16. Malapetaka

160K 3K 26
                                    

Diam-diam, seseorang menguping pembicaraan kedua orang itu di dalam kelas. Ia bersembunyi di balik pintu, yang tak disadari siapapun keberadaannya. Dia adalah Tasha, sosok penghancur dalam kehidupan Soraya.

Ketika Jono telah memberitahu Soraya tentang sebuah perintah, gadis itu turut mendengarkan, lalu ia tersenyum miring. Laki-laki culun itu kemudian pergi, tanpa menyadari keberadaan seseorang di balik pintu.

Soraya pun turut meninggalkan kelas, namun tak meninggalkan sekolah, sebab gadis itu akan mendatangi satu tempat yang sangat bagus untuk memberi pelajaran kepada Soraya. Tasha kembali tersenyum senang atau mungkin tersenyum licik ketika Soraya benar-benar tak menyadari keberadaannya juga. Ia keluar dari tempat persembunyian, mengikuti arah langkah Soraya menuju.

Dengan pelan dan begitu hati-hati, Tasha terus saja memerhatikan pergerakan Soraya yang mulai curiga akan keberadaannya. Buru-buru ia kembali bersembunyi saat Soraya hendak menoleh. Lalu matanya kembali mencari perempuan berkepang itu, tapi tak ia temukan. Yang ada justru pak Firman yang menegurnya.

Kakinya ia hentakkan di lantai, lalu mendengus jengkel. "Dia kemana si?! Ck, gue langsung ke gudang aja deh!"

Lalu takdir membawa Tasha menuju malapetaka yang sebenarnya bukan untuknya. Di depannya sudah ada jurang tak terlihat. Sebentar lagi, ia akan tiba pada masa sesal tanpa akhir.

"Kok sunyi banget yak?" Tasha mengernyitkan dahi ketika melihat gudang yang begitu sepi, tidak ada tanda jika ada seseorang disana.

"Ck! Si Raya lolos lagi! Padahal gue mau ngasi pelajaran buat si cewek gatel itu!" ujarnya menggebu-gebu sambil berkacak pinggang.

"Gara-gara dia, si Alvi mulai ngejauh dari gue! Dia nggak tau apa, kalo dia cuma dimanfaatin sama si Alvi. Nggak tau diri banget!" Tasha mendumel sendiri sambil berharap jika Soraya akan muncul dihadapannya sekarang juga.

Namun, tak seorang pun ada disana kecuali dirinya. Ia mulai was-was ketika angin mulai bertiup kencang. Rasanya terasa dingin, hingga membuat suasana terasa begitu menyeramkan. Bulu kuduk Tasha berdiri, dan ia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.

Dan,...

Semua itu terlambat. Seseorang dari belakang telah menutup wajahnya dengan kain yang entah sejenis apa. Tubuhnya diseret dengan keras. Orang itu menggenggam tubuhnya sangat keras hingga terasa begitu perih. Dalam usahanya, ia terus memberontak, berusaha memekik, meminta pertolongan, dan sembari memohon doa pada Tuhan yang sebenarnya tidak ia percaya untuk bisa menyelamatkannya.

Tapi harapannya untuk selamat pupus ketika tubuhnya terlempar ke lantai disusul dengan decitan pintu yang ditutup. Tangannya segera melepas penutup wajahnya, namun sebuah tangan cukup besar telah menggenggamnya lebih dulu.

Genggeman itu...

Tasha sangat mengenal genggaman itu. Jantungnya berdetak lebih kencang, begitu kencang hingga ia merasa seperti akan mati. Lalu bibirnya diberi penutup yang sangat keras hingga tak memberinya ruang untuk berbicara.

Dan perlahan...

Satu persatu pakaiannya disobek. Tubuhnya dijamah oleh kedua bajingan itu. Kuncup dadanya mulai terhisap. Dan...

Mahkota yang selama ini ia jaga baik-baik telah direnggut, oleh dia yang amat ia cintai. Namun terlalu bajingan untuk ia percaya.

Ia menangis...

Batinnya ikut menangis...

Perih di bagian yang sangat privasi itu tidak sepadan dengan perih di dalam hatinya.

Hidupnya hancur...

Ditambah dengan semburan hangat yang menjalar di dalam organ rahasianya semakin membuatnya hancur. Bayangan akan masa depannya seketika hancur.

Angin semakin kencang. Rumput dan ranting semakin menari-nari. Langit menghitam, mengutuk perbuatan keji yang telah terjadi. Hujan tiba memeluk bumi, seolah ikut bersedih akan kehidupan seseorang yang akan hancur.

Dan...

Perempuan yang baru saja tiba di depan pintu kenistaan itu hanya mampu terisak. Ikut mengutuk kekacauan yang telah terjadi.





----------

Di vote yah, jangan lupa tinggalkan komentar biar nulis lanjutannya lebih semangat!

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang