The bitter truth

28K 3.4K 371
                                    

Sita hanya bisa terdiam ketika melihat dua garis nyata di test pack yang Ardi pegang.

Dua garis artinya dia hamil kan? Kok Ardi diam saja. Raut wajahnya malah terlihat syok.

Di, jangan bengong begitu dong! Yang harusnya syok kan Sita. Yang hamil Sita loh, bukan Ardi.

"Di...."

Ardi masih terdiam.

Sita terpaksa meninggikan suaranya. "Ardi!!"

Ardi menoleh. "Ya, Sayang...."

"Kok kamu diem aja sih? Aku hamil kan artinya?"

Ardi menghela napas dalam, lalu memaksakan seulas senyum "Iya, kamu hamil. Selamat, Sunshine...."

"Atau aku cek sekali lagi buat mastiin ya? Kan masih ada sisa test pack."

Ardi mengangguk, menaruh hasil test pack pertama di nakas lalu dia duduk bersandar, memperhatikan Sita yang mengambil segelas besar air putih, minum dengan terburu-buru, lalu malah berjalan mondar-mandir sambil tak berhenti mengoceh.

"Kok bisa hamil ya? Ini kelewat cepet deh.

Di, kecepetan gini nanti pasti ada yang nuding aku nikah karena kamu tanam saham duluan," keluh Sita.

"Aku memang punya saham 20% di Star & co," sahut Ardi.

Sita mendelik kesal melihat ekspresi datar Ardi yang seakan tak peduli akan kekhawatirannya.

"Bukan itu maksud aku!!!! Kamu ih!

Ya ampun, Mama aja baru punya aku setelah 4 tahun nikah loh. Kok aku cepet banget gini ya.... Kalau kamu gimana, Di?"

"Papa sama Bunda ga nikah saat aku ada, jadi aku kurang tahu juga mereka usaha dapet aku atau enggak. Tapi mereka pacaran lama, aku ga berminat untuk tanya mereka usaha berapa lama. Ga sengaja jadi kayaknya," jawab Ardi datar.

Kali ini Sita terdiam, merasa tak enak hati.

"Ga usah peduli sama omongan orang. It's our life, not them. Lagipula kita ga melakukan hal yang salah kok. Aku sentuh kamu setelah kita menikah resmi. Itu faktanya. Kalau mereka mau banyak berasumsi ya silakan aja. Ga akan mengurangi rasa hormat aku ke kamu karena kamu benar-benar menjaga diri kamu selama ini," tambah Ardi lagi.

Sita makin kehabisan kata. Memilih untuk cepat-cepat ke kamar mandi dengan satu bungkus test pack baru karena segelas besar air yang tadi dia minum mulai bereaksi.

Sita datang tak lama kemudian, kembali membawa hasil test pack yang masih menunjukan dua garis.

Fixed! Dia hamil!

Namun saat menunjukkannya ke Ardi, raut wajah suaminya masih tak terbaca. Entah kenapa Sita merasa sedih.

Apa Ardi tidak senang dengan kehadiran anggota baru di keluarga mereka?

"Di... are you okay?" tanya Sita hati-hati.

Ardi tersenyum. "I'm good. Cuma masih agak syok. My fault.... ga berhati-hati."

Dalam hati Sita memaki. 'Udah tau aku ga KB, disuruh pake kondom, ogah! Katanya kurang nyaman. Salah kamu lah pokoknya!!!'

Sepertinya efek hormon, air mata mulai hadir di pelupuk matanya. Terutama saat dia melihat Ardi malah mematikan lampu di sisi tempat tidurnya, menaruh kacamata dan bersiap untuk tidur.

Merasa tak ada yang bisa dia lakukan menghadapi sikap diam suaminya, Sita berjalan perlahan ke tempat tidur, berbaring memunggungi Ardi, mencoba menahan air mata namun tidak berhasil. Air matanya menetes tanpa bisa dibendung.

My Favorite Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang