"Gue!" Syakilah menoleh ke pemilik suara itu. Mendapati Lala yang telah berdecak pinggang di hadapannya.
"La, beneran lu cuma salah paham. Gue bisa jelasin sama lu, La." Kata Syakilah tulus.
"Nggak ada yang perlu lu jelasin."
"Kemarin lu kan liat sendiri gimana kondisi gue. Iyakan? Lu ada pas kejadian itu La." Terang Syakilah. Benar juga, Lala 'kan menjadi saksi disana.
"Tapi nggak pake meluk juga bisa kan? Lu tau kan gue udah lama suka sama kak Nandar! Dan lu-" Sentak Lala sambil menunjuk di depan dada Syakilah.
Tring tring.
Bel masuk berbunyi membuat mereka menatap satu sama lain. Syakilah menatap dengan penuh rasa bersalah. Berbeda dengan Lala, menatap dengan penuh kebencian.
Lala terlebih dahulu meninggalkan Syakilah dan masuk ke kelasnya.
Karena skors dari kepala sekolah berlaku hari ini, Syakilah mengambil tasnya di kelas dan langsung ke toko buku.
*****
"Novelnya mana sih?" Ketus Syakilah yang sudah lelah mencari sebuah novel tapi belum ditemukan.
Syakilah menoleh ke rak buku yang paling bawah hingga paling atas, dan yap! Novel itu ada di rak paling atas.
Syakilah mendengus sebal, "Huft!" Syakilah berusaha mengambil novel itu tapi tetap tidak bisa.
Karena tinggi tubuhnya yang minim, is tidak dapat menggapai buku yang lumayan tinggi itu.
Hingga Syakilah merasa bahwa sebuah tangan terulur mengambil novel yang diinginkannya.
"Nih," Kata orang itu sambil memberikan novel.
Mata Syakilah terbelalak melihat orang itu, dan ingin cepat-cepat meninggalkan toko buku itu.
Baru saja selangkah, lengannya sudah dicekal. "Kil!" Panggil orang itu.
"Lepasin gue Ri!" Sentak Syakilah dan langsung menepis tangan Rifan.
"Lu berubah! Mau sampai kapan lu sandiwara gini? Sampai kapan lu mau pura-pura jadi Syakilah yang baru! Hah? Ini bukan sifat lu banget,"
"Apaan sih!" Tanya Syakilah pura-pura tak mengerti.
"Gue kenal sama lu itu udah dari kecil Kil, mungkin lu lupa!"
"Ribet amat si lu!" Syakilah mencoba mengabaikan pembahasan Rifan.
"Lu pasti kangen sama gue, iyakan? Mending lu jujur dah" Kata Rifan.
"Pede banget lu!" Elak Syakilah.
"Iya kangen banget" Batin Syakilah yang kini rasanya ia ingin memeluk Rifan dengan kuat dan tidak ingin melepasnya.
"Gue pengen ajak lu ke suatu tempat."ajak Rifan.
"Ogah." Ditolak dengan cepat oleh Syakilah.
"Plis, sekali aja."
"Kemana?"
"Ikut,"
Mobil Rifan berhenti di sebuah taman, taman dekat pantai. Taman yang sering mereka kunjungi, DULU.
"Ngapain sih lu bawa gue kesini?" Ketus Syakilah.
"Duduk aja,"
Tanpa menjawab, Syakilah menurut."Kil?" panggil Rifan.
Tanpa menoleh, Syakilah menyahut. "Apa?"
"Kill!" Panggil Rifan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!