12. Degup

179K 3.1K 20
                                    

Ada bagian yang hilang ketika dia tak ada. Namun kau dengan mudahnya menyempurnakan apa yang telah rusak.
-Soraya-

Soraya dan Hana menyusuri setiap outlet yang mereka lewati. Sampai akhirnya mata Soraya tertuju pada wajan penggorengan mie. Ia memerhatikan bapak penjual itu mengaduk mie dengan ulet, sesekali bapak itu mengulas senyum kepada pelanggan atau orang-orang yang sekedar bertanya tentang makanan yang ia tawarkan. Gadis itu memerhatikan dengan cermat, menimbang-nimbang di dalam hati. Apa dia makan disana saja?

"Lo mau makan apa, Ray?" sahut Hana ketika ia mendapati temannya sedang termenung.

Soraya menoleh sebentar, menatap Hana, kemudian ia menyahut, "gue lagi mikir ni, mau makan disana tapi gue gak tau kualitasnya gimana." Soraya menunjuk arah outlet bapak penjual mie tadi.

Mata Hana sedikit menyipit kala Soraya menunjuk satu outlet. Ia mengangkat satu alisnya ketika tahu tempat yang temannya maksud. Ia juga berpikir sebentar, lalu menyampaikan pendapatnya.

"Itu 'kan mie Aceh. Gue pernah makan dan gue rasa itu enak banget. Tapi gak tau kalo di lidah lo kayak apa."

Soraya mengangguk-anggukan kepalanya, tanda ia paham dengan penjelasan Hana. "Kita makan itu aja deh. Gue liat kok kayak enak banget. Tapi kalo tampilannya gue liat kayak mie tektek si."

"Akh, lo kebanyakan mikir, gue udah kelaperan. Buruan ayok! Nanti tempat duduknya abis!" Hana menarik pergelangan tangan Soraya, mereka berjalan, melewati banyak kerumunan.

*

"Gimana?" Hana berbisik tepat di telinga Soraya, takut nanti si penjual tersinggung.

"Em, lumayanlah." Soraya menganggukkan kepalanya lalu meletakkan gelas ke atas meja.

"Yaudah, sini duit lo, biar gue aja yang pergi bayar."

Soraya kembali mengangguk, kemudian mengambil uang dari dompetnya untuk diberikan kepada Hana. Ia bergegas berdiri menyampirkan tas selempang ke bahu. Langkahnya langsung tertuju menuju jalan keluar. Belum sempat ia sampai, seseorang menubruk bahunya cukup kencang hingga membuatnya meringis.

"Duh, maaf ya mbak, saya gak sengaja." Laki-laki itu terlihat merasa sangat bersalah.

Mbak?! Soraya meringis dalam hati ketika mendengar sebutan itu. Ia menatap laki-laki itu sejenak kemudian memerhatikan sekitar.

"Maaf ya, saya bukan mbaknya kamu, jadi gak usah panggil mbak."

"Duh, kalo gitu saya minta maaf ya kak. Saya bener-bener gak liat."

Kak?! What the...

"Iya deh, terserah lo aja, pergi sana!" Ketus Soraya tanpa peduli wajah anak itu tampak lebih merasa bersalah.

"Eh mbak jangan galak-galak dong sama anak kecil." Suara berat dari seorang laki-laki terdengar nyaris di telinganya. Suara itu terasa menggetarkan sisi liar dalam dirinya.

Gadis itu menoleh, memerhatikan postur tubuh lelaki itu yang begitu tegap dan mata yang menatap tajam. Seketika dirinya melemah, meski laki-laki itu terlihat garang, namun hal itulah yang justru terlihat jantan di matanya. Soraya sedikit berdehem, menetralkan degup jantungnya yang meletup-letup tiba-tiba.

"Maaf ya mbak, Anda itu tidak seharusnya memarahi anak-anak, apalagi kalo nggak sengaja."

Kalimat yang laki-laki itu lontarkan seolah meruntuhkan segala fantasi Soraya bersama laki-laki itu. Ia mendengus kesal. Mbak?! Dia dipanggil seperti itu lagi?! Memang penampilannya setua itu?!

"Maaf ya mas, saya ini baru kelas dua SMA, dan untuk anak, saya udah maafin dia. Jadi tolong, Anda nggak usah terlalu lebay."

Setelah mengucapkan itu, Soraya langsung melanjutkan perjalanannya. Namun, tiba-tiba saja matanya menangkap Alvi dan Tasha berjalan menuju arahnya. Itu membuat dirinya gelagapan. Sampai akhirnya ia memilih berbalik lalu memeluk laki-laki tadi tanpa sepatah katapun ketika kedua orang itu melintasinya.

Untuk pertama kali, Soraya merasa begitu nyaman di dalam pelukan laki-laki. Rasanya begitu hangat dan pas, ia tidak ingin melepasnya, sampai orang itu berdehem dan mendorong tubuhnya menjauh. Yang benar saja, seorang laki-laki menolak dipeluk olehnya?!

Luar biasa!

Soraya malu setengah mati! Ia menunduk, tidak tahu mau mengatakan apa. Untung saja, ia diselamatkan oleh Hana. Gadis itu seperti malaikat penolong baginya.

"Eh, Ray, ternyata lo disini! Gue cariin kemana-mana lagi! Ayo buruan ikut gue, ada yang penting banget!" Hana langsung menarik pergelangan tangan temannya tanpa aba-aba tanpa peduli dengan laki-laki di depannya.

"Lo mau kemana si, semangat banget!" Soraya menarik tangannya dari genggaman Hana.

"Lo harus tau, Alvi sama Tasha ada disini," ujar Hana disaat mereka telah keluar dari outlet tadi.

Soraya mendengus kesal lalu mencebikkan bibirnya. "Kalo itu mah gue tau."

"Iya iya, tapi itu aneh buat gue! Lo 'kan tadi cerita, kalo si Alvi pernah maki-maki Tasha di depan lo. Terus kenapa sekarang mereka malah mesra-mesraan," terang Hana sambil sesekali mengerutkan dahi atau mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke dagunya.

Mendengar itu, Soraya sontak berpikir lalu menganggukkan kepala, membenarkan ucapan Hana, lalu ia kemudian berkata, "iya juga si, padahal baru tadi siang kejadiannya."

Hana langsung menjentikkan jarinya, matanya berbinar lalu diikuti dengan bibirnya yang terbuka membentuk huruf O. "Kayaknya ada yang aneh sama mereka. Gue yakin pasti ada udang di balik bakwan!"

Soraya mencibir lalu memutar bola matanya dramatis. "Udang di balik batu kali!"

"Iya deh iya! Gue ada ide ni, gimana kalo kita cari tau apa tujuan mereka, gimana?" tawar Hana sambil menaikturunkan alisnya.

"Males ah, ngapain juga buat cari tau. Gak penting!"

"Yaaaaaaaaahhhh!!!"

Seketika terlihat bahu Hana merosot dan wajahnya berubah masam. Soraya hanya mencibir sambil mencebikkan bibirnya. Kemudian matanya menangkap sosok laki-laki jangkung tadi.

Kira-kira gue bakal ketemu dia lagi, nggak si?

Soraya senyum-senyum sendiri ketika membayangkan laki-laki itu tiba-tiba datang menghampirinya. Lalu berkata bahwa ia membutuhkan dirinya. Namun tanpa Soraya sadari, Hana justru kini menatapnya ngeri, seperti melihat orang gila.

Dan ia juga tak menyadari. Jika laki-laki tadi juga turut memerhatikannya dengan sorot mata tajam khasnya. Cowok itu tersenyum kecil kemudian melebur bersama kerumunan pengunjung lainnya.
















*****
Jangan lupa vote dan komentar ya!

Kira-kira suzy cocok nggak yah kalo jadi castnya Soraya?

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang