2. Never ever

4.5K 708 37
                                    

Yerim membungkuk hormat ketika pintu rumah Jungkook terbuka. Di ambang pintu seorang wanita paruh baya yang ternyata membukakan pintu untuknya. Itu pasti ibu Jungkook, Jeon Seolmi, pikirnya.

"Ah, teman Jungkook?"

Yerim tersenyum lalu mengangguk. "Ingin mengerjakan tugas bersama Jungkook, Nyonya Jeon. Tadi sudah ada janji."

Ibu Jungkook menyilakan Yerim untuk masuk lalu menutup pintunya. Ia memegang lengan Yerim, menuntunnya ke ruang tamu.

"Panggil saja ibu, pastiㅡ"

"Eomma tidak usah berlebihan. Dia hanya temanku." Jungkook berucap dingin sambil menuruni tangga membawa beberapa buku dan alat tulis lainnya. Ia menghampiri ibunya yang menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah lakunya dan Yerim yang raut wajahnya berubah masam.

"Kau itu selalu begitu, Nak. Berbaiklah dan ramah pada perempuan. Ibu akan pergi ke dapur untuk membawakan minuman dan makanan untuk kalian."

Ibu Jungkook melepaskan pegangannya pada lengan Yerim dan tersenyum tidak enak hati. Yerim membalas dengan senyuman dan menggeleng bahwa ia tidak apa-apa.

"Terima kasih, Bu."

Jungkook duduk di atas sofa kemudian membuka buku tugasnya. Yerim juga melakukan hal yang sama ketika pria itu sudah menulis dengan gesitnya.

"Jungkook-ssi."

"Bukankah kita harus bekerja sama?"

Jungkook melirik Yerim dan menatapnya dingin. "Jangan memperdebatkannya, aku tidak punya banyak waktu. Ini lebih baik jika harus basa-basi."

Yerim hanya meringis mendengar kalimat Jungkook yang terlalu pedas untuknya. Ya, tapi bagaimanapun ia harus tahan dengan sikap Jungkook, ia harus bisa meluluhkan hatinya. Ini adalah kesempatan baginya bisa sedekat ini dengan pria yang sangat di puja-puja di sekolahannya walaupun terkenal cuek dan dingin.

Ia menopang dagunya dan terus menatap wajah Jungkook yang sangat serius. Wajah tampannya itu berkali-kali lipat lebih tampan jika sedang serius seperti ini. Ia tersenyum, sangat beruntung sekali melihatnya sedekat ini. Yerim tak tahu bahwa ada gadis lain yang bahkan bisa memegang pahatan yang begitu apik ini dengan mudahnya.

"Jangan memperhatikanku terus."

Yerim bersemu merah, ia ternyata ketahuan terus memandangi Jungkook. Ia harus mengeluarkan jurus aegyo-nya.

"Lalu aku harus apa eung? Kau tak ingin aku membantumu."

Jungkook mendesah kasar ketika melihat Yerim melakukan itu. Gadis itu memang terkenal benar-benar imut. Pantas saja Jung Hoseok, teman segengnya pernah sempat mengaguminya sebelum mempunyai Yoon Raemi, kekasihnya saat ini.

"Tch."

Jungkook hanya berdecih kemudian kembali mengerjakan lagi daripada menjawab semua ocehan gadis itu.

Yerim cemberut, tetapi ia tak akan menyerah untuk bisa mengakrabkan diri dengan Jungkook.

"Sepertinya kau memang cuek, ya. Tapi, aku sangat senang mengenalmu."

Jungkook diam. Ia hanya mendengar tanpa berkata-kata.

"Apa yang harus ku lakukan untuk bisa mengobrol denganmu?" tanya Yerim sambil melihat Jungkook lekat-lekat.

Jungkook tetap diam.

"Banyak gadis yang memujamu dan aku beruntung melihatmu sedekat ini."

Jungkook menyeringai kecil. Masih ada yang lebih beruntung darimu bodoh, yaitu kekasihku.

𝐋𝐎𝐎𝐊 𝐇𝐄𝐑𝐄 [여기봐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang