I'll always be right there

32.9K 3.3K 339
                                    


Ardi baru saja keluar dari pesawat menuju tempat penjemputan. Dia lelah, ngantuk, merasa leher agak kaku karena tadi salah posisi tidur. Dia memang agak kurang fit akhir-akhir ini walau dia memaksakan diri untuk tetap bekerja setiap hari. Belum lagi ditambah tugas kuliah yang semakin hari semakin banyak.

He need a long vacation. Untung saja diizinkan Ally yang sepertinya paham kalau Ardi hampir saja tumbang. Ally memberi izin satu minggu, lebih banyak dari waktu tiga hari yang awalnya Ardi ajukan walau pakai embel-embel minta dibawakan stock minyak kayu putih saat Ardi datang lagi nanti.

Mata Ardi mencari-cari supir yang menjemput dia dan dia terkejut mendapati Aska melambai-lambai riang, memanggil kencang, "Kakkkkk!!! Sini!!!!"

Keheranan, Ardi menghampiri Aska. Tumben si usil mau bangun pagi. Sekarang kan baru jam 5.

"Kok kamu yang jemput, bukan Pak Hadi?" seru Ardi saat dia sudah berdiri di hadapan Aska.

"Muka kenapa sampai nyureng-nyureng gitu sih? Udah bagus aku mau jemput! Ya disapa dulu gitu adeknya, kasih oleh-oleh dulu sambil dipuji, "Wow adikku perhatian sekali! Sini Kakak kasih uang saku!"

Tangan Ardi mendarat dengan sukses di kepala Aska yang sudah lebih tinggi 5cm dari dia, padahal Ardi sendiri tingginya 177cm.

"Jemput kok ada maunya!" omel Ardi. "Tumben banget mau jemput, jam segini pula!"

Yang ditoyor hanya cengar-cengir. "Ga sendiri kok, bentar, partner-nya lagi ke toilet."

"Kamu sama Nash? Kok boleh sama Papa?"

Merengut, Aska menyahut. "Ya ga boleh lah! Papa ngebolehin aku nyetirin Nash itu adalah suatu keajaiban! Tuh, sama Kak Sita." Aska menunjuk ke arah pintu toilet.

There she is, wajahnya pucat pasi. Saat melihat Ardi dia segera berlari menyongsongnya.

"Ardiiiiiii... nyawaku hilang separo!!" pekik Sita saat sudah menubruk dan memeluk Ardi.

Dengan sabar Ardi menepuk-nepuk punggung Sita sampai warna wajahnya kembali normal.

"Kamu sih, mau aja diajak Aska!" tegurnya.

"Aku diculikkk!!!" seru Sita.

"Apanya??? Kan aku cuma nelpon, nanya, Kak Sita, ikut aku jemput Kak Ardi, mau ga?" seru Aska membela diri.

Sita mendelik, memelototi si Bule. "Ga nelp jam 3.30 pagi juga, Ka! Udah gitu bilangnya, aku udah di luar nih! Cepetan, Kak!!"

Tangan kanan Ardi yang bebas dari merangkul pinggang Sita kembali menyambar kepala adiknya.

"Duhhhhh!!" Aska mengusap-usap kepala, mengeluh, "Ini udah kubantuin biar bisa pacaran lebih cepet juga! Ga ada terima kasihnya, ih!"

Tak berlama-lama, mereka berjalan ke parkiran, menuju mobil. Ardi berdecak kesal saat melihat mobil yang dipakai oleh Aska. Porsche Panamera warna putih yang sudah lama Aska minta.

"Jemput buat pamer mobil!" seru Ardi sinis.

"Surat-surat baru jadi kemarin, sekalian test drive, Kak!" jawab Aska bangga.

"Aku pegangan handle pintu sepanjang jalan." Sita mengadu.

"Emang dia tuh kalau nyetir ga kira-kira," jawab Ardi membukakan pintu belakang untuk Sita lalu memutar, ikut duduk di kursi belakang. Aska yang sudah duduk di kursi pengemudi protes.

"Kok aku sendirian di depan?"

Ardi cuek saja, memakaikan seatbelt ke Sita dan memakai seatbelt sendiri. "Kakak mau cari aman!"

My Favorite Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang