"Ini dimana?" Tanya Jennie bingung sesampainya mereka di sebuah gedung setengah jadi yang jauh dari keramaian.Tempat ini sepi. Hanya beberapa kendaraan yang jarang - jarang lewat di jalan raya. Pepohonan hijau mendominasi pemandangan di sekitar sini. Bisa di bilang, mereka kini berpijak di daerah perbukitan. Di lihat dari jalanan menanjak dan tikungan tajam yang mereka lewati menuju tempat ini.
Jennie sedikit menyipitkan matanya saat sinar matahari mulai terik membakar kulit. Memilih beranjak ke tempat teduh lalu mulai menatap sekitar.
Taeyong selalu berhasil membuatnya kagum pada tempat - tempat dimana lelaki itu membawanya. Pertama saat Taeyong membawanya nonton film di daerah pinggir kota. Sekarang ia membawa Jennie ke daerah perbukitan.
Jennie beralih melirik ke arah Taeyong yang sedang memarkirkan motornya. Matanya kembali menyipit. Pikiran buruk tentang Taeyong mulai menghinggap di pikiran Jennie.
Untuk apa Taeyong membawanya ke tempat sepi seperti ini.
"Taeyong, lo gak bakalan macem - macem kan?" Selidik Jennie was - was. Bisa saja kan Taeyong bermaksud buruk padanya. Siapa yang tahu pada pemikiran lelaki itu.
Tak menjawab, Taeyong membawa Jennie masuk ke bangunan itu. Bangunan dengan dua lantai yang menjulang tinggi di banding bangunan lain di sekitarnya.
Jennie hanya ngikut. Walaupun dirinya was - was namun entah mengapa sebagian diri Jennie percaya kalau Taeyong tak akan macam - macam padanya.
Taeyong terus menarik Jennie melewati puluhan anak tangga yang berdebu. Bahkan Jennie harus menutup hidungnya agar debu tersebut tidak masuk ke pernapasan.
Bagian dalam bangunan setengah jadi itu tidak ada yang menarik. Hanya ruangan kosong yang beberapa bagian masih dalam proses pembangunan. Dapat Jennie bayangkan betapa seramnya bangunan ini di kala malam.
Di ujung tangga terdapat setitik cahaya terang. Sinar itu muncul dari sela pintu yang renggang.
Dengan rasa penasaran yang kian bertambah, Jennie semakin cepat menaiki setiap anak tangga yang ada. Menarik lengannya dari genggaman Taeyong lalu berjalan mendahului lelaki itu.
Jennie membuka pintu kayu itu perlahan lalu terpesona. Merasa kagum dengan apa yang ia lihat sekarang.
"Taeyong, ini indah banget." Puji Jennie tulus dengan mata yang masih memandang lurus pemandangan di depannya.
Taeyong hanya terkekeh kecil melihat ekspresi wajah Jennie. Ia pun melangkah maju memposisikan diri di samping Jennie.
"Dulu, gue sering banget ke sini. Kalau lagi capek sama kehidupan, di sini enak banget jadi tempat buat nenangin diri."
Jennie mengangguk setuju. Memang benar apa kata Taeyong. Tempat ini begitu cocok untuk mereka yang ingin beristirahat sejenak menenangkan diri dari masalah kehidupan.
Bukan tanpa alasan Taeyong membawa Jennie ke tempat ini. Lelaki itu tahu kalau gadis di sebelahnya itu tengah di landa masalah. Karena Taeyong juga sering bermasalah, maka dari itu ia memilih tempat ini sebagai tempat bolos mereka.
Jennie melangkah maju menuju pinggiran atap. Mencoba melihat lebih dekat pemandangan asri yang menyejukkan pikiran. Tak ada hiruk pikuk perkotaan. Tak ada gedung - gedung pencakar langit yang dari hari ke hari semakin menjulang tinggi. Semuanya hanya hijau. Dan Jennie merasa nyaman dengan ini.
Ia pun memejamkan mata sembari menghirup dalam udara segar di sekitarnya.
Tanpa Jennie sadari, Taeyong diam - diam memfoto gadis itu secara candid. Mengabadikan setiap momen yang Jennie lakukan dengan kamera polaroid yang ia bawa.
Taeyong berencana akan memajang foto Jennie yang ia ambil hari ini di kamarnya. Menggantungkan foto - foto itu di sela - sela lampu kecil yang terpasang di kamar.
"Jennie?"
Merasa terpanggil, Jennie pun menoleh. Membalikkan badannya menghadap Taeyong di belakang.
"Kenapa?"
"Foto bareng yuk."
Jennie mengangguk. Ia pun menggeser tubuh mendekati Taeyong dengan jantung yang tiba - tiba berdegub kencang.
Taeyong merangkul Jennie. Membawa gadis itu mendekat. Melihat perlakuan Taeyong, Jennie semakin salah tingkah. Ia merasa wajahnya pasti sudah merah padam. Tak membuang kesempatan, Jennie pun ikut merangkul Taeyong. Mereka pun saling merangkul sambil menunjukkan senyum terbaik mereka hari ini. Dengan latar belakang pemandangan alam yang hijau, Taeyong dan Jennie mengabadikan momen dengan berfoto untuk pertama kalinya.
Selesai berfoto, Taeyong mencetak foto tersebut lalu memberikannya kepada Jennie. Tentu Jennie senang. Tak henti - hentinya ia menatap foto mereka. Matanya beralih pada tanggal yang Taeyong tulis di bawah foto itu. Tanggal hari ini. Hari dimana mereka memutuskan untuk bolos sekolah dan menikmati hari bersama. Dan juga, hari di mana foto ini di ambil.
"Taeyong?"
"Ya?"
"Terima kasih." Ujar Jennie tulus dengan senyuman yang perlahan muncul menghiasi wajahnya.
Melihat itu, jantung Taeyong rasanya mau meledak. Bahkan Taeyong tak tahu mau menjawab apa karena otaknya seakan lumpuh untuk berpikir. Ia hanya tersenyum kecil sambil mengangguk lalu memalingkan wajah dari Jennie.
Taeyong menghela napas yang tanpa ia sadari tertahan sedari Jennie tersenyum. Ia tak yakin akan tetap hidup jika setiap hari melihat Jennie tersenyum seperti tadi.
❣
Manis - manis dulu sebelum pahit. ❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/138154731-288-k925448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
bastard boy •• taeyong x jennie [tamat]
Fiksi PenggemarTentang Jennie yang kembali ke kota kelahirannya setelah tiga tahun. Di sana, di Seoul 01 HS, tempat dirinya di pertemukan dengan dua ketua geng pemberontak, Taeyong dari Seoul 01 HS dan Hanbin dari Seoul 301 HS. Keduanya membuat Jennie harus memil...