"Dipaaaaa..." teriak Rafi dari kejauhan tiada tara.
Diva beranjak dari tidurnya, suara singa itu begitu mengagetkan. "WOY!"
Ia keluar dengan tampang semrawut. "Napa si ah!"
"Napa napa palelu kotak! Nih surat BK dateng!" ucap Rafi nge-gas.
Gawat. Mampus.
"Surat BK apaan?" tanya Diva celingukan.
"Aish.. lu cewe buat masalah mulu!"
"Hehehe, salah siapa gue ngantuk, ya jadi ketiduran deh!" girang Diva lalu pergi ke kamar.
Sementara itu Rafi geleng - geleng kepala. Gitu mau minta izin pacaran, jeh, gimana mau dapet pacar? Orang kerjaannya belangsak mulu.
Diva ikut geleng - geleng kepala, lalu menjatuhkan diri di kasurnya itu. Untung saja para abangnya sudi untuk datang ke acara pemanggilan dirinya itu. Coba aja kalau mereka udah nggak sudi, kepepet deh surat itu harus sampai ke Mama atau Papanya.
"Aduh! Anjir! Perut gue!" teriak Diva lalu masuk ke kamar mandi dengan kilatnya.
"Yah! Dapet tamu segala! Kan gue ngga ada roti Jepang!" kesalnya sambil mencak - mencak.
Kebetulan para abangnya sedang berada di rumah, seperti biasa kalau Deva sedang berenang di belakang rumah, Rafi kalau sore begini suka main game di kamar, nah kalau Bagas biasanya lagi baca buku bisnis. Buset, abangnya itu pekerja keras, sebagai pelengkap Diva menjadi perusuh.
"ABANG............"
"BANG!!!"
"TULUNG!!!"
"BANGGGGGGGG!!!" sumpah demi apapun, lu ngga akan mau punya adik yang bangsatnya ngalahin begal.
Ketiga abangnya terkaget, langsung dengan juru kilat menuju kamar Diva, Gusti berikan kesabaran yang berlimpah pada keluarga ini.
"ADA APA DIP! hosh...hosh.." kata Rafi terengah-engah.
"KENAPA?"
"WHAT HAPPEN?"
Diva menongolkan kepalanya di balik pintu kamar mandi, cengengesan, ternyata teriakannya mampu membuat ketiga abangnya khawatir.
"ASTAGFIRULLAH!"
"BUSET! KAGET GUE!"
"TUHAN!"
"Hehehe.."
"...please, maafin Dipa ya para abang yang tampan"
"Ada apa sih? Gue jauh - jauh dari kolam buat ke kamar lo?"
"Tau nih!"
"Gue lagi baca buku masa depan Dip, lo ganggu mulu.."
"Itu..."
"APAAN?" jawab ketiga abangnya nyolot.
"ETT... Biasa aja dong!"
"..jadi gini, gue kedatangan tamu, kebetulan roti jep.."
"Ogah!"
"Lo aja Gas!"
"Apa? Gue!?"
"GAK!"
"Yaudah lo aja deh Raf!"
"GUE? OGAH!"
"Laknat! Gue masih basah gini lo suruh keluar? Nalar dong!"
Tuhkan, belum sempet nuntasin omongan, eh udah pada nyerobot nggak mau. FIX. Laknat.
Ketiga abangnya menatap Diva melas karena kepalanya nongol dikit sambil nampang susah. Kalau gini, mending kiamat sekarang juga ngga apa - apa. Kalian tahu bukan? Hal yang paling lelaki jauhi adalah membeli segalanya tentang wanita. Maksudnya, ya bahan - bahan mengerikan.
Hompimpa alaeyom gambreng!
"Alhamdulillah!" teriak Deva semangat.
Suuu...itt...
"WHOAAAA!"
Bagas geleng - geleng kepala, terpaksa ia membeli roti itu dengan bungkus oren. Mampus.
"Cepetan ya bang Gas! Udah kemana - mana nih!" teriak Diva kencang.
"Sial"
Seperti perempuan biasanya, Diva terbaring lemah di kasur, enggan beranjak dan keluar untuk sarapan. Perutnya bagaikan di panah oleh api. Panas, sakitnya melilit.
"Sialan. Pake gini segala!" ucap Diva sambil meringkuk kesakitan.
"Dipa! Sarapan dulu dek!" argh, Deva udah bacot aja pagi - pagi gini.
Kaga tau apa ya kalau dia belum mandi, ini malah udah di suruh sarapan aja.
"Dipa! Lo budek apa mbudek sih?"
FAK. Sakit coy!
"Ey Dipaa, keluar Dip! Lo ngapain sih di kamar? Cewe juga bukan, ga usah gegayaan dandan!" kata Rafi masuk ke kamar Diva.
"Argh," lirih Diva.
"Lah? Elo kenapa woy!" teriak Rafi sambil mengguncang tubuh Diva.
"Lo? Sekarat?"
"ASTAGFIRULLAH!"
"Ish! Diem! Gue nyeri haid oneng!"
"Duh. Sakit banget ya?"
Diva melirih. "Menurut lo?"
"Dev! Gas!"
Secepat kilat keduanya datang ke kamar Diva. Seperduli itu kah ketiga abangnya?
"Kenapa!"
"Dipa, kenapa?!"
"Nyerinya kumat?" tanya Bagas sambil memegang kepala Diva.
"Plis bang, yang sakit perut gue, napa pala gue yang di pegang?"
"Ohya, lupa.." khilaf Bagas.
"Mau gue pijitin Dip?" kata Deva bingung.
"Ngga usah masuk sekolah aja, kita ijinin ke sekolah ntar." Rafi melihat wajah Diva yang begitu pucat.
Ternyata, Diva tetaplah perempuan.
"Ohiya bang, BK" kata Diva meringis.
"BK lagi?!" teriak Bagas.
"Lo masuk BK lagi?!" Deva tak kalah terkejut.
"Jangan pake lagi woy! Dikiranya gue emang sering masuk BK!"
"EMANG!" jawab ketiganya serempak.
"Sakit banget ini!"
"Ya kita harus ngapain Dip?"
"Tunggu. Gue ambil air hangat sama handuk!"
"Cepet Gas!"
"Lo berdua masuk kampus aja, gue yang jagain Dipa. Ntar langsung pulang kalau jamnya udah kelar, kita ke sekolah bareng"
"Oke bang."
"Siap pak bos!"
Dan meninggalkan Deva seorang diri bersama Diva. Bangsat gini juga Deva perhatian loh.
//
Annyeong! Apa kabar? Aku kambek, selamat datang di lapaknya kembarannya kim soo hyun! seneng nggak? Kalau nggak juga gapapa, w mah sadar diri.
Jangan lupa vote & comment!
Regrads,
Icha
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIVA
Teen FictionDiva, Adiva Aurina. Anak terakhir dari empat bersaudara, ia cewek yang suka ngomong kasar, beringas, ganas, liar dan nggak tahu sopan santun, cewek ini cuma punya teman beberapa doang dan bahkan bisa di hitung pakai jari. Selalu kesal karena di ruma...