Author POV.
Seorang gadis duduk di balkon rumahnya sejak malam. Memikirkan semua beban yang kini menumpuk di otaknya.
Dan finally! Satu-satunya yang ia ingin lakukan saat ini adalah, merubah sifat! Pada dirinya sendiri.
Menurutnya, hanya itu satu-satunya cara agar tidak terjebak dalam harapan ataupun tipuan-tipuan cowok lainnya. Meskipun akan sangat tidak menjadi dirinya sendiri.
05.57"Huh! Sekarang apa lagi yah?"
"Udah perfect." Sambungnya sedetik kemudian.Syakilah berjalan menuju ke garasi mobil. Kemarin ia meminta Papanya untuk membeli mobil baru untuknya. Dan dipenuhi oleh Papanya.
Kini ia berjalan di koridor sekolah menuju ke kelasnya, sempat berpapasan dengan lelaki yang sangat ia kenal.
"Pagi, Kil." Sapa Fandi.
Syakilah hanya melirik sebentar, lalu melanjutkan lagi langkahnya.
"Kilaaa!!" Panggil seseorang.
"Hey? Lama banget lu nggak ke sekolah. Kangen tau!" Syakilah memeluk sahabatnya.
"Gue abis liburan, Kil. Ke banjarmasin. Dan gue sempet ketemu sama Om Freddi."
"Oh ya?" kaget Syakilah.
"Iya, sama Mama elu kayaknya."
"Mama?"
"Maybe."
"Oh, mungkin Papa udah nikah lagi." Kata Syakilah dengan santainya.
"Kok kayak ada yang aneh," Batin cewek yang sempat bertemu dengan Syakilah tadi.
Bel istirahat berbunyi, bel yang paling ditunggu oleh seluruh siswa. Yang tadinya mengantuk, kini semua mata terbuka lebar.
"Kil, Nad, Sya? Kantin yuk." Ajak Lala pada para sahabatnya.
"Yok." Jawab ketiganya serempak.
Keempat gadis itu memasuki kantin yang cukup ramai, hanya ada satu meja yang kosong, yaitu meja di depan Rifan dkk.
"Gimana kalau kita duduk disana?Soalnya tinggal meja itu yang kosong." Ajak Nadila.
Terpaksa, mau tidak mau Syakilah mengikuti sahabatnya, meskipun malas.
Ketiga sahabatnya memesan makanan dan minuman, sementara ia ditinggal sendiri di meja itu.
Ada sepasang mata yang terus memerhatikannya sedari tadi, siapa lagi kalau bukan Rifan.
Syakilah merogoh sakunya dengan kesal, lalu mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura sibuk.
Rifan menghampirinya.
"Kil? Lu masih marah?" Tanya Rifan.
Tapi tidak ada respon dari gadis yang sekarang di sampingnya ini.
"Maafin gue." Ucap Rifan.
Masih tidak ada respon.
"Gue udah nyuruh lu jauhin dia, tapi lu yang keras kepala." Ucap Rifan lagi, dengan nada yang sedikit meninggi.
Tiba-tiba Syakilah memukul meja di depannya dengan sangat keras, hingga membuat semua menoleh padanya. Seraya ia berkata, "Udah selesai lu ngebacot? Lu ngga usah ngatur gue,"
Rifan sontak kaget, sahabat kecilnya ini tidak pernah marah, ataupun membentaknya seperti barusan. Mengapa ia tiba-tiba menjadi judes?
"Kil, lu-" Terputus.
"Gini, sekarang lu nggak usah ngeganggu hidup gue. Urusan lu yah milik lu, urusan gue yah milik gue. Ngerti?" tegas Syakilah.
Ketiga sahabatnya menghampirinya, dan sambil membawa nampan dan langsung menaruhnya di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!