CHAPTER 2

14.4K 643 59
                                    

Alvin Chand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvin Chand


Hingar bingar dunia malam yang kini menemani seorang Ariel Limantara di tengah kegundahannya. Lampu-lampu clubbing yang menyorot serta alunan musik Lady Gaga yang berjudul Poker Face seolah-olah mencoba menghibur lelaki tampan nan kaya raya berusia 17 tahun itu. Meski orang-orang di sekelilingnya nampak menikmati itu, melakukan gerakan-gerakan liar bahkan sebagian terlihat sedang saling mencumbu, Ariel yang sudah dari awal ditakdirkan memiliki kehidupan mewah bahkan tidak bisa merasakan kesenangannya sendiri di tempat tersebut.

Nampaknya lelaki itu masih mengeraskan diri bahwasanya percobaan bunuh diri yang hendak dilakukan oleh mantannya itu bukan semata-mata disebabkan olehnya. Melainkan karena pikiran bodoh Tasya sendiri. Bila memang karena Ariel, mungkin 31 mantannya yang lain akan melakukan hal yang sama. Tapi nyatanya tidak.

Memikirkan itu semua hanya membuat dirinya sendiri merasa geli. Ariel sebenarnya tidak terlalu memusingkan mantannya itu, hanya saja ia sedikit merasa bersalah akan perkataannya tadi kepada Anette. Kalau tidak sampai geram tidak mungkin adik kembarnya itu berani menamparnya. Tapi, untuk apa merasa bersalah? Apa yang dikatakannya memang benar. Hibur Ariel kepada dirinya sendiri.

Gelas berisi vodka itu masih terisi penuh, belum diteguk oleh Ariel sama sekali sejak pesanannya itu dihantar oleh Bartender.

"Kok nggak diminum?" tanya Bartender yang tadi memberikan minuman itu padanya lalu tersenyum meledek.

Ariel mendecakkan lidah. "Sialan lo!" umpatnya, "minuman receh kayak gini juga banyak di rumah gue. Kalo perlu gue beli pabriknya."

Bartender itu tertawa. "Santai, bos. Btw lo udahan sama cewek yang baru minggu lalu lo bawa ke sini? Siapa namanya gue lupa?"

"Males gue jawabnya," kemudian Ariel mengalihkan pandangannya menuju seorang wanita cantik berambut pirang berpakaian seksi yang sedari tadi tampak memperhatikan dirinya.

Ariel tersenyum nakal padanya sambil melambaikan tangan, meminta wanita itu agar datang padanya.

"Hey.. " wanita itu kini menggelayutkan tangannya pada bahu Ariel, bibirnya yang merah nan tipis sengaja ia dekatkan padanya seolah-olah ia memang sangat mendamba Ariel sejak pertama kali melihat sosoknya yang jangkung berjalan masuk ke dalam bar.

Bartender yang sudah tahu kelakuan pelanggan tetapnya itu memutuskan untuk menjauh, melayani tamu-tamunya yang lain. Membiarkan remaja itu bersendau gurau dengan wanita yang dimaunya malam ini.

"Duduk, sini." Ariel menyuruhnya duduk, dan wanita itu masih menggelayut mesra bahu Ariel. "Gue Ariel, nama lo siapa?"

"Angel.. " jawabnya dengan nada mendesah.

Ariel menangkupkan tangan kanannya di pipi wanita yang baru dikenalnya itu lalu berbisik. "Beruntung banget gue malam ini ketemu sama bidadari beneran," kemudian lelaki itu menggigit bibir bawahnya, menatap sepasang mata indah nan lentik milik Angel dengan tatapan dinginnya yang liar. "Mau minum?" Ariel menawarkan vodka yang ia pesan tadi kepadanya.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang