18. Drama Baru

151K 2.8K 7
                                    

Baru saja kejadian laknat itu terjadi kemarin. Kini sekolah heboh membahas kejadian itu. Entah siapa yang menyebarkan kejadian itu, rasanya Soraya ingin segera menelan hidup-hidup si penyebarnya.

Tapi ia harus bersyukur, karena tidak satupun dari mereka yang menyebut nama Tasha. Yang ada malah mereka menuduh anak ekskul pramuka yang memang kebetulan kemarin sedang melakukan latihan. Meski begitu, ia tetap saja risih dengan pemberitaan itu.

"Eh, lo tau nggak? Katanya ada insiden di gudang kemarin."

"Apaan?"

"Itu, praktek biologi!"

"Ga jelas banget si lo!"

"Itu katanya ada cewek di perkotek!"

"Lo ngomong apaan sih?!"

"Katanya ada yang di perkosa kemarin, di gudang!"

"Eh buset! Palingan mau sama mau, masa iya merkosa di sekolah, kebelet tuh orang!"

"Emang lo tau darimana sih?"

"Itu, dari kelas sebelah."

Soraya mendengus kesal. Ia melirik gerombolan penggosip itu cukup tajam hingga membuat percakapan mereka terhenti. Namun tak berselang lama, mereka melanjutkan obrolannya sambil berbisik. Dan itu membuat Soraya berang.

"Apa jangan-jangan ceweknya itu si Raya, yah?"

Jelas dan sangat jelas terdengar di kuping Soraya. Tapi ia mengabaikannya saja, toh, ia tak melakukan kesalahan apapun.

Tapi berbeda ketika di luar kelas. Saat berada di kantin, semua mata seolah mengarah kepadanya. Entah itu hanyalah perasaannya saja atau bisa saja perkiraannya tepat. Para perempuan memang memerhatikannya begitu seksama lalu terlihat jijik. Dan itu justru membuat Soraya menjadi kesal. Karena tak tahan dengan suasana kantin, gadis itu segera memesan somay lalu pergi bersama mata orang-orang yang terus memerhatikannya hingga menghilang.

"Kayaknya tebakan gue salah deh."

"Tebakan apaan?"

"Itu, gue kira Soraya yang jadi korban insiden gudang kemaren. Tapi gue liat jalannya normal-normal aja, nggak ada tanda-tanda."

"Dia 'kan jago akting."

"Ah masa sih."

"Ih btw lo hari ini keliatan pucat terus lemes banget. Lo sakit ya?"

"Ah, kayaknya anemia gue kambuh."

"Oh gitu, tapi dulu lo emang deket sama Soraya?"

"Iya, dia dari dulu emang bitchy. Malah waktu gue pacaran sama Alvi, dia ngegodainnya sambil pelorotin baju."

"Perek emang tu cewek."

"Nggak punya harga diri. Mending kita buat akun palsu, terus sebarin kalo dia itu cewek yang jadi korban insiden gudang kemarin, gimana?"

"Boleh banget tuh! Biar dia kapok, malu banget pasti, njirr!!!"

Disana ada tiga sosok perempuan. Yang satu dengan wajah pucat tersenyum senang akan rencana yang telah berhasil. Yang satu lagi bergidik jijik. Sementara yang satu lagi ternyata penghianat diantara mereka.

Gadis satu itu diam-diam merekam percakapan mereka sejak awal.

*****

Tidak butuh waktu lama. Pergerakan dunia digital sangatlah cepat. Entah dimulai dari siapa. Inisial nama dari kedua pelaku pemerkosaan kemarin telah diterbitkan oleh salah satu media online. Tapi parahnya, inisial nama korban bukan NK alias Natasha Kirana, melainkan SL alias Soraya Larasati yang dimana itu namanya sendiri.

Saat awal melihatnya, Soraya tidak takut sama sekali. Ia juga tidak peduli apapun kata orang karena dia tahu jika dirinya tidak bersalah. Namun, saat kepala sekolah memanggilnya, ia menjadi ragu, apalagi ketika matanya mendapati mobil mewah yang sangat familiar. Apalagi jika bukan mobil orangtuanya.

Dengan jantung yang berdetak kencang tak karuan. Ia mendorong pintu ruangan milik kepsek. Disana sudah ada orangtuanya, menatapnya kosong. Soraya berjalan sambil menatap kepala sekolah dan tiba-tiba saja ia mendengar mamanya terisak lalu mendekapnya erat.

"Pokoknya, saya nggak terima kalau identitas anak saya jadi terbongkar!" ujar Dika dengan pelan namun tegas.

"Tapi pak, ini sudah terlanjur tersebar, dan bahkan kami dari pihak sekolah pun belum tahu siapa korban dan pelaku insiden kemarin," terang kepala sekolah dengan tenang sambil mengelus janggutnya.

"Lalu bagaimana dengan nama anak saya yang terlanjur tercoreng?!" ujar Fina geram.

"Kalau itu, kita akan membuat klarifikasi besok, jika pemberitaan itu tidak benar."

"Tidak! Kenapa harus di tunda sih pak?! Kalau cuma buat klarifikasi aja nggak cukup, mending asal-usul berita yang beredar harus ditelusuri."

"Kalau bapak nggak mau, kita sanggup kok buat bayar orang untuk cari si penyebar isu itu!"

"Tenang mah!" Soraya mengelus pelan pundak mamanya, berusaha menenangkan.

"Apanya yang tenang?! Kamu difitnah kayak gini! Apa kata orang nanti?!" ujar Fina frustasi sambil membayangkan bagaimana nanti teman-teman arisannya akan menggosipkan dirinya.

"Iya, bener kata mama kamu! Kalo ini sampe kesebar, apa kata rekan bisnis papa nanti?!"

Soraya terdiam. Ia menunduk menatap lantai. Ada yang terasa nyeri di dalam hatinya. Kedua orangtuanya lebih peduli dengan nama baik mereka. Dan sama sekali tidak peduli dengan kondisinya.

"Jadi, Soraya, kamu tidak menjadi korban 'kan?"

Soraya mengangguk mantap yang langsung dihadiahi senyuman oleh ketiga orang dewasa di hadapannya kini.

"Yasudah, saya cuma mau tanya itu saja. Kamu bisa kembali ke kelas lagi."

"Baik pak."

Soraya beranjak pergi. Tanpa pamit kepada kedua orangtuanya yang terlalu sibuk dengan urusan duniawi hingga lupa bertanya bagaimana kabar anaknya saat ini. Gadis itu berjalan perlahan, menumpuk sekelumit masalah yang tengah terjadi.

Batinnya terus bertanya-tanya.

Apakah ini salah satu rencana busuk orang itu?

Jika iya, Soraya tidak akan membiarkannya begitu saja.

Namun akhirnya ia kembali bertanya pada dirinya sendiri.

Kenapa orang itu memusuhinya, sementara Soraya sama sekali tidak mengingat kesalahan apapun terhadap orang itu.











Hai guys, jangan lupa buat vote dan ketik pendapat kalian tentang masing-masing karakter tokoh dalam cerita ini.

Happy reading...

TBC

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang