Rasa-22

245 11 1
                                    

H a p p y R e a d i n g...

'Aku bakal ngelamar kamu setelah kamu lulus.' Kata yang terus berputar di otak gadis itu.

Syakilah tidak menyangka bahwa Fandi akan seserius itu padanya. Antara ia harus senang dan harus sedih, karena Fandi untuk sementara akan kuliah di Amerika.

Syakilah terus termenung di balkon rumahnya, banyak yang terlintas di pikirannya. Termasuk Rifan.

Sesekali ia bercermin lalu tersenyum sambil mengeluarkan air mata. Mata itu! Mata yang selalu ia tatap, orang yang selalu membuatnya tertawa riang sepanjang hari selama bertahun-tahun.

Cowok yang ia sebut malaikat pelindungnya telah pergi.

Drt drt...

Suara getar ponsel miliknya membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

From : Tasya
Gue jemput ya. Kita jalan, 10 menit lagi gue nyampe bye nyett😂😜

Syakilah langsung bersiap-siap membersihkan tubuhnya lalu wajahnya diberi sedikit polesan Make-up.

Matanya tertuju pada jam dinding yang bergeming di ruangan luas rumahnya itu.

Sudah menunjukkan pukul 18.57.

Syakilah mendengar bunyi klakson mobil di depan rumahnya, pasti Tasya dan lainnya sudah sampai.

Syakilah buru-buru menuruni anak tangga di rumahnya satu-persatu dan cepat membuka pintunya.

"Hai mata coklat." Sapa Lala.

MATA COKLAT. Itu panggilan baru Syakilah sejak mendapat donor mata dari sahabat yang dicintainya. Cinta pertamanya.

Syakilah tersenyum dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Lu coba tebak deh kita mau kemana?" Kata Tasya.

"Clubbing maybe." Tebak Syakilah asal.

"Nice people! Tumben otak lu encer."

"Emang encer, nggak pernah dibekuin kali."

"Hahahahaha." Balas ketiganya serempak.

*****

Fandi sibuk memainkan jarinya di atas ponsel yang tidak ada notifikasinya sama sekali.

Fandi sudah men-spam pacarnya itu namun tidak ada balasan satu pun. Fandi juga sudah mencoba beberapa kali menelpon Syakilah tapi di riject.

Fandi juga merasa tidak mengerti, mereka tidak bertengkar sama sekali.

Fandi memutuskan untuk pergi ke rumah Nandar karena ia sudah hampir terlambat ke acara angkatan mereka. Fandi sebetulnya tidak boleh telat, karena ia adalah ketua OSIS. Jadi otomatis ia yang mengurus semuanya.

Fandi tadinya berniat mengajak gadis mungilnya, tapi entah di mana Syakilah sekarang.

Fandi melajukan motornya dan sampai di sebuah Cafe yang baru diresmikan dua minggu yang lalu. Sudah banyak yang menunggunya di sana.

"Hei sob! Gue kirain lu nggak bakalan dateng." Kata Dirga.

"Tadi gue ke rumah Nandar dulu tapi bokapnya bilang dia udah cabut."

"Yaiyalah gue cabut, orang lu lama banget." Kata Nandar sebal.

Fandi mengumpulkan semua orang yang ada di cafe itu untuk menyampaikan hal.

"Untuk malem senin kita bakal bagi-bagi takjil dan kita bakal ngadain bazar angkatan. Tapi di bazar angkatan boleh ngundang orang luar." Kata Fandi.

"Oke."

*****

"Lu nggak capek apa Kil? Gue udah mau balik nih." Kata Nadila pada

Syakilah yang sudah banyak minum.
"L-u kalo mau balik, b-alik aja sanaaaa." Kata Syakilah yang setengah sadar.

"Kayaknya lu harus telpon kak Fandi deh Sya." Kata Lala.

"Oke-oke. Gue coba telpon, mana hpnya Kila?"

"Nih," Lala menyodorkan ponsel kepada Tasya.

Diseberang sana Fandi mendapat telpon dari kekasihnya itu, Fandi langsung mengangkat telponnya.

"Halo sayang? Kamu dari mana aja sih? Aku tadi mau ngajakin kamu ke acara angkatan aku."

"Ha-halo kak Fandi? I-ini Tasya. Tolong kakak ke Club dekat persimpangan empat yang deket rumah Lala."

"Syakilah mana?" tanya Fandi bingung.

"Nanti aku jelasin kak."

"Ok gue otw."

Fandi menutup telponnya secara sepihak.

"Mau kemana lu? Kok panik gitu?" Tanya Dirga.

"Gue, ah nantilah gue jelasin, tar Syakilah kenapa-kenapa kalo gue lama, shit! bye!" Fandi meninggalkan cafe itu.

15 menit kemudian Fandi masuk di dalam club yang tidak pernah ia masuki sebelumnya. Bau minuman yang menurutnya tidak enak di penciumannya.

Fandi terus masuk menerobos orang-orang yang mulai mabuk. Fandi melihat Lala dari kejauhan.

"Syakilah mana?" Fandi menoleh ke satu persatu teman-teman pacarnya. Dan menemukan Syakilah yang sudah setengah tidak sadar.

Tanpa menunggu jawaban dari teman-teman Syakilah, Fandi menggendong Syakilah dan memasukkannya ke mobil yang ia pakai, ia sengaja meminjam mobil Nandar.

"Hai, bangggggg gantengggggg." Goda Syakilah.

"Kamu kenapa sih Kil? Kok bisa sampe gin.."

"Hustttt. Jangan ribut sayang, ayo kita main." Goda Syakilah lagi sambil memutarkan jarinya di dada bidang Fandi.

"Apaan sih, Kil. Kamu itu lagi nggak sadar."

"Aku sadarr kok sayaaanggg."

Cup.

Syakilah mulai melumat bibir Fandi, tetapi cowok itu tidak membalasnya karena ia tahu kekasihnya itu dalam keadaan mabuk.

Fandi mencoba mendorong tubuh gadis itu.

"Kok kamu nolak sayang? Ayolah aku tahu kamu sudah lama menginginkan ini," kata Syakilah yang semakin liar.

Fandi mencoba melajukan mobilnya secepat mungkin.


(Riwayat revisi 23) 07 Nov 2019





Maaf yah baru update, sebetulnya tuhh ada yang nunggu cerita ini nggak sihh?😭

Hmmmmmm....

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang