14. Pertemuan

159K 3K 14
                                    

Dari parkiran hingga ke kelas, Soraya merasakan jika orang-orang terus saja memandanginya. Sebenarnya dia sudah biasa menjadi pusat perhatian, namun kali ini berbeda. Karena disaat ia duduk di bangkunya, beberapa teman kelasnya seakan terdiam, bungkam, dan sunyi. Dan itu membuatnya curiga jika telah terjadi sesuatu.

"Helo cabe-cabean! Pagi ini udah dapat kiss belom?"

Yang benar saja. Itu pertanyaan dari nenek gayung yang tiba-tiba menyambar Soraya di pagi yang cukup ramai ini. Dia adalah Tasha, dan Soraya yakin, biang kerok dari keanehan pagi ini berasal dari cewek abnormal di depannya.

"Kok diem sih? Tumben banget bajunya ketutup. Lagi nyembunyiin cupan di leher lo yah?"

Ini masih pagi dan Tasha seolah sengaja memancing amarah Soraya. Dia sedang bermain-main rupanya. Soraya hanya menyeringai, lalu tertawa hambar.

"Kok tau sih, kalo gue nutupin cupang. Pengalaman yah?" Soraya tersenyum geli ketika mendapati wajah Tasha yang membeku lalu menganga.

"Otak lo disimpen dimana sih, Tasha? Satu sekolah juga tau kelakuan gue kayak gimana. Yang ada, orang-orang belum tau, busuknya lo kayak gimana. Jadi, sekarang lo mau ngapain?"

Sekarang Soraya tersenyum menang. Suasana kelas mendadak tegang. Ditambah dengan tatapan nyalang dari Tasha. Lagi-lagi ia kalah, dan dirinya hanya bisa mengeram kesal. Dan yang dia lakukan hanya memaki Soraya dalam hati.

Sampai akhirnya, Alvi tiba di dalam kelas, memerhatikan kedua perempuan itu saling menatap tajam, seolah tatapan itu mampu melukai mereka berdua. Alvi tersenyum senang, kini tujuannya sudah semakin dekat, ternyata benar, tidak ada yang sia-sia ketika kita berjuang.

Kemudian ia ikut melebur ke dalam arus tegang keduanya. "Eh, Tasha! Lo jangan gitu dong sama Soraya! Sampai kapan pun, lo nggak akan menang. Kenapa? Karena tempat lo ada di bawah," kata Alvi sambil menunjuk lantai dan tertawa mengejek.

Soraya enggan berbicara apapun lagi. Meski matanya begitu jelas mendapati kesedihan tergambar di wajah Tasha. Ia tetap tidak ingin berkata apapun. Gadis itu hanya menatap Alvi jijik, tanpa suara, tanpa kata. Karena jauh sebelum hari ini terjadi, dia sudah tahu, Alvi bukanlah laki-laki yang baik.

"Aya, kamu kenapa sih? Dulu, kamu mutusin hubungan kita tanpa alasan. Dan sekarang kamu kayak benci banget sama aku." Alvi memasang raut wajah kesedihannya, yang justru membuat Soraya semakin jijik.

Soraya menghela nafas lelah. Ia menatap Alvi dan Tasha bergantian. Lalu menyeringai dan bergidik jijik. Soraya langsung menunjuk kedua orang itu bergantian.

"Lo berdua, hentiin dramanya, ok? Kalian berdrama seakan-akan gue nggak tau apa-apa?"

Tasha semakin membeku. Berbeda dengan Alvi, yang justru terlihat bingung dengan pernyataannya. Menjijikkan! Ringis Soraya dalam hati.

"Maksud kamu apa sih, Aya?" tanya Alvi seolah-oleh tak tahu apa-apa.

"Lo berenti buat ngedrama, Vi. Gue masih inget apa yang lo berdua lakuin pas malem valentine di kamar Tasha."

Dan pernyataan Soraya barusan benar-benar membuat keduanya membeku. Orang-orang yang berada di dalam kelas berbisik-bisik, mencoba menerka apa maksud dari pernyataan Soraya. Lalu seperti biasa, guru bersangkutan hadir di dalam kelas, melakukan tugasnya untuk membagi ilmu.

*****

"Gimana kalo kita bagi rejeki?"
"Rejeki apaan?"
"Kita perkosa Soraya bareng-bareng. Gimana?"

Laki-laki dengan seragam yang sama dengannya mengusap-usap dagu, seolah memikirkan tawaran barusan. Kemudian seringaian muncul di wajahnya.

"Oke, jadi eksekusinya kapan?"
"Bentar, pas pulang sekolah."
"Terus, rencana lo gimana?"
"Jadi, rencana gue..."

Dan sebentar lagi, pertunjukan akan dimulai. Waktu akan menentukan nasib Soraya. Takdir akan bekerja sesuai alurnya. Cerita baru saja dimulai. Entah mereka yang kehilangan, atau Sorayalah yang akan kehilangan. Tinggal menunggu waktu, menggiring mereka menemui takdir sesungguhnya.














Silahkan di vote dan tinggalkan komentar yah, biar semangat apdetnya.

Kok gue yang jadi gregetan sama lanjutannya yah :'')

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang