Starlight

50.1K 4.4K 325
                                    

"Hati-hati ya, Kak, jaga kesehatan," berulang kali Grace mengucapkan hal itu sambil merapikan jaket yang dikenakan Ardi padahal jaket jeans yang dia kenakan kerahnya tak melenceng semili pun.

"Jangan lupa banyak-banyak makan sayur, jangan sering-sering pesan makanan junk food. Kalau asma kambuh, langsung ke dokter."

"Di sana dingin, jangan lupa pakai syal kalau keluar saat udara dingin," ucap Grace lagi sambil mengusap-usap dada Ardi.

"Bunda, aku tinggal di California, bukan di New York!" Ardi berdecak mengingatkan kalau dia tinggal di tempat hangat.

Grace melotot, mencubit pipi Ardi. "Tetep aja dingin kalau masuk musim dingin!"

Tawa Ardi pecah, mengecup pipi Bundanya. "Bunda jangan terlalu khawatir sih, berat kan jadinya kalau Bunda se-worried ini. Aku udah biasa tinggal di apartment sendiri loh sebelumnya."

Mata Grace malah semakin berkaca-kaca. "Tapi kan ga sejauh ini perginya, Kak."

Ardi tersenyum, kembali memeluk Grace erat. "Love you, Bunda. Miss you already."

Mungkin Grace akan menangis meraung-raung jika saja AJ tidak mengambil alih, menepuk bahunya, dengan halus menarik Grace agar terlepas, memberi kode kalau Nash yang dari tadi sudah menangis juga ingin berpamitan.

"Kakak, call me as soon as you get there!!!" isak Nash yang melingkarkan tangannya ke pinggang Ardi.

"Will do, Princess... Will do...." janji Ardi.

"Next month kamu datang kan? Papa kan kemarin sudah janji ke Nash akan bawa Nash saat meeting bulan depan. See... sebentar lagi ketemu Kakak lagi kok," ucap Ardi sambil membelai pelan puncak kepala Nash.

"Mau ikut jugaaaaaa.... Papa curang ih, yang diajak Nash doang," sambar Aska dengan mimik muka cemberut.

"Kamu gak home schooling kayak Nash! Belajar yang bener! Katanya mau jadi dokter!" hardik Ardi sambil menoyor kening Aska yang berdiri di dekatnya.

"Pokoknya libur semester nanti aku mau keliling US!" ucap Aska tak mau kalah.

"Kalau nilai kamu sempurna ya, Ka...." jawab AJ.

Aska tertawa, "Gampang lah itu! Bener ya, Pa. Minta mobil juga boleh ga? Ada Porsche yang kutaksir."

"17 tahun aja belum, udah minta mobil aja!" omel Grace.

"Duh, lupa.... ada mandor di sebelah," jawab Aska sambil cengar-cengir sehingga dia dijewer Grace.

Sesi berpelukan dengan Nash berlangsung lama, membuat Aska tak sabar. "Princess, udah yuk... kita pulang, nanti Kak Ardi malah ketinggalan pesawat. Kamu gitu ih, yang diperhatiin Kak Ardi aja, Kakak enggak. Gak sayang sama Kakak ya? Ga sayang? Nash tega ih sama Kakak!"

Nash buru-buru melepaskan pelukannya dan berganti memeluk Aska. "Sayang kok, Nash sayang...."

Ardi tersenyum memperhatikan adik-adiknya, berterima kasih tanpa suara ke arah Aska yang tersenyum lebar.

AJ menepuk bahu Ardi. "Jaga diri baik-baik, lusa kamu sudah mulai kerja. Ally akan sangat keras ke kamu, tapi maklumi saja. Serap ilmu dari dia dengan baik, ga ada yang bisa ngajarin ilmu di Ingram & co sebaik dia. You'll learn from the best. Please, do not let me down."

"I won't, Pa," ucap Ardi sungguh-sungguh.

AJ tersenyum bangga. "I know you won't."

Grace kembali menyeruak memeluk Ardi erat. "Take care, salam buat Ally dan Ezra. See you next month, Sayang."

Sita yang dari tadi berdiri canggung agak jauh dari keluarga Ardhani hanya bisa menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya.

Padahal Ardi masih ada di dekat dia, tapi rasa rindu terasa begitu menggebu.

Ardi berjalan perlahan ke arahnya setelah melepaskan diri dari pelukan Grace, berdiri tepat di hadapannya sementara Sita otomatis menunduk. Memandang wajah Ardi membuatnya semakin sedih.

Kedua tangannya bertaut, menyentuh cincin bermata berlian yang Ardi pasangkan di jari manisnya dua bulan lalu, tepat di hadapan papanya. Dengan janji tulus kalau dia akan kembali dan meresmikan hubungan mereka ke jenjang selanjutnya.

Tahu diri, AJ menggiring keluarganya untuk pergi meninggalkan Ardi dan Sita untuk saling mengucapkan selamat jalan.

Grace mengusap punggung Sita, mengatakan kalau Aska dan Nash mau makan ice cream terlebih dahulu. Mereka akan menunggu Sita di sana.

Sita mengangguk canggung, dan berkata sebentar lagi dia akan menyusul.

Keluarga Ardi sudah jauh dari pandangan saat Ardi mengusap pelan kepala Sita.

"Ga nangis?" ledeknya.

"Mau nangis, udah keduluan Nash. Kan aku jadi malu...." jawab Sita yang memberanikan diri menatap wajah Ardi.

"Terus kita cuma hadap-hadapan gini aja? Kamu ga mau ngomong apa-apa?"

"Semua nasihat udah diucapin sama dr. Grace kayaknya. Nasihat aja aku udah keduluan, ga kebagian pesan dan kesan deh."

"Ga ada pesan sponsor nyuruh aku setia? Aku baru mau bilang gitu ke kamu loh!"

Sita memukul bahu Ardi. "Awas aja kalau selingkuh! Cincin dari kamu nanti aku loak!"

Ardi tertawa, mencubit pipi Sita. "Cincinnya ga boleh kemana-mana. Cuma boleh ada di jari kamu."

"Lima tahun itu lama, Di," gumam Sita. "Waktu dan jarak bisa mengubah hati kan?"

Tiba-tiba saja tubuh Sita sudah berada dalam pelukan Ardi. Tangan Ardi menggenggam tangannya, membawanya ke dadanya. "Yang ada di sini ga akan berubah, selama kamu masih memiliki rasa yang sama."

Air mata Sita tak terbendung lagi. Dia balas memeluk Ardi erat. "Aku tuh sayang banget sama kamu...."

Dirasakan Ardi mencium puncak kepalanya. "Like what I feel for you, Sit."

Mereka berpelukan selama beberapa detik sebelum saling melepaskan diri.

Ardi mengusap pelan sisa air mata Sita. "Jaga diri kamu baik-baik, untuk aku."

Sita mengangguk, dia ingin mengatakan hal yang sama tapi suaranya tercekat.

Ardi merogoh sakunya, mengeluarkan kalung dan liontin yang langsung dia pasangkan ke leher Sita lalu mengecup keningnya lama.

"Kalau sudah sampai, aku langsung telpon kamu," ucap Ardi setelah melepaskan kecupannya.

Sita kembali mengangguk, menatap nanar Ardi yang sekarang meraih kopernya.

Ardi tersenyum lebar, mengusap pelan pipi Sita. "I'll see you soon, Starlight...." lalu berbalik pergi, melambai sebentar sebelum dia benar-benar hilang dari pandangan Sita.

Sita masih saja terdiam selama satu menit, matanya masih mencari-cari sosok Ardi walau dia tahu prianya sudah pergi.

Sita menghela napas, berat. Perlahan dia menyentuh liontin yang Ardi pasangkan tadi, sepertinya ada tulisannya. Dengan tak sabar, Sita mencopot kalungnya untuk melihat dengan jelas lalu air matanya kembali tumpah saat membaca apa yang tertulis di sana.

'I'll hold you in my heart, until I can hold you in my arms.'

Luv,NengUtie yang update nunggu target vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
NengUtie yang update nunggu target vote. Biar akuh bisa santai updatenya 😎😎😎😎😎



My Favorite Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang