Rasa-14

223 11 0
                                    

Syakilah sangat lelah hari ini, sehingga ia tertidur sangat pulas dan terbangun pukul 02.56 dini hari, waktu setempat.

Perutnya sudah meronta-ronta ingin diisi, Syakilah turun ke dapur dan melihat sebuah kresekan berwarna hitam.

"Ini apa? Perasaan tadi pas balik ngga ada," Batin Syakilah.

Gadis cantik itu meraih perlahan kresekan yang berada diatas meja makan, dan cepat membukanya.

Terdapat sebuah kotak yang bertuliskan 'Richeese Vactory'. Ia menautkan alisnya, "Dari siapa? Tau aja kalau aku lagi laper,"

Dan ia mendapati surat disampingnya yang bertulis :

"Gue tuh tau lu tidurnya ngebo, jadi gue nyelonong masuk dan nyimpen makanan ini buat lu. Selamat makan my princess."
-Arifan ganteng.

*****

Baru saja Syakilah berdiri di ambang pintu kelasnya, Syakilah sudah disambar dengan perkataan-perkataan pedas.

"Dasar cabe!"

"Pake meluk-meluk kak Nandar lagi."

"Dia kan gebetan sahabat lu sendiri!"

"Siapa? Sahabat gue suka sama Nandar?" Batin Syakilah.

Syakilah hendak menyimpan tasnya, tapi dengan cepat dicegah oleh Tasya.

"Sini!" Tasya menarik Syakilah dan membawanya ke depan kelas.

"Kenapa?" Tanya Syakilah bingung.

"Beneran lu kemarin peluk-peluk kak Nandar?" Tanya Tasya pelan.

"Lu tau pasti posisi gue kemarin itu gimana. Kalo aja lu nggak ninggalin gue, lu pasti paham."
"Ya maaf, gue kan ke kantin beliin lu minum. Eh tapi lu tau sendiri kan, salah satu dari kita ada yang suka sama kak Nandar." jelas Tasya.

"Siapa?"

"Beneran lu nggak tau?" Syakilah menggeleng.

Tasya menghela napasnya, "Lala."

"Serius? Sumpah gue nggak tau. Andai aja kemarin gue tau, gue nggak bakal refleks meluk dia. Gue nggak ada maks-"

"Udah telat!" Potong Lala yang entah sejak kapan berada di situ.

"La, gu-gue bisa jelasin." Ucap Syakilah terbata-bata.

"Sekarang, lu dengerin gue!" Lala memandang sinis. "Lu!" Tunjuk Lala pada Syakilah tepat di depan hidungnya.
"Bukan sahabat gue lagi!" Sentak Lala.

Lala pergi meninggalkan Syakilah, tapi baru berapa langkah Lala sudah dicekal oleh Syakilah.

"La-"

"Apasih lepasin!" Lala menepis tangan itu dan melanjutkan berjalan masuk ke kelasnya.

*****

Syakilah seolah tidak acuh terhadap perkataan-perkataan pedas yang terus terlantur dari beberapa siswa.

Syakilah tetap melanjutkan langkahnya ke kantin, seorang diri.

"Kil!" Seseorang menepuk pundak Syakilah dan membuat yang di tepuk kaget.

"Huh! Gue kira siapa." Nandar langsung cengengesan mendengar ucapan Syakilah.

"Maafin gue yah." Kata Nandar tulus.

"Buat?" tanya Syakilah pura-pura tidak mengerti.

"Lu musuhan kan sama Lala karena gue?"

"Kepedean lu mah," Syakilah terkekeh.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang