"Cepetan Kilaa!" Rifan terus saja mengoceh sedari tadi.
"Iya, sabar Ri. Sini helmnya."
"Nih," Rifan memberiku helm.
Aku naik ke jok motor, saat posisi ku sudah aman, damai, tentram dan bahagia, Rifan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Ri? Pulang nanti Kila bareng sama Kak Fandi yah." izinku.
"Oh, yaudah. Hati-hati." Kata Rifan, "Kalo ada apa-apa cepat nelpon." sambungnya.
"Iya." balasku sambil mengangguk.
Aku membuka lembar-lembar buku matematika ku. Sebentar lagi akan diadakan ulangan. Dan tentunya aku harus belajar. Aku sangat suka pelajaran matematika, meskipun, beberapa minggu lalu aku di keluarkan dari kelas.
"Dorrrrr!"
Suara yang berasal dari ambang pintu, aku dan yang lain menoleh ke sumber suara yang sempat mengagetkan kami yang serius belajar.
Ternyata dia, maksudku, Nadila.
"Ngagetin aja si lu Nad!" Umpat salah satu teman kami.
"Iya nih, udah telat, ngagetin lagi." Sari melipatkan kedua tangannya di depan dada.
Nadila berjalan menuju ke bangkunya, "Iya-iya maaf." Kata Nadila, ia menaruh tasnya.
Aku melanjutkan belajar yang sempat gagal fokus tadi.
*****
Di perjalanan menuju ke kantin, aku melewati kelas Rifan, XI IPS 2.
Aku menoleh ke jendela kelasnya, dia tidak ada.
Tapi ucapan Tasya mengalihkan pandanganku,
"Eh, Kila! Tadi lu budek beneran yah?"
"Ga lah, Kila tadi pake headset wkwk. Biar kalian tuh usaha." kataku pada mereka yang sedari tadi waktu ulangan memanggilku untuk meminta jawaban.
"Yeah lu mah gitu." balas Tasya.
Bruk!
Karena pandanganku pada Tasya, aku merasakan telah menabrak sesuatu. Tepatnya, seseorang.
Aku terjatuh ke lantai, Tasya, dan Nadila langsung membantuku.
"Lu ga papa Kil?" Tanya kedua temanku dengan serempak.
"Kila ga papa kok Nad, Sya. Kila yang salah."
Aku membersihkan rok ku yang agak kotor. Aku menoleh pada seseorang yang kutabrak tadi, ia masih berdiri di depanku. Aku memandang dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, dan bau parfumnya, aku kenal.
"Sayang! Makanya hati-hati. Jangan liatin sembarangan kalo jalan." kata cowok itu padaku.
"Iya-iya maafin Kila. Emang mau kemana, Fan?" tanyaku, Yup! yang kutabrak si ketos.
Sementara kedua temanku hanya saling menatap, mungkin keduanya bingung. Nadila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mau ke kelas kamu. Nih, makan yah."
Kak Fandi memberikan tempat bekalnya untukku."Iya-iya. Udah makan kamu?" Tanyaku.
"Udah. Aku ke kelas dulu yah, sayang. Ntar pulangnya bareng, tunggu aku di kelas kamu.""Iya."
Aku menatap punggung Fandi yang mulai jauh. Lalu aku menoleh pada kedua sahabatku, ia menatapku dengan seribu pertanyaan yang ingin dilontarkannya padaku.
"Lu pacaran sama Kak Fandi?" Tanya Tasya.
"Kil, lu kok ga ngomong?"
"Sejak kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!