Sudah hampir dua minggu setelah Sita dan Ardi pulang dari bulan madu dan memulai rumah tangga di apartment mereka.Semua terasa menyenangkan dan juga menegangkan. Lebih tepatnya banyak bersitegang. Ardi yang super teratur harus pasrah tinggal bersama Sita yang agak berantakan.
Tapi terlepas dari banyaknya Ardi ngedumel karena Sita sering salah susun pakaian dan juga peralatan makan, sampai saat ini mereka masih saling menyayangi.
Tak banyak hal yang bisa diceritakan dalam perjalanan bulan madu mereka karena sesampainya di Eropa, Sita malah malas keluar hotel. Untuk orang yang pasang AC maksimal 20° celsius dan jika lebih rendah dari itu bisa merengek ke Mbak Suti minta dibuatkan bone tatto di punggung, suhu di bawah 10° c setiap hari itu adalah siksaan berat walau Ardi ngotot ini sudah jauh lebih hangat daripada awal musim dingin.
'Maaf ya Mas Ardi... Sayah mah agak udik orangnya! Segini itu beku tauk!!' omel Sita dalam hati.
Belum lagi udara dingin tak cocok dengan kulit Sita. Kulit wajahnya mengelupas karena kering, bibirnya mudah pecah-pecah walau sudah diberi pelembab banyak-banyak. Sepertinya tinggal di negara 4 musim sudah Sita coret dari daftar impian.
Ardi yang tak tega melihat Sita sering menggigil bahkan di dalam hotel sekalipun akhirnya berjanji jika nanti akan mengajak Sita jalan-jalan lagi tapi saat menjelang musim panas saja.
Sita jadi curiga ke suaminya. Jangan-jangan Ardi sengaja pilih Eropa hanya karena tidak suka kalau Sita pakai baju-baju pendek kalau jalan-jalan.
Contohnya dua hari sebelum mereka berangkat bulan madu, Sita dan Ardi mengunjungi keluarga Om Cakra dan juga Nash yang masih tertinggal di Bali sekaligus bermain di pantai.
Untungnya hanya ada Om Cakra and family yang ga segitu isengnya meledek pengantin baru. Coba kalau keluarga Papi Al, mereka berdua pasti sudah diledek habis-habisan.
Karena Sita tak membawa pakaian renang saat berkunjung ke villa, Tante Shane meminjamkan bikininya. Sebetulnya itu bikini biasa, dengan potongan dada yang tak terlalu rendah dan celananya juga tak kelewat seksi. Sita tak berani juga memilih pakaian renang menantang seperti yang dikenakan Tante Shane.
Yahhhh, kalau Tante Shane yang pakai sih pantas-pantas saja. Badannya berlekuk seksi ala gitar Spanyol. Kalau Sita yang badannya rata di berbagai tempat, sudah sepantasnya untuk tahu diri.
Sita menyadari kening Ardi berkerut tak senang saat Sita membuka jubah renangnya ketika beranjak ke pantai bersama Nash namun Ardi tak mengatakan apapun. Hanya saja ketika mereka bercinta pada malam harinya, saat bangun tidur dan bercermin, Sita menjerit karena Ardi meninggalkan banyak tanda di leher, bahu, dan dadanya. Kode keras dari Ardi kalau dia tak rela Sita pakai bikini lagi.
Dia tahu kalau Ardi itu protektif dari dulu. Tapi Sita tak menyangka kalau Ardi bisa sedemikian posesifnya. Padahal pantainya juga private, jarang ada yang melihat. Tapi ya sudahlah, toh bisa Sita balas dengan meninggalkan bekas cakaran di punggung Ardi juga.
Satu sama ya, Di!
"Sit... kamu di mana?" teguran Ardi menyadarkan Sita.
"Di kamar, Di," sahut Sita yang bergegas ke luar, menghampiri Ardi yang baru saja pulang.
Sita menengok jam, sudah jam 9 malam. Sudah 3 hari ini Ardi selalu pulang malam. Alasannya karena mau ada perekrutan besar-besaran. Ardi sedang memilah-milah berapa banyak jatah masing-masing divisi dengan memperhatikan laporan yang masuk. Belum lagi dia juga harus menyesuaikan berapa banyak staf ahli yang akan direkrut, berapa orang yang dipindahkan dari LA, berapa banyak yang dikirim ke sana, semua harus pas dengan budget yang ada. Papanya menuntut standar tinggi yang kadang agak mustahil untuk dipenuhi. Tapi bukan Pak Adrian Ardhani kalau kerjanya tidak menyusahkan orang lain, untuk saat ini Ardi hanya bisa pasrah dan berusaha semampunya untuk memenuhi target.