10. Alasan

178K 3.2K 37
                                    

Perasaan gue ke Alvi itu udah nggak penting. Yang penting itu adalah, gue nggak salah di masa lalu.
-Soraya Larasati-

"Jadi Ray, idup lo gini-gini aja?" Hana memandang Soraya yang masih memakai seragam pramuka.

Raya memandang si pemilik suara sebentar, kemudian kembali menata isi dari kotak tersebut. Ia lalu mengendikkan bahu dan menjawab, "yah, idup gue emang gini, dan gue nyaman-nyaman aja."

Hana mencebikkan bibirnya sambil memandang punggung Raya yang terlihat kuat namun nyatanya rapuh. "Apa lo masih sering main api sama cowok?" tanya Hana hati-hati, takut jika Raya nanti tersinggung.

Raya tertawa terbahak-bahak sambil menutup kotak hitam tadi. Ia kemudian berbalik menatap Hana yang telah duduk manis di atas ranjangnya sambil memainkan ponsel. Ia beranjak menghampiri Hana.

"Emang kenapa? Lo denger dari para penggosip ya?"

"Yah, iya si, tapi lo masi perawan 'kan?" Hana bicara begitu saja tanpa menyadari jika perkataannya terlalu sensitif.

"Ya iyalah, lo kira gue semurah itu?" ucap Raya diiringi dengan tangannya melempar bantal tepat ke wajah Hana.

"Lo apa-apaan si! Sakit tau!"

"Biarin! Lagian ya, kalo lo udah rasain gimana rasanya ciuman, lo bakal ketagihan." Raya mengerlingkan matanya kepada Hana yang mendengus kesal.

"Gue nggak mau ah, gue mau kalo ciuman pertama gue itu sama suami gue kelak. Lagian 'kan kasian suami gue nanti, cuma dapet bekasnya doang!" ujar Hana santai sambil memainkan ponselnya.

"Lo nyindir gue ya?"

"Itu 'kan pendapat gue aja. Lagian, lo kenapa si, suka main sosor-sosoran sama cowok?"

"Biarin aja, daripada gue sosor-sosoran sama cewek, gimana?"

"Ish, tapi lo tau nggak, ada yang bilang kalo si Nana teman SMP kita dulu jadi lesbi sekarang."

"Yah, terus?" Raya menatap Hana, menunggu gadis itu menjawab.

"Ya, nggak papa si. Tapi sayang aja, dia cantik, tapi suka sesama jenis."

"Ya terserah dia lah. Mungkin menurut lo itu gak normal. Tapi bagi dia itu normal," terang Raya sambil memerhatikan layar ponsel Hana yang sedang bertukar pesan dengan gadis itu.

"Tumben banget lo bijak. Lo gak sakit 'kan?" Hana buru-buru menaruh telapak tangannya di dahi Raya, ternyata tidak hangat.

Raya mendengus kesal, ia menjitak kepala Hana cukup keras hingga gadis berambut sebahu itu mengadu. "Lo parah banget si mukulnya."

"Terserah gue lah, gue mau ganti baju. Lo ke dapur aja, siapa tau aja lo nemuin makanan disana."

*****

Selepas Hana keluar dari kamarnya. Soraya kembali menatap kotak hitam tadi. Tiba-tiba saja, memori masa lalu itu terputar di kepalanya. Mau tak mau, ia harus mengingat lagi kenangan pahitnya dahulu. Awal dari keliarannya selama ini.

2 tahun yang lalu...

Soraya merasa gugup setengah mati ketika Alvi menatapnya begitu intens. Sekujur tubuhnya merinding kala jari-jari Alvi menyentuh permukaan bibirnya. Tubuhnya mendadak terasa kaku ketika ia tahu bahwa kedua tangan Alvi telah memerangkapnya di dinding tembok. Kemudian, wajah Alvi kian mendekat, membuat dadanya bergemuruh tak karuan.

"Al...vi a...ku..." Soraya merasa gugup setengah mati saat ia merasakan deru nafas Alvi mendarat ke wajahnya.

"Kenapa, sayang?" Suara berat Alvi yang begitu maskulin seolah melemahkan iman Soraya.

"Aku nggak pernah ciuman, kamu yang pertama. Kamu mau 'kan, janji buat selalu bertahan di sisi aku? Karena kamu satu-satunya bagi aku."

Laki-laki itu kemudian mengangguk sambil tersenyum. Perlahan-lahan, ia mendekatkan bibirnya hingga menyatu. Untuk pertama kalinya, Soraya merasakan benda kenyal dan dingin hinggap di bibirnya. Ia merasakan seolah banyak kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Seluruh tubuhnya lemah ketika Alvi mulai melumat bagian bawah bibirnya, kemudian memasukkan lidahnya ke dalam mulut Soraya.

"Manis, manis banget, aku suka," ujar Alvi sembari memberi kecupan ringan ke bibir Soraya setelah pergulatan bibir tadi terjadi.

Soraya hanya tersenyum malu-malu diikuti pipinya yang memerah. Ia menunduk tak berani menatap mata laki-laki yang berhasil merenggut ciuman pertamanya. Orang yang menjadi cinta pertamanya, dan berharap bahwa dialah jodohnya kelak.

Dan setelah hari itu, mereka semakin sering melakukannya. Dan Alvi selalu saja mencium Soraya tiba-tiba, bahkan sampai dengan sengaja memeras payudaranya. Karena Alvilah, Soraya menjadi ketagihan, ia begitu menikmatinya. Sampai akhirnya, Alvi meminta keperawanannya dan ia menolak begitu keras hingga mereka bertengkar dan tak saling bicara selama satu minggu.

Soraya berniat mengadu kepada Natasha, teman baiknya, tentang perilaku Alvi yang agak keterlaluan itu. Ia memutuskan untuk mendatangi gadis itu ke rumahnya, sekalian dia ingin menginap karena ingin mencurahkan segala keluh kesahnya. Ketika sampai, ia justru menemukan sepatu yang mirip dengan milik Alvi berada di depan pintu rumah Tasha. Namun ia mengenyahkan pikiran buruknya. Wajar saja jika Alvi mampir ke rumah Tasha, mereka bertiga adalah teman baik.

Soraya langsung masuk begitu saja, menuju kamar Tasha karena seisi rumah pun tahu kalau dia dan Tasha berteman baik. Lalu pada satu titik, ia mendengar samar-samar suara desahan dan rintihan perempuan tak jauh dari kamar Tasha yang sedikit terbuka. Pikiran Soraya semakin kacau, jantungnya berdetak kencang, ia pun melangkah ragu mendekati asal suara.

"Alvi, kamu apaan si, kenapa tangan kamu malah dimasukin ke tempat kencing aku."

Soraya menutup mulutnya dengan kencang. Dugaannya benar, ia tak bisa menahan sesak di dalamnya. Dalam diam ia menangis, menyaksikan dua orang penting sedang bertelanjang diri di atas ranjang tepat di hadapannya.

Ia menutup matanya keras-keras, berharap semua ini hanyalah mimpi. Namun semua itu adalah nyata. Soraya menahan isakannya sekuat tenaga. Ia mundur secara perlahan, meninggalkan mereka, para penghianat hidupnya.

Soraya berlari sambil terisak. Membawa hatinya yang terluka. Meninggalkan para pendosa yang berkhianat. Dan di hari itu, ia berdoa, agar dirinya tidak mudah menangis lagi.

Ia berjanji, akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Namun nihil, justru kejadian di hari itu, memberi pukulan telak pada hidupnya. Ia harus mendekam pada hari-hari kelam, sambil menyaksikan kedua orang itu, berbahagia kala ia terasing. Dan ia akhirnya benar-benar terasing dan terlupakan.

TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR YAH! :)

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang