Duapuluhtujuh - pilihan

3.2K 515 69
                                    



Tepat jam dua belas siang Jennie mendapat pesan dari Hanbin yang menyuruhnya untuk datang ke lapangan blok 5 pukul lima sore. Katanya ini gawat dan penting. Jadilah Jennie rela menembus derasnya hujan sore itu untuk sampai ke lokasi.

Jennie datang sendirian, karena Hanbin menyuruhnya begitu.

Dan kini, di tengah lapangan yang banyak orang terkapar tak sadarkan diri, Jennie terisak ketakutan. Tersedu - sedu seraya menyebut nama Hanbin dan Taeyong.

Ia memang tak sempat melihat adegan perkelahian, namun gadis itu dapat membayangkan betapa sadisnya tawuran kali ini.

Di hadapan Jennie terdapat dua buah mobil ambulance yang masing - masing membawa satu pasien. Mobil sebelah kanan berisikan Taeyong dan Hanbin di sebelah kiri.

Masih dengan tangan bergetar dan napas tercekat, Jennie menggigit bibirnya cemas.

Jennie bingung. Ambulance mana yang harus ia masuki. Sungguh, Jennie tak suka saat - saat dimana ia harus memilih satu di antara Taeyong dan Hanbin. Ini membingungkan.

Melihat mobil yang akan segera meninggalkan lapangan, membuat Jennie kalang kabut. Ia pun meloncat masuk ke salah satu mobil lalu duduk di samping seseorang yang kini tengah tak sadarkan diri.

Hanbin terbaring dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Jennie meringis ngeri saat melihat kondisi Hanbin yang sangat tidak baik - baik saja.

Memang, Jennie tengah marah pada lelaki ini. Namun semarah - marahnya Jennie, ia juga tak tega pada teman masa kecilnya. Hanbin sudah begitu banyak menolongnya dan menemani harinya.

Alasan lain ia lebih memilih masuk ke ambulance ini karena kondisi Taeyong lebih mendingan di banding Hanbin. Walaupun perut lelaki itu terus mengeluarkan banyak darah, tapi Jennie yakin kalau Taeyong kuat menahan itu semua.

Taeyong tak selemah itu. Jennie percaya itu.

"Hanbin." Bisik Jennie di sela tangisnya. Gadis itu menggenggam salah satu tangan Hanbin. Berusaha menyalurkan tenaganya untuk lelaki itu agar terus bertahan.

Mobil melaju sangat cepat hingga mereka kini sampai di salah satu rumah sakit terdekat.

Jennie turun begitupun beberapa perawat yang langsung sigap mendorong Hanbin menuju unit gawat darurat. Perawat menyuruh Jennie untuk menunggu di luar lalu mengunci rapat pintu ruangan.

Gadis itu terduduk lemas di lantai rumah sakit yang dingin. Bibirnya tak henti melantunkan segala jenis doa yang ia ketahui. Doa untuk seseorang disana. Raga Jennie boleh saja hadir di pihak Hanbin, namun hati dan pikirannya kini berpihak pada Taeyong. Hatinya selalu berharap Taeyong dalam keadaan baik dan pikirannya tak henti memikirkan Taeyong.

Jennie harap, Taeyong dapat bertahan seperti yang ia pikirkan.

Semoga.

"Jennie!" Rose dengan segera menghampiri Jennie yang terduduk sambil menangis tersedu di lantai rumah sakit.

Mendengar seseorang memanggil namanya, Jennie menoleh. "Rose." Bisik Jennie.

Mereka pun saling berpelukan satu sama lain. Jennie menumpahkan segala beban yang ada dengan menangis di dalam pelukan Rose.

"Mereka akan baik - baik aja. Lo gak usah cemas. Gue yakin mereka kuat." Rose mencoba menenangkan Jennie seraya membelai pelan rambut gadis itu. Jennie mengangguk. Di lepasnya pelukan lalu menyeka sisa air mata di pipi.

"Taeyong..."

"Tenang aja, ada kak Jaehyun sama kak Yuta yang nemenin."

Jennie menghela napas panjang. Setidaknya lelaki itu tidak sendirian. Ada teman - temannya yang datang menemani.

"Gue mau ketemu Taeyong, Rose." Pinta Jennie. Sungguh, ia ingin sekali memastikan saat ini juga kalau Taeyong baik - baik saja seperti harapannya.

"Ini udah malam. Besok aja. Lagi pula Taeyong butuh istirahat." Balas Rose tak mengijinkan Jennie untuk pergi menjenguk Taeyong malam ini.

Jennie hanya mengangguk kecil sebagai balasan dari saran Rose. Walaupun ia kecewa, namun perkataan Rose ada benarnya juga.

Mungkin besok pagi ia bisa datang menjenguk Taeyong dengan membawa buah atau makanan lain sebagai permintaan maaf karena lebih memilih masuk ke ambulance Hanbin di banding Taeyong. Jennie akan berusaha menjelaskan alasannya.

Di sisa tenaganya, Taeyong dapat melihat dengan jelas bagaimana Jennie melangkah masuk ke dalam ambulance yang di tempati Hanbin.

Gadis itu dengan mantap memilih Hanbin di banding dirinya.

Jennie lebih memilih Hanbin daripada Taeyong untuk ke sekian kalinya.

Bahkan saat mereka telah melalui banyak hal pun Jennie masih tetap memilih Hanbin.

Taeyong merasa tak memiliki harapan lagi. Ia yang dahulu sangat optimis pada kemungkinan satu persen kini memutuskan untuk menyerah.

Taeyong sore ini menyerah untuk memperjuangkan Jennie.

Tidak ada lagi harapan dan angan - angan dirinya bersama Jennie. Gadis itu sudah memilih. Dan pilihannya adalah Hanbin.

Taeyong memejamkan matanya menahan pedih. Bukan karena perutnya yang tertusuk melainkan hatinya yang remuk.

Bahkan hatinya lebih sakit di banding luka di perut. Sakit yang dahulu tak pernah Taeyong rasakan dan kini ia merasakannya. Nyeri itu semakin menjadi saat ingatan Taeyong mengulang adegan dimana Jennie lebih memilih Hanbin.

Hal yang akan Taeyong selanjutnya hanya satu. Menjauhi akar dari sakit hatinya kali ini.

Taeyong akan menjauhi Jennie. Bagaimana pun kondisinya. Dan juga sesuai kesepakatannya dengan Hanbin. Ia tak boleh lagi mendekati Jennie.

Mata Taeyong menatap lemah langit - langit lorong rumah sakit. Setelah tadi ia di angkut menggunakan ambulance, sekarang dirinya tengah di dorong menuju ruang UGD.

Napasnya terengah. Mencoba menahan sakit yang semakin menjalar.

Matanya semakin lama semakin berat. Taeyong memutuskan untuk menutup mata bersamaan dengan suara Jaehyun dan Yuta yang terus memanggil namanya. Dalam hati Taeyong tersenyum. Setidaknya masih ada yang berpihak padanya.

Seingat Taeyong, Jaehyun dan Yuta kondisinya tidak parah. Hanya luka ringan di bagian wajah. Berbeda dengan Johnny yang kini sudah terbaring di rumah sakit.

Di alam bawah sadarnya Taeyong berharap, semoga ia bangun di keadaan semula. Saat dimana ia belum mengenal Jennie dan hidupnya masih dalam keadaan normal.

Maaf banget lama update karena aku sibuk kepanitiaan kemarin 😭

Jennie milih Hanbin nih. Gak sinkron gitu antara tindakan sama hati.

Makasih comments kalian di part sebelumnya yang gak bisa aku balas satu - satu.

See you
Next 💚 part

bastard boy •• taeyong x jennie [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang