13. Terhenti

163K 3K 18
                                    

Beberapa decakan terus saja muncul, menggema pada ruangan dengan tv yang masih menyala. Sampah-sampah pembungkus snack bertaburan menghias sekitar sofa. Soraya, gadis itu menselonjorkan kakinya ke atas meja, sambil memakan cemilan, ia memandangi tv dengan malas.

Matanya kemudian melirik ponselnya, ternyata ada panggilan dari mamanya.

"Halo."

"..."

Soraya bergumam malas. Kemudian memutuskan sambungan telepon dengan sepihak. Ponselnya ia taruh di meja. Orangtuanya tak jadi pulang, membuatnya semakin kosong menjalani hari.

"Bosen banget, enaknya ngapain ya?" ujar Soraya kepada dirinya sendiri sambil menyuapkan camilan ke mulut.

Matanya kemudian melirik jam dinding. Ternyata pukul empat sore. Ia masih memiliki waktu untuk bersenang-senang.

Drtt...

Matanya melirik ke arah ponsel. Ada telepon dari Ryan, seseorang yang sama sekali tidak ia butuhkan. Tapi tidak ada salahnya jika ia bersenang-senang dengan laki-laki itu. Lagipula orang itu akan lulus sekolah sebentar lagi, memberikan satu kenangan manis kepadanya bukanlah hal sulit bagi Soraya. Ia kemudian mengangkat telepon lalu menyilahkan Ryan untuk datang ke rumahnya begitu saja. Tanpa tahu, ada hal buruk yang akan terjadi sebentar lagi.

*****

"Apa bisa langsung masuk?"

Suara itu datang dari ambang pintu rumah Soraya. Disana ada laki-laki cukup jangkung berdiri santai dengan kedua telapak tangan di dalam saku celana. Sementara si pemilik rumah nampak santai ketika mendapati laki-laki itu yang langsung masuk di saat ia bergumam mengiyakan.

"Aku kangen kamu!" Ryan langsung mendekap Soraya erat lalu meniup-niup tengkuk gadis itu.

Sekujur tubuh Soraya meremang. Ia melenguh tak tahan ketika merasakan tangan Ryan telah meraup gundukan di dadanya. Laki-laki itu benar-benar bernafsu, Soraya seperti kewalahan menghadapinya.

"Kak, aku masih keringetan lho, bau asem. Aku mau mandi dulu deh."

"Mandi bareng ya?" Ryan mengerling genit sambil memandangi kedua gundukan Soraya dari atas yang terlihat begitu jelas.

"Emm... Tapi kamu udah harum, pasti udah mandi."

"Nggak papa, ayo!"

Tanpa meminta izin kepada Soraya, Ryan langsung menggendong gadis itu menuju kolam renang. Dan ketika sampai, ia langsung menceburkannya tanpa aba-aba. Ia buru-buru melepaskan pakaian hingga tersisa celana dalamnya saja.

"Nanggung banget si kak, tinggal celana dalem doang!"

"Dasar kamu ya! Sini biar ku telanjangin!"

Soraya tertawa lalu buru-buru menepi dan berlari menghindari Ryan yang sepertinya serius dengan perkataannya. Tidak seperti Soraya, Ryan kembali mengenakan pakaiannya lalu cepat-cepat ingin meraih Soraya lalu mengambil sesuatu yang selalu gadis itu jaga: keperawanan.

Namun Ryan salah, jika ia mengira bahwa Soraya adalah gadis naif. Karena kenyataannya, saat ini dialah yang terperangkap dalam permainannya sendiri. Soraya bukan tandingannya, selamanya dia tidak akan menjadi berharga bagi gadis itu.


"Dasar cewek sialan!" desis Ryan ketika tidak mendapati Soraya di dalam rumah.

"Raya! Raya! Kamu dimana si? Keluar dong!" Tidak ada jawaban dari teriakannya. Hanya ada kehampaan dan tv yang sedang bermonolog. Dan ia memutuskan untuk keluar dari rumah itu setelah petang tiba dan keberadaan Raya menghilang.

Namun di saat laki-laki itu pergi. Raya keluar dari tempat persembunyiannya. Ia kemudian menatap kepergian Ryan dari halaman rumah yang penuh keremangan. Sekali lagi, ia membuktikan pada dunia, bahwa laki-laki hanya bermodalkan nafsu. Dan perempuan terlahir sebagai pemuas nafsu. Bukan begitu?

Soraya sekali lagi tertawa hambar. Dengan pakaian yang masih cukup basah, ia berjalan menuju pagar, hendak mengunci gerbang. Lalu suara yang begitu familiar tiba-tiba melintas di pendengarannya.

"Gue baru tau, lo semurahan ini." Suara itu milik Tasha, mantan sahabatnya, atau mungkin saja perempuan itu tidak pernah mengakuinya sebagai sahabat. Sorayalah yang berlebihan. Terlalu baik, hingga akhirnya dihianati. Lucu.

"Gue juga baru tau, ternyata lo masih inget alamat rumah gue." Soraya berdecih pelan lalu menertawai Tasha yang terlalu angkuh.

Tasha terdiam, menatap Soraya nyalang. "Lo masih tetep sombong ya dari dulu. Gue makin benci sama lo!"

"Lo ngomong seolah lo udah kenal gue sejak lama. Aneh!"

Dan tanpa berkata lagi, Soraya menutup keras pagarnya. Mengunci gembok lalu masuk ke rumah tanpa sepatah kata lagi. Meski ia tahu Tasha masih ada disana, menatapnya dengan amarah. Dan dirinya pun juga tahu, jika Alvi pun berada disekitar rumahnya. Lucu. Mereka adalah pasangan termunafik yang pernah dia kenali.

Soraya mendengus pelan. Ia meraih ponsel yang berada di meja tamu. Dengan tubuh yang tersandar di tembok, jari-jarinya sudah mulai bergerak lincah menjelajahi akun instagramnya. Sampai ia melihat foto seseorang di explornya yang begitu mirip dengan laki-laki kemarin yang membuat detakan lain di jantungnya.







Jangan lupa vote dan komentarnya ya! Biar aku jadi rajin update!😚💞💞

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang