Sebelas - surat Taeyong

4.8K 634 32
                                    

Kelas yang tadinya riuh kini mendadak sepi saat seseorang dengan santai masuk ke dalam kelas padahal ia bukan murid kelas tersebut.

Taeyong, dengan salah satu tangan memegang buku tulis dan sebuah pulpen hasil malak adik kelas, dirinya memecah keramaian menuju meja barisan belakang. Tepat di mana Jennie kini tengah duduk sendiri memainkan ponselnya.

Tanpa aba - aba Taeyong duduk di samping Jennie membuat gadis itu terlonjak kaget.

Jennie menggeser duduknya menjauh saat tahu bahwa Taeyong kini berada di sampingnya.

Kuatkan hatimu Jen!

"Jen?"

Hening. Jennie enggan menjawab. Berpura - pura sibuk dengan ponsel  juga berusaha menetralkan degub jantungnya.

"Kim Jennie." Taeyong menarik dagu Jennie dengan salah satu tangannya agar gadis itu menoleh melihatnya.

"Apa sih?" Jawab Jennie jutek lalu menepis tangan Taeyong dari dagunya.

Belum sempat Taeyong menyatakan maksud kedatangannya, guru yang mengajar masuk ke kelas. Murid - murid pun langsung duduk di meja masing - masing. Semuanya sudah kembali duduk, kecuali Rose.

Bagaimana ia bisa duduk jika kursinya saja tengah di isi oleh Taeyong. Menyebalkan.

"Kak Taeyong, gue mau duduk. Udah ada guru di depan." Rose bermaksud mengusir Taeyong sehalus mungkin.

Taeyong mendongak pada Rose yang berdiri di sebelahnya. "Duduk aja. Kenapa mesti bilang ke gue."

Rose menggeram kesal. "Kak Taeyong ngedudukin kursi gue. Gimana bisa duduk. Kak Taeyong mending keluar deh dari kelas ini." Rose tak tahan lagi. Ia pun menarik lengan Taeyong agar bangkit dari kursinya.

"Duduk samping Lisa gih!" Taeyong melirik kursi kosong di samping gadis bernama Lisa itu. Awalnya kursi itu di tempati oleh Eunha, namun hari ini ia tak masuk sekolah karena sakit.

"Gak mau! Kak Taeyong yang pergi!" Rose masih berusaha menarik lengan Taeyong agar bangkit dari duduknya.

Yang namanya Taeyong pasti kepala batu. Percuma saja Rose menarik lengan lelaki itu. Taeyong bahkan tak bergerak sedikit pun dari duduknya.

Keributan di belakang membuat guru yang tengah sibuk dengan bukunya berdesis marah.

"Apa yang kalian lakukan di belakang?!" Bu Yuri berteriak marah. Guru yang terkenal galak itu pun bangkit dari duduknya. Di tatapnya Taeyong dan Rose penuh amarah.

"Lee Taeyong. Kenapa kamu ada di sini? Ini bukan kelasmu."

Taeyong menyengir. Tanpa rasa bersalah ia bangkit dari duduknya.

"Saya cuma mau nyemangatin gebetan saya bu, biar belajarnya semangat." Kalimat yang di lontarkan Taeyong dengan santai ini sukses membuat kelas menjadi heboh. Dengungan mulai terdengar saat murid - murid saling berbisik mengenai hubungan Jennie dan Taeyong.

Bu Yuri bertambah marah. "Saya tidak mau tahu, sekarang kamu keluar dari kelas saya!" Tunjuknya pada pintu menyuruh Taeyong segera angkat kaki dari kelas.

Tak getar, Taeyong malah kembali duduk di kursi. Mengabaikan perintah Yuri. Jennie beserta seluruh murid di kelas itu melongo tak percaya. Baru ini mereka melihat ada yang berani melawan perintah guru tergalak di sekolah setelah guru BK.

"KELUAR TAEYONG!" Yuri berteriak marah. Murid - murid sampai harus menutup telinga mereka saking kerasnya guru itu berteriak.

"Bu, saya mau belajar disini. Ibu tahu kan kalau nilai fisika saya anjlok. Saya gak mau rapot saya buruk. Jadi izinkan saya untuk mengulang kelas ibu." Terang Taeyong sambil menuliskan sesuatu di selembar kertas yang ia cabut dari bukunya. Mulut Taeyong dengan lancar berbohong di samping tangannya yang menulis.

Yuri mendesah pasrah. Dari pada ia marah - marah hanya membuat keriput di wajahnya semakin bertambah. Ia pun berbalik badan kembali ke meja di depan kelas.

Rose juga pasrah. Ia dengan kesal mengambil buku fisika dari dalam tasnya lalu berjalan menuju meja Lisa. Duduk di samping gadis itu dengan hati yang bergejolak.

Tak lama kemudian, Taeyong melipat kertas itu menjadi setengah bagian lalu menggesernya menuju Jennie.

Teruntuk Jennie. Itu tulisan di depan surat.

"Di baca."

Jennie mengerutkan dahinya bingung. Tak mengerti dengan perilaku Taeyong yang abstrak ini.

Kadang baik, kadang kasar, kadang nyebelin, kadang tak terbaca.

Taeyong bangkit dari duduk. Hendak beranjak pergi dari kelas. Sebelum benar - benar pergi, ia menyempatkan diri menoleh ke arah Jennie lalu menyodorkan sebuah pulpen berwana soft pink dengan hiasan lucu.

"Buat gue?" Tanya Jennie bingung. Hatinya sedikit memanas.

Taeyong menggeleng. "Bukan. Gue minta tolong buat balikin pulpen ini ke Yuju, anak sebelah. Tadi gue ngambil paksa pulpen dia. Gak tau sekarang nangis atau engga."

Jennie merasa kepedean sekaligus tersingung. Ini Taeyong secara tidak langsung menyinggung dirinya yang menangis gara - gara gelangnya yang di rebut Taeyong tempo hari.

Mendengus kesal Jennie menyembunyikan rasa malunya. Ia pun buru - buru menarik pulpen itu lalu kembali fokus pada buku paket fisikanya.

Taeyong terkekeh geli melihat wajah Jennie sekarang. Asik sekali mengganggu gadis ini.

"Taeyong kamu mau kemana?" Yuri membuka suara saat di lihatnya Taeyong yang hendak meninggalkan kelas.

"Saya kan bukan murid sini bu."

"Kamu sendiri yang bilang mau memperbaiki nilai kamu yang anjlok."

"Ibu lupa yah kalau saya anak ips. Otomatis saya gak ada belajar fisika bu."

Yuri menggeram marah. Ia di bohongi muridnya. Malu pasti. Apalagi di hadapan puluhan muridnya yang lain.

Entah ini sudah yang ke berapa kali Taeyong membohongi guru di sekolah ini. Yang paling sering termakan bualan Taeyong adalah guru sosiologi yang sudah berumur. Ia sering membohongi dengan berkata bahwa pelajaran belum di sampaikan saat jadwal ulangan harian. Jadilah mereka sekelas tak jadi ulangan, di ganti dengan pengulangan penjelasan materi.

Yuri benar - benar marah saat ini. Tangannya sudah di pinggang memandang marah Taeyong yang di ambang pintu. Kesabarannya untuk Taeyong sudah habis.

Dengan gopoh Yuri berlari mengejar Taeyong yang dengan kurang ajarnya nyelonong pergi tanpa pamit. Mereka berdua terlihat saling kejar mengejar di lorong sekolah yang sepi.

Di tempat, Jennie memandang surat itu bingung. Apakah ia harus membacanya atau membuang kertas itu ke tempat sampah.

"Jen! Kali ini gue sependapat dengan kak Hanbin." Rose kembali duduk di bangkunya. "Jauhi kak Taeyong. Gue setuju itu."

Jennie jadi semakin bimbang.

Sepertinya ia memang harus menjauh dari Taeyong. Orang di sekitarnya saja menyuruhnya begitu.

Dengan begini, Jennie semakin mantap untuk merealisasikan rencananya. Ia harus segera menjalankan misinya itu.

Di ambilnya kertas pemberian Taeyong lalu menyelipkannya sembarang di sela tas sekolahnya

Selamat malam.
Dari penulis semberawut yang lagi persiapkan diri buat ospek besok 😭

Salam

💚❤️

bastard boy •• taeyong x jennie [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang