17. Hwan

2.8K 434 51
                                    

"Aku tidak mengenal pria itu," ujar Sohye kemudian. Pandangannya masih saja tajam untuk seseorang yang tak ia kenal akrab. Dia tidak ingin menambah masalah menjadi rumit jika dia memberitahu Yoongi tentang segalanya. "Kau tahu bukan, dia mempunyai kekasih. Dan Yena eonni, aku sudah mengenalnya dari duluㅡlagipula pria itu yang kau sebut Jimin, dia ingin menjemput kekasihnya yang kebetulan disini."

Yoongi hanya diam, tapi tatapannya sama tajam dan menusuk.

"Berbicaralah dengan tembok sehabis ini," dengus Sohye.

Yoongi masih menelisik, seakan tak terima mengapa ia seakan melihat dirinya sendiri. Sohye seperti cerminan, wajahnya datar tak berekspresi dan omongan kelewat pedas sama saja ia menyelami sifatnya sendiri. Sialan.

"Aku tidak semudah itu mempercayaimu."

Sohye lagi-lagi mendengus. "Aku tidak peduli kau percaya padaku atau tidak."

"Memangnya apa yang kau dapat dengan mencurigaiku? Kau mata-mata?"

Yoongi kehilangan kata-kata. Entahlah, mereka sama-sama keras kepala. Ini aneh, Yoongi tak biasanya kalah berdebat, apalagi adu mulut seperti ini dengan seorang perempuan. Ia menjunjung tinggi gengsinya. Walaupun sekarang sepertinya sudah terinjak untuk pertama kalinya.

"Untuk sahabat, aku akan selalu peduli apapun resiko yang kudapat. Walaupun kau adalah orang berharga baginya yang hanya sesaat."

Yoongi pergi, melenggang begitu saja. Meninggalkan Sohye menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari kejauhan.

***

"Sesaat? Cih, seperti cenayang saja meramal seperti itu," gumam Sohye lalu mendengus kesal. Genggamannya mengerat pada kursi rodanya, hingga ia tak sadar bahwa Yena sudah pulang dari kencannya. Ia hanya sendiri, tidak lagi bersama Jimin. Ketika membuka pintu, ia sudah disuguhkan gerutuan Sohye yang entah apa itu penyebabnya.

"Ada apa, Hye? Sepertinya kau sedang kesal dengan seseorang."

"Eoh?" Sohye menoleh ke arah sumber suara, mendapati Yena yang menaruh kantong plastik yang berisi entah apa itu di meja pantry.

"Oppa, tidak mampir lagi?" Ia mengabaikan pertanyaan Yena. Bagaimanapun kedatangan Yoongi itu adalah rahasia. Tidak masalah, toh, Yoongi sepertinya hanya berniat peduli dan mengira ia selingkuh dengan Jimin. Yang jelas-jelas tidak ada hubungan diantara mereka.

"Hm, ani. Dia canggung karena sempat membuatmu sedih."

Sohye terkekeh, lebih terkekeh sinis. "Maaf, membuatnya merasa bersalahㅡLagipula, priamu yang tidak tahu tempat saja, eonni."

Yena hanya tersenyum, ia juga memikirkan bagaimana lucunya Jimin karena ia merengek agar tidak dipertemukan Sohye lagi dalam waktu dekat, tentu saja karena malu dan canggung membuat Sohye sedih karena akan teringat Jungkook. Walaupun Sohye bisa saja mengatakan, ia merindukan pria itu.

Yena jadi teringat, bahwa Jimin menitip pesan padanya jika Jungkook mendatangi galeri Han Ahjussi, tempat lukisan-lukisan Sohye bernaung.

"Sohye."

"Hm?"

"Tidakkah kau tidak merindukannya? Aku dengar dari Jimin, walaupun kau menerima keberadaannya, kau selalu menghindarinya," Yena menatap Sohye lurus-lurus.

Sohye terdiam, tapi senyumnya mengembang, miris. "Itu adalah pilihan yang tepat. Aku harus berpikir relaistis, eonni. Jika aku menemui Jungkook dengan keadaan seperti ini, sama saja aku mengorbankan diriku untuk kedua kaliㅡMungkin saja akan ada yang lebih kejam dan dengan terang-terangan menginjak-injak harga diri dan kekuranganku."

𝐋𝐎𝐎𝐊 𝐇𝐄𝐑𝐄 [여기봐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang