"Naik," Suruh Fandi pada Syakilah.
Kemarin mereka sudah janjian untuk berangkat bersama hari ini.
Syakilah menurut, dan memakai helmnya.
*****
"Makasih, Fan." Ucap Syakilah sambil turun dari motor.
"Tumben kamu nggak pakai sebutan 'kak'."
"Hehe, udah ih ayo masuk."
Mereka berjalan beriringan, tangan Fandi yang merangkul pundak pacarnya itu menjadi pusat perhatian pagi ini.
"Cieee yangg udah balikannnnn." Seru Lala.
"La? Dicariin Nandar tuh." Ucap Syakilah sambil menunjuk Nandar yang berdiri di depan kelasnya sambil memegang sapu.
"Beneran?" tanya Lala tidak percaya.
"Iya. Udah samperin sana."
"Bener nih?"
"Iya ih, apa perlu gue yang samperin?"
"Eh jangan-jangan. Ya udah iya."
"Aku anter kamu ke kelas yah?" Pinta Fandi.
"Terserah kamu aja sih."
Fandi mengantar pacarnya itu sampai di ambang pintu kelas XI IPA 1.
"Belajar yang giat." Ucap Fandi.
"Iya."
Tasya yang melihat mereka berdua jadi baper sendiri.
"Kapan yah gue punya pacar juga?" Tanya Tasya tepatnya pada dirinya sendiri. "Enak yah jadi lu Kil," kata Tasya lagi.
"Apaan sih Sya. Udah deh,"
"Pj dong," Kata Tasya sambil mengulurkan telapak tangannya.
"Minta aja sama Fandi,"
"Yehhh elu mah, udah tau gue kan nggak berani."
"Nggak gigit kali Sya. Orangnya baik, ganteng, so-"
"Tetep aja. Dia kan kayak es, kecuali sama lu, atau ada butuhnya doang."
"Gue aduin baru tau rasa lu, Sya."
"Jangan, hehehe. Ampun."
Bel pulang baru saja berbunyi, semua siswa bergerombolan keluar dari gerbang sekolah.
"Kil, Sya! Gue balik duluan yah. Nandar udah nungguin." Kata Lala.
"Wahh beneran lu La?" Tanya Tasya tak percaya.
"Dahhh." Lala berlari kecil menghampiri Nandar.
"LU NGUTANG PENJELASAN SAMA KITA LAAA!" Teriak Syakilah.
"Gercep juga si Lala," kata Tasya pada sahabatnya itu. Tapi semenit kemudian jemputannya telah tiba, "Eh Kil, gue balik yah. Noh bokap udah jemput."
Syakilah mengangguk, "Iya,"
"Nggak pa-pa nih gue tinggal?"
"Lebay lu! Sono buruu,"
"Ati-ati lu diculik kalongwewek."
"Apaan sih Sya, udah deh buruan sana samperin bokap lu."
"Iyaaa, dahhhh mwahhhh seee uuuu."
"Byee,"
Syakilah memandang Tasya hingga benar-benar jauh dari hadapannya.
"Sini lu," Kata Rifan sambil menarik pergelangan tangan Syakilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
أدب المراهقينDua insan yang saling mencintai namun berbeda pendapat untuk mengungkapkannya. Diam tapi menyakitkan, atau pergi tapi takut kehilangan? Don't copy my story!