24. How it Begin

631 68 5
                                    

Ini masih flashback ya.

Setelah dua hari berlalu, hari ini tepatnya ketika jasad Sena sudah dikremasi, ia berdiri dengan tatapan kosong ke arah guci abu milik sang adik. Ia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya sedari ia berada di rumah duka sampai guci abu itu bersemayam di rumah abu sekarang. Pamannya sudah menunggu di mobil, Sedangkan Bibinya memberikan tepukan di bahunya untuk segera pergi. “Kau harus mengikhlaskannya, Sayang.”

Sohye menggeleng. Air matanya masih mengalir seiring ia masih terpaku pada guci milik adiknya tersebut. “Bagaimana aku mengikhlaskannya ketika ia pergi tanpa berpamitan denganku, Bi?”

“Dia bilang dia bahagia, bagaimana aku tak bisa merasakan bahwa dia sangat tertekan dengan keadaannya? Aku adalah kakak kembarnya. Aku merasa sangat bodoh, Bi.”

Bibi meraih kedua bahu Sohye untuk berhadapan dengannya. Kedua tangan Bibi Kim menghapus jejak air mata di kedua pipi keponakan kesayangannya itu. “Tidak. Itu bukan kesalahanmu. Sena sudah mengatakan kejujurannya. Dia bahagia, Sayang. Walaupun, dia memilih egois untuk meninggalkan kita karena dia bahagia membawa perasaannya bersama dengan dirinya.”

Sohye kembali terdiam. Ia memandang guci abu milik Sena sekali lagi, dan memantapkan hati untuk pergi dari sana. Ketika ia menyeka air mata ia berpapasan dengan pria ituㅡkekasih Sena, Jungkook dari lawan arah. Pria itu mungkin tak mengenalinya karena hanya bertemu sekali, namun Sohye masih mengingat jelas wajah Jungkook. Wajah pria itu sekarang pucat sekali dan ia hanya datang sendiri. Dia ingat, ia tak melihat keberadaan Jungkook saat di rumah duka.

“Bibi, aku akan naik bus saja. Aku akan menemui temanku di sini. Dia teman Sena. Aku mengenalnya.”

Bibi Kim mengernyit, namun terlihat cemas. “Benarkah? Kau tidak apa-apa Bibi tinggal sendiri?”

Sohye mengangguk cepat lalu melambaikan tangan dengan senyum terpaksa. Entah apa yang ingin ia lakukan, hanya saja mengingat pria itu adalah kekasih Sena, Sohye jadi teringat surat terakhir Sena untuknya. Badan Bibi Kim menghilang dari balik pintu ketika melenggang pergi. Sohye kembali untuk melihat Jungkook. Pria itu sekarang berdiri berhadapan dengan guci abu milik adiknya dengan tatapan kosong.

“Sena, maafkan aku karena baru menemuimu. Aku tidak sanggup melihatmu lagi. Kau tahu, itu sama saja membuatku sekarat karena akan melihat api itu membakarmu.”

“Mulai hari ini aku sudah mengikhlaskanmu. Maafkan aku sekali lagi karena tidak bisa melindungimu.”

Sohye rasanya tangisnya akan pecah lagi. Mendengar dan menyaksikan pria itu menangis untuk adiknya. Kendati begitu ia harus kuat. Demi Sena.

Langkah kaki sepatunya membuat Jungkook mengalihkan atensi kepadanya. Sohye berpura-pura ia baru datang untuk berdo'a untuk Sena.

“Oh, kau yang waktu itu? Kau ingin berdo'a untuk Sena-ku juga?”Jungkook mengusap air mata yang mengaliri kedua pipinya.

Sohye mengangguk. Kedua matanya berkeliaran menatapi ruangan itu yang dikelilingi karangan bunga. Jungkook pasti tak tahu bahwa Sena adiknya. Mereka kembar, namun tidak identik. Walaupun wajah mereka mempunyai sedikit kemiripan di mata dan juga bibir. Hal ini yang membuat ia tanpa berpikir panjang menunjukkan pada Sena bahwa ia akan melakukan permintaan Sena yang terakhir. Ia berharap memang Jungkook tak mengenali wajahnya dan wajah Sena. Sehingga ia menyamar sebagai teman Sena.

“Terima kasih.” Saat itu ia melihat Jungkook tersenyum tulus dengan wajah sembab. Membuat Sohye terpaku untuk pertama kalinya dan ia mengangguk lagi, dengan pelan. Ia jadi tak tahu harus berkata apa untuk situasi seperti ini. Karena ia memang tidak pandai berbicara banyak apalagi dengan orang yang ia tahu hanya sebatas berhubungan dengan adiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐋𝐎𝐎𝐊 𝐇𝐄𝐑𝐄 [여기봐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang