"Kok bachelor party begini doang sih, Kak? Ga ada seru-serunya!" keluh Aska yang berkutat dengan stick PS, berusaha menyarangkan gol ke gawang Ardi.
"Loh, kan kamu yang tiba-tiba nimbrung pas Kakak main PS. Ngapain juga ikut-ikutan?"
"Kan ceritanya adik berbakti, nemenin gitu dari tadi. Kirain mah setelahnya bakal diajak ke club kek, joget-joget kek. Udah sejam setengah, masih main PES aja. Nasibbbb!!!"
Ardi menoyor kepala Aska. "Baru 18-an gak pantes ke club!"
"Aku tinggi loh, gak kate kayak Kakak, ga kelihatan kayak 18 lah, amannn...."
"Paaaa.... Anaknya tuh, Pa!!! Boleh tuker tambah ga sama Darren? Kayaknya dia jauh lebih bermartabat dari pada si Askari Azman!" Ardi mengadu saat melihat Papanya melintasi ruang keluarga.
AJ tertawa, ikut duduk di sofa. "Kayaknya Cakra juga ga rela buat tuker tambah, Kak."
"Pada jahat ya... Aku ngadu ke Bunda nih!" seru Aska, kesal.
Ardi menepuk bahu Aska, memasang wajah prihatin. "Percayalah Aska, ide awalnya malah datang dari Bunda loh!"
Aska mengumpat! Terutama karena gawangnya kebobolan untuk ke 4 kalinya.
"Eh, Kak. Aku belum ngasih kado nikah nih," seru Aska lagi.
"Kakak mah ga ngarep-ngarep, Ka. Paling alasannya kamu lagi bokek. Kamu bangun pagi aja besok udah cukup buat jadi kado. Kesiangan, Kakak tinggal!"
Aska tertawa. "Perlu kukasih kado coklat yang lagi happening ga?"
"Hah? Coklat apa tuh?"
"Yang bisa nambah stamina loh, Kak. Buat malam pertama," ucap Aska sambil mengerling jahil.
Ardi kembali mengeplak kepala Aska. "Ga perlu! Yang ada Kakak yakin kamu ngasih Chocolated Laxative!"
Aska tertawa kencang. "Malam pertama malah mencret! Cakeppppp!!!!"
"Pa, tolong ya, Pa. Hapus Aska dari daftar anak. Tuker sama Altair juga ga papa, Papi Al pasti rela!"
----------
Selesai mengalahkan Aska dengan score 5:2, Ardi meminta Aska untuk tidur cepat agar dia bisa bangun pagi-pagi. Tentu saja Aska tidak menurut, malah sibuk menggoda Nash yang tadinya sudah mengantuk sampai akhirnya mereka berdua ketiduran di ruang keluarga.
"Ga disuruh pindah aja, Pa?" tanya Ardi ke Papa yang sedang menyelimuti kakak-adik yang tidur berpelukan itu.
"Nanti Aska suka kebangun dan pindah sendiri kok. Biar dia aja yang bawa Nash."
"Kamu belum tidur, Di?"
Ardi menggeleng sambil tersenyum kecil.
"Tegang ya?" tanya Papanya lagi.
"Gak bisa tidur!" aku Ardi.
AJ malah tertawa, menepuk bahu anaknya dan menggiringnya ke meja bar.
"Papa juga ga bisa tidur kok saat mau nikah," ucap AJ setelah menuang whiskey untuk dirinya sendiri.
"Saat nikah sama siapa, Pa?" ledek Ardi merujuk ke kenyataan kalau Papanya menikah dua kali.
"Semuanya! Lebih ga bisa tidur lagi saat Bunda kamu nikah. Ga rela!" sembur AJ.
Ardi tertawa kencang lalu kembali memasang wajah serius. "I don't know. Rasanya campur aduk saat ini. Excited, afraid, pakai tambahan agak mual sedikit juga. Is that common?"
AJ diam, menghabiskan minumannya. "Kalau kamu menanyakan arti dari menikah, membentuk keluarga, well, I just can say, menikah dengan Bunda kamu adalah keputusan terbaik yang pernah Papa buat. Kebahagiaan terbesar yang bisa Papa dapat.