CHAPTER 66

5.3K 265 14
                                    

Alvin kembali tiba, mendapati gadis itu masih tengah melukis di atas kanvas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvin kembali tiba, mendapati gadis itu masih tengah melukis di atas kanvas. Mawar yang mengetahui kehadiran Alvin lantas menoleh sambil mengulas senyum tipis. "Udah?"

Laki-laki itu mengangguk sembari meneguk salivanya, lalu kedua matanya melirik ke samping kiri, mencuri pandang terhadap benda berbentuk persegi yang masih tergeletak di atas meja. Usai mengatur laju napasnya sejenak ia bertanya. "Tadi ada telpon atau sms masuk nggak?"

Mawar mengerutkan keningnya sedikit lalu menggeleng. "Nggak, emang kenapa, Vin?"

Pada akhirnya Alvin bisa menghela sedikit napas lega. "Nggak apa-apa. Gue kebetulan nunggu kabar dari ketua kelas soal ClassMeeting besok. Gitu aja," alibinya.

"Jadi karena itu lo kelihatan gelisah banget dari tadi?"

Pertanyaan yang begitu singkat namun berhasil menempelak seorang Alvin. Ia tahu jelas apa yang sejak tadi ia tunggu, bukan tentang ClassMeeting atau hal lain. Namun yang ia tunggu ialah tidak lebih dari kabar kekasih sekaligus sahabatnya.

Laki-laki itu menggigit bibir bagian bawahnya sedikit, berusaha tetap bersikap wajar sambil berjalan menghampiri meja. "Iya, sih. Tapi kan nggak seharusnya gue gelisah gitu, kan?" dan ia memungut ponselnya. "Aneh nggak menurut lo? Seharusnya gue udah terbiasa sama kegiatan kayak gini."

Alvin memeriksa folder whatsapp, kolom chatnya dengan Windi sama sekali tidak berubah sejak kali terakhir ia memeriksanya. Gadis itu belum membalas pesannya meski tanda read terlihat jelas di sana. Seketika itu juga Alvin mengerutkan keningnya, ia tahu Windi tidak akan pernah melakukan hal tersebut. Gadis itu paling tidak suka membuat orang lain jadi cemas karenanya.

Selama Alvin berpikir Mawar masih terus memperhatikannya yang lagi-lagi menunjukkan gelagat gelisah kala ponsel itu berada dalam genggaman tangannya. Di saat itu juga Mawar merasakan sakit menghimpit dadanya, tidak mungkin gadis itu hanyalah teman biasa jika sudah seperti ini. Ia yakin ada sesuatu di antara mereka dan Alvin sengaja menyembunyikannya.

Mawar menundukkan kepalanya sedikit dan berbalik menghadap lukisannya yang hampir jadi. Seperti halnya Alvin kali ini gadis itu pun berpikir tentang sesuatu yang belum sempat ia ketahui secara pasti. Meski pikirannya masih meraba-raba namun instingnya terus saja menyatakan sebuah fakta, gadis yang bernama Windi itu pasti kenal dekat dengan Alvin.

Laki-laki itu memang baik terhadap siapapun gadis namun ia tidak akan pernah semudah itu membawa salah satu dari mereka dalam kehidupannya. Namun sepertinya apa yang diketahuinya hari ini berbeda, Mawar berharap ia akan segera menemukan jawabannya. Semenyakitkan apapun, ia butuh mendapatkan kebenarannya.

"Mawar, obat lo gue taruh di kotak biasa, ya," ucap Alvin membuyarkan lamunan Mawar.

Mawar yang mengetahui itu lantas menoleh secara spontan. "Oh, iya, Vin. Taruh di kotak biasanya."

**

Setelah menikmati beberapa permainan dan makan malam Ariel meminta Windi untuk mengabulkan satu permintaan terakhirnya di malam itu, mungkin terdengar seperti keinginan anak kecil terhadap orangtuanya namun inilah yang terjadi pada Ariel.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang