At last

28.7K 3.1K 228
                                    

"Di, kamu terus-terusan di sini ga papa?" tegur Sita ke Ardi yang sibuk berkutat dengan laptopnya.

Sita sudah dirawat tiga hari dan selama tiga hari itu juga Ardi tak pernah pulang kecuali untuk mengambil pakaian ganti.

Ardi mengalihkan pandangannya dari laptop, tersenyum ke arah Sita. "Kerjaanku masih bisa dikerjakan dari sini kok," jawabnya kemudian kembali mengetik entah apa.

Sita diam, enggan mengusiknya lagi. Sebetulnya Sita merasa sangat tidak enak. Ardi bisa dihitung seperti karyawan baru di Ingram & co Indonesia. Jabatannya saat tiba memang langsung Direktur SDM sesuai dengan pendidikan yang dia ambil dan pekerjaannya saat di LA.

Saat Ardi datang dia langsung merombak macam-macam, efisiensi walau tak ada karyawan yang dikeluarkan, hanya dipindah bagian sesuai dengan kompetensinya. Hal itu menjadikan dia kurang disenangi dan agak kurang dihormati. Ditambah lagi karena usianya masih terlalu muda dan omongan kalau dia mendapat jabatan itu hanya karena dia anak pemilik perusahaan, bukan karena kemampuannya.

Sita memahami tekanan yang Ardi dapat. Dia sendiri saja sudah cukup stres saat orang-orang tahu dia bertunangan dengan keponakan pemilik Star and Co. Merasa kesal saat orang mulai mempertanyakan hasil kerjanya, bagaimana cara dia masuk ke perusahaan, padahal dia tak pernah merasa diistimewakan. Karirnya biasa saja, tak tiba-tiba diangkat menjadi atasan hanya dalam waktu setahun kerja. Kenaikan jabatan yang dia dapat tahun lalu semua sudah sesuai prosedur, bukan karena dia akan segera menikah.

Tapi saat ini Sita mencoba belajar untuk menutup telinga dari omongan-omongan negatif. Ini hidupnya! Selama dia tak melakukan hal yang salah, dia tak perlu peduli akan pendapat orang lain walau dia tahu kasak-kusuk tentang dirinya pasti semakin heboh saat dia masuk nanti.

Kemarin teman-teman kantornya datang menjenguk. Dalam hati, Sita sudah merasa bersyukur Papi Al dan Mami Gemma yang menjenguk sudah keluar 25 menit sebelum teman-temannya datang. Hanya ada Ardi yang menjaga Sita. Itu saja sudah membuat teman-temannya merasa canggung dan tak bebas mengajak ngobrol.

Ardi punya aura intimidasi tersendiri yang sering membuat orang sungkan berbasa-basi jika dia merasa tak nyaman. Tapi itu sepertinya efek ada Hendi yang datang membawa serta bunga, bukan hanya parcel buah.

Baru dikunjungi kurang dari 10 menit, tiba-tiba Papi Al dan Mami Gemma muncul lagi bersama Papa AJ, berpamitan.

Konyolnya Papi Al malah mengusap-usap puncak kepala Sita, sambil berpesan, "Papi pulang dulu ya, besok baru ajak Tita sama Thea ke sini. Mereka kangen sama kamu tuh... Cepet sehat, Sit. Masa mau nikah malah sakit."

Sita hanya bisa cengar-cengir salah tingkah sementara rekan-rekannya saling melirik. Menyapa canggung ke arah bos mereka yang hanya dibalas anggukan, sapaan basa-basi, dan lambaian tangan.

Sepeninggal teman-temannya, Sita tak tahan lagi untuk tidak mengeluarkan protes.

"Ardiiii, kenapa sih tadi Papi sok akrab gitu? Aku kan ga enak!"

"Dia SKSD kan udah bawaan lahir, kok baru sadar?" jawab Ardi, cuek.

"Ya ga pas di depan rekan-rekan aku lah.... Mana ada Managerku tadi. Dia malah dicuekin Papi."

"Ini bukan kantor, Papi bebas lah mau akrab sama siapa. Yang penting tadi dia udah nyapa semuanya juga kan?"

Sita cemberut melihat Ardi mengeluarkan ponsel dan memilih bermain game.

"Ya tapi kannnnn.... Duh, ntar aku pasti diomongin lagi deh sama orang-orang soal hubungan kita, pasti omongannya makin ga ngenakin, dibilang kebanting parah lah, pakai jaran goyang lah," seru Sita kesal.

My Favorite Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang