31. War

116K 2.7K 69
                                    

Jangan lupa ramein igku yah guys @nigellasativalinn



Panasnya siang saat ini tak mampu mengurangi rasa gugup ketika berhadapan sosok gadis di depannya. Perasaan bersalah dan was-was begitu mendominasi rongga dadanya. Dengan bata-bata, Tina melontarkan pertanyaan.

"Ada apa ya Ray? Kok lo ngikutin gue sampai sini?"

Sejenak, Soraya menatap Tina intens lalu mengalihkan pandangannya ke jalan.

"Lo ikut gue sekarang!" perintah Soraya yang tak langsung digubris oleh Tina.

"Buat apa? Nggak ih, nggak mau," ujar Tina sambil terus menggelengkan kepalanya.

"Lo harus ikut, kalo enggak..."

Soraya melangkah maju mendekati, lalu bibirnya mendekat ke arah telinga gadis yang cukup subur itu. "Kelakuan nakal lo bakal gue kasi tau emak lo. Dan... Dunia bakal gempar kalo orang-orang tau kalo elo itu suka main sama om-om."

Setelahnya, Soraya menjauhkan diri dari Tina yang sudah terlihat pias. Ia tersenyum miring sambil melipat kedua tangan di depan dada. Tanpa berbasa-basi lagi, Tina dengan patuh masuk ke dalam mobil Soraya. Dan itu cukup membuat Soraya senang.

"Kok elo bisa tau tentang gue?" tanya Tina saat mobil yang ia tumpangi mulai berjalan.

Soraya melirik sebentar lalu menjawab, "lo tau gue 'kan?''

Dan jawaban Soraya membuat Tina terdiam. Dalam hati ia merutuki kesalahan yang telah ia lakukan. Bagaimana bisa ia lupa bahwa gadis disampingnya itu pernah mempermalukan seorang guru perempuan di depan banyak orang karena guru tersebut menasihatinya tentang pergaulannya bersama laki-laki. Dan dirinya juga tidak seharusnya lupa jika Soraya pun pernah menonjok kakak kelasnya yang saat itu melakukan pelecehan, meskipun bentuk pelecehannya hanya dalam bentuk kata-kata.

Tina mengatur nafas ketika mobil yang ia tunggangi melaju kencang. Pikiran-pikiran negatif menggelayut di kepalanya. Namun seketika suara Soraya membuyarkan khayalannya.

"Lo diancem apa sama mereka berdua?'' tanya Soraya di sela-sela kesibukannya mengemudi.

"Ng...ggak addda." Ucapan Tina terbata-bata, jelas gadis bermata coklat disampingnya tidak akan percaya.

"Pasti lo diancem 'kan? Atau emang lo dendam sama gue atau...sama Tasha?"

Tina mendengus jengkel, matanya menatap kesal jalan yang agak sepi di depannya. Tiba-tiba saja pikiran buruk menyerang otaknya. Harusnya ini tidak pernah ia lakukan. Namun, ini sudah terlambat. Semua sesusai rencana. Cerita hidupnya akan berakhir, lebih baik dia jujur saja.

Tina tertawa ringan, wajah kesalnya telah lenyap. "Ternyata lo pinter juga. Gak kayak temen lo yang bego itu. Tapi lo murahan."

Tanpa menjawab apapun, Soraya hanya memasang wajah datar dan tak menoleh sedetikpun.

"Niat gue baik lho. Tapi lo nganggep gue musuh. Tapi wajarlah... Gue bertanggungjawab atas kejadian Tasha."

"Lo tau nggak Ray? Kalo sebenarnya pemerkosaan Tasha bukan cuma kesialan dia, tapi kesengajaan."

"Tau, itu jebakan elo 'kan? Gue nggak tau apa yang bilang sama dia, sampe dia bisa terjebak sama permainan lo."

Tina kembali tertawa. "Tapi kali ini lo yang terjebak sama permainan gue."

"Masa sih?" Kali ini Soraya yang tertawa dengan kencang.

Pandangan Tina mengedar mengecek situasi. Saat melihat kaca spion, terlihat satu motor yang dikendarai oleh dua orang pemuda. Tina tersenyum miring. Dengan sigap ia mencoba merebut kemudi mobil hingga akhirnya Soraya terpaksa mengerem mendadak mobilnya.

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang