"Yuya, kau ini! Kamu tak perlu tau mengapa Tou-san bisa mengenal Daiki! Kau hampir membahayakan nyawa seseorang!" pekik Kei, sambil menjewer telinga Yuya kencang-kencang.
"Kaa-san, i-ittai!" rintih Yuya sambil berusaha melepaskan jeweran Kei ditelinganya.
"Kaasan! Aku sudah menebus kesalahanku dengan mengantarnya ke rumah sakit, membayar pengobatannya dan menungguinya hingga sore!" Yuya membela dirinya sendiri.
"Dan, apakah menurutmu Daiki sudah memaafkan kesalahanmu?!" Kei pun melepaskan jewerannya.
"Ingat ya, jika kau mengulangi hal seperti ini lagi, Kaa-san tak akan segan-segan untuk menyuruhmu keluar dari rumah." ancam Kei. Yuya pun hanya menunduk takut.
Kei pun segera menghampiri Daiki.
"Daiki, aku membawakan beberapa bungkus pocky untukmu." ucap Kei sambil tersenyum lembut ke Daiki.
"E-eh? Eum.. Takaki-san? Arigatou gozaimashita." ucap Daiki.
"Panggil Okaa-san saja kalau kau mau." ucap Kei lembut.
Kedua pipi Daiki yang bulat langsung memerah. Ia langsung menutupi kedua pipinya.
"Eh? Apa maksud Kaa-san? Bukan waktu itu kaa-san bilang kalau hanya Mizuki yang boleh memanggil seperti itu?" ucap Yuya.
'Sudah terbang, dijatuhkan kebawah lagi. Itu sangat sakit..' -Daiki
"Ah, sepertinya Kaa-san lebih menyetujuimu dengan Daiki daripada dengan Mizuki yang tidak mengunjungimu dari semalam, kan?" ucap Kei.
"Kaa-san! Jangan berpikiran buruk seperti itu pada Mizuki! Siapa tahu nanti ia akan menghubungiku dan memberitahu keadaannya sekarang." sanggah Yuya.
'Tapi, sayangnya, Mizuki sepertinya tak menyukaimu lagi Yuya.' -Daiki
"Terserah kau saja. Jangan pernah dengarkan Yuya, Daiki. Kau fokus pada pemulihanmu saja." ucap Kei.
"Baiklah."
"Yuya. Daiki." panggil Kota. Yuya dan Daiki menengok bersamaan.
"Bisakah kita berbicara sebentar? Ini masalah serius." ucap Kota.
"Ah, Tou-san. Kusarankan, Daiki jangan berpikir keras untuk masalah yang serius seperti ini. Besok saja. Kata dokter, besok Daiki akan membaik."
"Oh, baiklah."
***
Keesokan harinya..
Yuya benar-benar terlelap di ruang inap Daiki dengan posisi duduk di kursi, kepalanya di taruh di brankar Daiki, tangannya menggenggam tangan Daiki yang agak memucat namun suhunya normal.
Saat Daiki bangun, ia benar-benar terkejut! Bagaimana tidak terkejut? Seorang Takaki Yuya tidur sambil menggenggam tangannya. Tak bisa dibayangkan seberapa kencang degupan jantungnya saat ini.
Omong-omong, Yuri, kedua orangtua Daiki dan Yuya pulang. Jadi, hanya tersisa mereka berdua.
Kedua orangtua mereka sangat percaya pada Yuya.
"Ohayou, Daiki." sapa Yuya dengan suara seraknya. Itu membuat Daiki langsung menutup kedua pipinya yang merona, dan otomatis ia melepas genggaman Yuya.
"Eh? Maaf, semalam aku menggenggammu. Tanganmu sangat dingin karena pendingin ruangan itu." ucap Yuya. Setelah dirasa kedua pipinya sudah tidak merona lagi, Daiki melepas tangannya.
"Eum, tak apa-apa. Oh ya, apakah hari ini aku sudah bisa pulang?" ucap Daiki tiba-tiba dengan nada sangat berharap.
"Nanti aku tanya ke dokter. Aku mau mandi dulu." jawab Yuya. Yuya segera menuju ke kamar mandi yang tersedia di ruang inap Daiki.
Setelah Yuya selesai mandi, ia keluar dengan pakaian santai miliknya. Ia juga sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Entah mengapa, Daiki masih bisa tak percaya bahwa ia dapat bertemu Yuya secara langsung.
"Ah, rambutku sudah mulai mengering. Tunggu sebentar Daiki, aku akan menghampiri dokter dulu." ucap Yuya. Daiki hanya mengangguk. Yuya pun keluar ruangan.
Beberapa saat kemudian, Yuya kembali dengan dokter di depannya. Daiki pun melakukan berbagai macam pemeriksaan biasa untuk memastikan apakah dia sudah bisa pulang atau tidak.
"Pasien sudah bisa pulang. Tapi ia tidak boleh terbentur apa-apa dulu hingga kurang lebih satu bulan. Apakah ada keluhan?"
"Sudah tidak ada." jawab Daiki.
"Apakah pasien butuh kursi roda?" Tiba-tiba seorang perawat datang dengan kursi roda.
"Kurasa, tidak perlu." jawab Daiki.
"Kau butuh kursi roda dulu, Daiki." ucap Yuya.
"Tapi kakiku baik-baik saja." jawab Daiki
"Jika ditengah jalan menuju ke parkiran, kepalamu terpapar sinar matahari dan pusing lagi?" Daiki hanya menunduk. Tentu ia tak mau begitu lagi. Cukup kemarin saja ia merasakan pening yang luar biasa.
"Hm, baiklah."
"Kalian bisa pergi. Biar aku yang memindahkan Daiki ke kursi roda ini." usir Yuya halus.
"Baik, Daiki. Kau bisa turun sendiri?" Daiki turun perlahan, tentunya dibantu Yuya. Sebenarnya, terpapar sinar matahari pun, Daiki tak apa-apa. Namun, Yuya sangat protektif karena Kaa-san nya yang kelewat peduli pada Daiki. Jadi, ia tak mau membuat Kaa-san nya marah lagi.
Ketika sudah di mobil, mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya, bukan pulang ke rumah Daiki, melainkan ke rumah Yuya.
"Loh? Ini bukan jalan menuju rumahku?" tanya Daiki kebingungan.
"Memang bukan. Ini jalan menuju rumahku. Semalam, Kaa-san ku menghubungiku, bahwa hari ini kau harus kerumahku." jelas Yuya.
"Sekarang?" tanya Daiki.
"Ya. Mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku juga tidak tega padamu. Kau juga baru pulih, kan?" jawab Yuya.
Tbc.
I'm backk~
Vomment please❤
Bye~Bye~Bye~
and big Arigathanks Gozaimuch🧡Btw, maaf yahh telat update. Tadi maunya pagi. Malah malem. Untung temen thor ngingetin😁😁
-Elverant248-
KAMU SEDANG MEMBACA
「 Marry With IdolーArioka Daiki 」✔️
Fanfic「 COMPLETED 」 Arioka Daiki adalah penggemar berat dari seorang aktor, sekaligus penyanyi ternama di Jepang, yang bernama Takaki Yuya. Ia bahkan sering berkhayal kalau Takaki Yuya menjadi suaminya. Eh? Jangan berpikir semudah itu untuk menjadi istri...