"Killllll, lu... Haa..russs ke.." Kata Lala tergesa-gesa.
"Lu mau ngomong apa sih La? Yang bener dong." Protes Syakilah.
"Tarikk napassss, buanggg." Suruh Nadila.
"Iya nih si Lala, ada apa?" Tanya Tasya mulai kepo.
"Huftt! Rifan sama Fandi berantem di lapangan."
"Beneran lu La?" Tanya Tasya lagi. Dengan cepat Lala mengangguk.
"Lu tau apa masalahnya?" Tanya Syakilah.
"Nggak tau, lu cepetan gih ke sana!" Suruh Nadila.
"Ehhh gue ikuttt," Kata Lala.
"Ehhhh guee juggaaaa." Disusul Nadila dan Tasya.
Mereka berempat menuju ke lapangan, dan saat sampai di sana Syakilah langsung masuk ke tengah-tengah kerumunan murid yang sedang menonton adu jotos itu.
"Misiiii-misiiii," Kata Tasya sambil memberi Syakilah jalan untuk lewat.
Syakilah dengan cepat menghampiri kedua orang itu, Rifan dan Fandi.
"Apa-apaan sih kalian pake acara berantem!Hah? Mau dibilang jagoan? Gitu?" Sentak Syakilah di depan wajah keduanya.
Fandi dan Rifan bungkam.
"Jawab! Kok kalian pada diem? Tadi aja pas gue nggak ada kalian sok jago!"
Fandi? Masih bungkam.
"Gue cuma nggak suka kalo lu deket sama dia," Tunjuk Rifan di depan wajah Fandi. "Apa lagi kalian pacaran."
"Kenapa? Lu cemburu? Hah?" Bentak Syakilah.
"Iya!"
Deg!
Apa bener kamu cemburu? Kamu lagi nggak bohong kan Ri? Batin Syakilah.
"Okey-okey! Gue minta maaf sama lu tentang kejadian desember tahun lalu." Kata Fandi.
"Segampang itu lu minta maaf? Cuih! Gue nggak bakal sudi terima maaf dari pengecut kayak lu!" Tegas Rifan.
"Gini ya, sekarang semua terserah sama lu! Yang intinya gue udah minta maaf. Dan kejadian tahun lalu nggak ada hubungannya sama sekali dengan Kila. Ngerti?" Sentak Fandi.
"Yah jelas adalah! Gue itu sayang sama dia! Gue nggak bakalan biarin orang bejat kayak lu nyentuh dia!" Sentak Rifan dengan penuh penekanan.
"Okey, sekarang terserah gadis di depan lu ini. Tanyain sama dia." Kata Fandi.
"Ri, nggak usah over deh! Gue bukan anak kecil lagi! Gue bisa kok jaga diri." Ujar Syakilah.
"Terserah lu, emang lu keras kepala!" Kata Rifan lalu pergi meninggalkan lapangan.
"Kamu nggak pa-pa kan?" Tanya Syakilah sambil menatap wajah Fandi yang luka lebam. "Kita ke UKS yah, aku obatin."
Fandi tidak menolak, mereka menuju UKS. Lapangan yang tadinya ramai seperti pasar, sekarang sudah sunyi seperti kuburan.
--------------------------
"Aduhh Kila mana sih?" Tanya Tasya tidak sabaran.
Tadi Syakilah meninggalkan temannya itu di lapangan sekolahnya, dan hingga kini mereka bertiga tidak tau kemana perginya Syakilah.
"Tau tuh! Gue kan mau nanyain soal tadi." Kata Nadila ikut-ikutan.
"Udah ih! Kalian itu, nggak tau apa posisi Kila sekarang itu gimana! Pasti dia itu dilema." Timpal Lala.
"Permisi Bu, maaf saya telat." Kata Syakilah pada guru di kelasnya.
"Udah sekarang kamu duduk."
"Makasih Bu."
Syakilah duduk di bangkunya dengan wajah ditekuk.
"Hst," bisik Tasya pada sahabatnya itu.
Syakilah menoleh, dan Tasya memberi isyarat, "Lu harus jelasin semua."
*****
"Hey!" Ucap Rifan yang baru saja datang ke rumah Syakilah.
"Lu di panggil sama Papa." Kata Syakilah datar.
"Oh ya? Om Freddi udah balik? Dia ada di mana?"
"Ruang tamu." jawab Syakilah singkat.
Rifan meninggalkan Syakilah di halaman rumah, Syakilah memilih melanjutkan membaca novel. Sesekali ia menulis clipnote. Salah satunya ini :
Gak tau kenapa, seharusnya gue bahagia karna lu udah sayang sama gue, tapi kok gue kayak biasa aja sih?:( -Syakilah
"Kil, lu di panggil tuh sama om Freddi." Kata Rifan, Syakilah masuk ke rumahnya.
"Ada apa Pa?" Tanya Syakilah kepada ayahnya itu.
"Ini, Papa berencana buat syukuran, dan Papa minta tolong sama Rifan buat undang temen kalian." jelas Freddi.
"Oh ya? Ya udah Pa, nanti Kila sampein ke temen-temen Kila."
"Rifan juga om." sambung Rifan.
Syakilah menatap sinis ke Rifan,
"Kenapa sih kalian berdua? Kok kayak ada yang aneh?"
"Nggak kok Pa."
"Nggak kok om."
"Apaan sih lu? Ikut-ikutan aja!" Protes Syakilah.
"Bodo!" Balas Rifan dengan acuh.
"Udah-udah, acaranya sabtu malam." Kata Freddi.
"Dua hari lagi dong Pa?"
"Iya sayang." kata Freddi sambil mengangguk.
"Itu doang kan Pa yang mau Papa sampein? Kila ngantuk nih," Sindir Syakilah agar Rifan pulang.
"Iya cuman itu, Papa juga capek."
"Udah sana lu pulang! Ngapain si masih disini?" Ucap Syakilah terang-terangan.
"Ih kok malah diusir sih Rifannya, ga boleh gitu sayang," kata Freddi.
"Sewot bener lu! Gue cium tau rasa lu!" balas Rifan pada Syakilah.
Syakilah melotot, ingat masih ada Freddi di situ.
"Paaa liat tuh! Masa beraninya dia ngomong gitu, kan nggak sopan Pa." Adu Syakilah pada Freddi.
"Kalian kan udah dewasa, jadi nggak pa-pa sesekali."
"Apaan sih Pa!"
"Tuh denger Papa lu, Papa lu juga pernah muda kali." Kata Rifan.
"Eh diem lu! Gue nggak ngomong sama elu yah!" Protes Syakilah.
"Om, saya pamit yah."
"Dari tadi kek!" Timpal Syakilah lagi.
"Bodo!" Kata Rifan sambil berjalan menuju ke rumahnya.
(Riwayat revisi 19) 31 Okt 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Ficção AdolescenteDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!