia melihat sekeliling tempat tidur barunya, nggak nyaman banget, batinnya dalam hati. Kasur yang tidak begitu besar namun mampu menampung beberapa orang bikin dia bergidik ngeri. Lalu terdapat meja belajar berukuran sedang, lemari pakaian besar berwarna putih dan kamar mandi dalam. Itu sudah cukup mewah, lagipula didalam sini juga terdapat TV dengan inch besar. Lumayan, buat nonton drakor.
Tadi malam. Acara selesai digelar dengan sempurna, mama papanya juga balik ke rumah masih-masing, begitu juga dengan ketiga abangnya yang ia sayangi sampai tujuh turunan. Zaidan membeli Apartemen ini dengan isi dua kamar, satu untuk dirinya dan tentu satu lagi untuk Zaidan. Besar sih, pasti ia tahu berapa besar nominal rupiah yang Zaidan keluarkan demi tempat tinggal ini.
Untuk mencegah adegan tidak senonoh, ia berpisah kamar dan tentunya ruangannya cukup berjarak. Kunci kamar dibawa masing-masing oleh penghuni. Jadi kalau lo mau ngapa-ngapain harus kunci kamar dulu, biar dia gabisa masuk.
Kalau kaya gini terus, bisa Diva pastikan ia mati kebosanan. Ia rindu dengan bacotan abangnya, baru juga sehari ujian kaya gini, eh udah nggak kuat aja. Btw, sebentar lagi Diva akan lulus di umur yang ke 17 belum genap 18 tahun. Yang artinya, ya lo tau lah, pasti Zaidan juga lulus bareng Diva.
Ini momen yang ditunggu, minggu depan sudah wisuda kelulusan, dan ia sudah menggandeng pasangan. Good banget pokoknya, good vibes and good looking kalau kata anak-anak hype. Tentang peraturan pernikahan ini, Zaidan dan Diva yang membuatnya. Kedua belah pihak diberi kesempatan mengajukan argumen masing-masing. Jadi, nggak perlu khawatir kalau seolah-olah mereka ada keperluan mendesak karena harus melanggar. Yang pasti, ini akan disetujui oleh keduanya. Sudah di materai, sudah SAH atas nama mereka kedua, jadi kalo melanggar bisa aja sih lapor polisi. Konyol, tapi buat apa janji diatas materai kalau mereka aja juga meng'iya'kan satu sama lain.
Perlu diketahui sekali lagi. Diva belum menjatuhkan hati pada Zaidan. Dan bagusnya pula, Zaidan masih berusaha untuk membuat Diva jatuh hati padanya.
Kalau kalian mikir pernikahan malam pertama gue ini ngejeb-ngejeb, NO, nggak sama sekali. Gue belum rela tersentuh makhluk-makhluk adam. Walau gue tahu, ini udah SAH. Gue mau melakukan kalau gue emang udah bener-bener falling in love with you~~
Diva menelepon abangnya, Rafi. Guna mengatasi kebosanan ini, malu banget kalau pagi-pagi gini Diva keluar. Takutnya kalau Zaidan juga ada di ruang tengah. Kan nanti saling beradu pandang, Diva grogi banget dengan status yang beda.
"Halo,hah..." teriak Rafi di seberang sana sambil menguap.
"Hah heh hah heh, lo kira gue budek apa?"
"Ngapain lo telfon gue dora?" ujar Rafi dengan sangat geram.
"Nggak boleh gue telfon lo? Jadi gini, nggak ada gue dirumah?"
"Bolehlah bolehlah, tapi, ada tujuan apa?"
"Hi gue kingin lo tau. Nggak betah, bosen, kamarnya besar tapi nggak ada apa-apa sama sekali" geramnya di telepon sambil memainkan selimut.
"Yaudah, nanti gue anterin poster sama album tua lo itu. Lo mau dibawain apalagi Dora?"
"Lo ngapain sih panggil gue Dora?! Jelas-jelas Diva, lo lupa kalau gue keturunannya Gigi Hadid?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...