Sita mati gaya!Sudah hampir dua bulan sejak di keluar dari Rumah Sakit dan sekarang dia sudah merasa sehat. Mualnya sudah jauh berkurang, bahkan nafsu makannya semakin bertambah.
Dia menuruti permintaan Ardi dengan pindah sementara ke rumah Papa AJ selama tiga minggu setelah dokter memperbolehkan dia untuk pulang.
Ya, rumah mertua. Karena tak mungkin juga dia membawa Ardi tinggal ke rumahnya. Kamar sempit serta kasur single bed-nya yang lama tak akan muat menampung mereka berdua.
Tiga minggu dia dilayani seperti ratu, jarang turun dari tempat tidur, membantu masak saja dilarang. Bagus sih, kemampuan masak Sita jika dibandingkan dengan Aska saja masih jago Aska kemana-mana!
Yang jelas dia harus istirahat total sampai pemeriksaan terakhir menunjukkan kalau segala sesuatu sudah baik-baik saja. Tak ada lagi pendarahan dan sudah bisa berkegiatan seperti biasa. Bahkan sex saja sudah diperbolehkan walau Ardi sepertinya masih agak ngeri untuk menyentuh dia.
Dasar suami paranoid!
Padahal dengan perubahan hormon, nafsu Sita juga ikut terpengaruh.
Suamik! Akuh mau disayang-sayang, Suamik! Mumpung belum susah gelundungan, bisa lah kita colek-colekan.
Sayang saja Ardi tak peka sampai Sita agak merasa terabaikan saat dia memberi kode untuk bermesraan tapi Ardi menolak secara halus.
"Tanya dokter dulu ya, sudah aman atau belum," jawabnya, tegas.
Sepanjang sisa malam, Sita tidur memunggungi Ardi, bahkan tak bersedia dipeluk dan dicium.
Saat ini dia sudah kembali ke apartmentnya setelah memohon-mohon ke Ardi. Walaupun tinggal di rumah mertua itu menyenangkan, tetap saja lebih terasa nyaman di tempat sendiri.
Setelah memastikan berkali-kali ke dokter kalau Sita sudah sehat, baru Ardi mengajak dia pulang.
Ternyata di apartment dia makin mati gaya. Setidaknya di rumah mertua selalu ada orang yang bisa dia ajak ngobrol. Sering juga bercengkrama dengan Bunda, mencari-cari info tentang Ardi kecil atau info tentang aib Aska agar dia bisa meledek si Bule.
Ternyata Aska takut anjing! Kalau itu sih sama saja seperti Sita, jadi tak bisa dia pakai sebagai bahan bully-an. Tapi dia baru tahu kalau Aska buta nada. Tak seperti kakak dan adiknya yang jago main gitar dan piano. Aska bernyanyi sedikit saja, Nash akan berteriak meminta dia diam. Suaranya fals!
Sita tertawa terbahak-bahak saat Bunda bercerita soal suara aduhai Aska. Namun anak yang dibicarakan malah tak merasa sama sekali.
"Ini James Arthur aja kalah, loh. Suaraku kan serak-serak sexy!" ucap Aska penuh percaya diri lalu dia mulai bernyanyi sampai akhirnya terhenti gara-gara Papa melempar bantal sofa ke wajahnya.
"Ka, Papa sudah berumur.... Kasihanilah telinga Papa! Papa masih mau denger cucu Papa nangis!"
Sita suka berada di rumah Bunda. Suasananya selalu terasa hangat. Lagipula Bunda juga berpesan jika Sita kesepian, dia akan sangat senang jika Sita mau menginap lagi. Namun rasanya merepotkan jika harus mondar-mandir. Apalagi belakangan ini Ardi sibuk dan sering pulang malam.
Sita menimbang-nimbang, haruskah dia kembali lagi ke rumah Bunda? Atau mencari kegiatan baru?
"Di...."
"Hmmmm...." gumam Ardi yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Aku garing di apartment terus."
"Mau ke rumah Bunda?" Ardi menjawab masih tanpa menoleh.