Hari ini sekolah sangat sepi, mungkin dikarenakan hari senin, atau mungkin ada hal lain.
Hanya ada satu atau dua orang siswa yang berlalu lalang di sekolah, tidak seperti biasanya.
Memang ini masih cukup pagi menurutku, aku melirik jam tanganku, tepatnya pukul 06.15 pagi. Terdengar jelas dentingan jam karena hanya ada aku di kelas ini.
Aku meraih benda pipih di saku ku. Membuka pola kunci dan aplikasi musik, mencari lagu favoritku dan mengetuk play.
Shawn Mendes - memories
⏪⏸⏩Memutar lagu itu dengan volume penuh, seketika semua moment kembali berputar dalam ingatanku. Saat aku mengenal Rifan dulu, hingga saat ini kami masih terus bersama.
"Hei," Sapa seseorang yang sontak membuatku kaget dan menoleh ke sumber suara, aku menemukan Rifan yang berdiri tepat di ambang pintu dengan posisi tangannya berada di saku celananya.
"Eh? Masuk,Ri."
Rifan berjalan menuju ke bangku yang tepat di sebelahku."Masih pagi udah galau aja, jangan mikirin gue mulu. Ntar cinta loh,"
"Ih apaan sih, engga lah," Aku memalingkan wajahku ke sembarang arah, yang pastinya wajahku sudah blushing saat ini.
"Cie baper cie, wkwk," Ledek Rifan sambil mencubit pipiku pelan.
"Ih Rifannnnn," Aku memukul pundaknya, seketika tawanya pecah. Pasti saat ini ia sangat puas menjahiliku.
Aku menatap wajahnya dalam, ia saat ini masih menikmati tawanya, wajahnya yang putih, mulus, hidungnya yang mancung, bulu mata yang lentik, dan mempunyai dua lesung pipi, ditambah lagi dengan alisnya yang tebal, bagaimana aku tidak mencintainya. Sifatnya juga yang selalu care padaku.
Meskipun kita tidak diizinkan bersatu, setidaknya kita tertawa bersama. -Syakilah Ferdillah Gham
Tanpa aku sadari, aku hanyut dalam tatapanku. Hingga aku tak mengetahui bahwa saat ini Rifan juga menatapku, wajahnya semakin dekat denganku, aku menutup mataku dan merasakan nafasnya yang semakin dekat.
"Woyy, ngapain lu nutup mata? Emannya lu ngantuk? hahaha." Rifan berteriak tepat di telingaku dan tertawa puas, sementara aku langsung membuka mataku dan megerucutkan bibirku lima puluh senti.
Rifan mengapitkan kedua tangannya di kedua pipiku,
"Tembem, jangan ngambek dong," Rayu Rifan sambil menggoyang-goyangkan pipiku dengan tangannya yang mengapit.Setelah melepaskan apitannya, ia meraih jemariku dan mempertemukannya dengan jarinya, seperti kepingan puzzle yang mendapat pasangannya. Lalu ia berkata, "Gue janji sama lu, bakal jagain elu.Lu adik gue yang paling gue sayang, gue ga bakal biarin siapapun ngelukain lu, termasuk hati lu." Ujar Rifan yang membuat degup jantungku berdetak cepat. Aliran darahku serasa berhenti.
Mungkin aku harus terima realita, bahwa ia bukan untukku. Semoga dengan diamku ini, aku akan selalu bersamanya dan hubunganku dengannya tidak akan renggang.
Setelah absensi di kelas, ada delapan siswa yang tidak masuk sekolah hari ini, termasuk Tasya.
Bel istirahat berbunyi, aku mengecek ponselku dan membuka pesan disana, dua pesan masuk dari Tasya.
p
p
Kil, gue telat bangun jadi ga dateng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!