8. Living Together?

2.7K 478 49
                                    

Jungkook makan dengan lahap, ini pertama kalinya, Sohye memasakkan makanan untuknya. Hanya sundubu-jjigae dan nasi putih yang masih hangat. Itu membuatnya sedikit mengusap peluh yang berada dikeningnya karena kuahnya yang sangat pedas. [Sup isi tahu sutera dan kaldu daging sapi pedas]

"Aku suka pedas," Jungkook masih menyeruput kuah kaldunya, "tapi mengapa kau seperti meracuniku, Sohye? Ini pedas sekali."

Sohye diam, wajahnya sudah lebih baik daripada setengah jam yang lalu. Ia lalu menyodorkan kopi yang ia siapkan untuk Jungkook.

"Mengapa kopi?" Jungkook tentu saja bingung.

"Minum saja."

Jungkook tak mengerti namun ia lalu merasakan minuman hitam yang disebut kopi itu. Raut wajahnya berubah, ketika kopi itu masuk ke kerongkongannya.

"ASTAGA! KENAPA KOPINYA PAHIT SEKALI?"

Untung saja kopinya sudah masuk ke kerongkongan, jika tidak pasti sudah menyemprot ke wajah Sohye.

"Ada orang mengatakan, jika sudah jatuh cinta, pahitnya kopi pun terasa manis, dan sekarang aku percaya itu hanya kiasan."

Sohye menghela nafas. "Aku ingin menjelaskan sesuatu untukmu, Jeon. Kali ini aku serius."

Jungkook menyingkirkan mangkuk yang sekarang tinggal sedikit kuah ke samping, lalu menarik jari Sohye untuk ia genggam.

"Ada apa? Aku jadi khawatir."

Ia sudah tak menghiraukan kopi hitam pahit yang masih terasa di mulutnya itu.

Sohye memang tak mengatakan apa-apa tentang kiriman terror yang selalu ia dapat waktu itu pada Jungkook. Tapi setelah berpikir lebih lama, jika orang itu ingin memisahkan mereka, pasti itu adalah seorang pria, karena ia ingin menghancurkan Jungkook. Tapi, disini yang ia tahu Jungkook lah yang punya fans dimana-mana? Bukankah, itu berarti jika ada yang ingin dihancurkan, yaitu dirinya? Tetapi, kenapa Jungkook? Aneh sekali.

Namun, itu pemikiran yang konyol.

"Apa kau punya apartemen, atau setidaknya " tanya Sohye cepat.

Jungkook berpikir sejenak. "Eung, hanya apartemen lama milik hyung-ku. Tapi dia sudah lama tidak menempatinya karena apartemen itu untukku."

Sohye menatap harap. "Dan sekarang?"

Jungkook meringis. "Hanya saja, aku tak pernah menempatinya. Itu hadiah hyung-ku dan ia ingin aku menempatinya setelah lulus sekolah. Wae? Mengapa kau mendadak bertanya ini?"

Sohye diam, ia masih berpikir dua kali untuk berbicara ini.

"Mari tinggal bersama."

Konyol. Seharusnya jika ini drama, bukankah Jungkook yang harus mengucapkan kalimat itu?

Jungkook tersedak, ia berlarian ke dapur untuk mencari air putih. Sohye yakin, pasti ucapannya terdengar aneh di telinga Jungkook. Hanya saja, ia tidak ingin menjelaskan 'yang sebenarnya' pada Jungkook.

"Kau yakin? Kita masih...,"

Sohye menyentil kening Jungkook. "Jangan berpikiran yang aneh. Aku ingin memastikan kau baik-baik saja."

"Memangnya aku kenapa?" Ia memegang tangan Sohye yang dingin. "Jelaskan apa yang kau khawatirkan?"

Sohye tersenyum aneh. "Aku ingin melihat pertumbuhan badanmu."

Jungkook melotot. "Ya!"

***

Jungkook meletakkan kardus-kardus yang berisi perabotan-perabotan miliknya, ia melihat ke sekeliling, setelah tidak ditempati Junghyun, kakaknya, ruangan ini masih bersih. Apa Junghyun selalu memanggil jasa tukang bersih-bersih?

𝐋𝐎𝐎𝐊 𝐇𝐄𝐑𝐄 [여기봐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang