CHAPTER 67

5K 264 17
                                    

SMA Lavendius sudah ramai sejak pukul enam karena hari ini adalah hari pertama pelaksanaan ClassMeeting, acara satu tahun sekali yang begitu dinanti-nanti oleh para warganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Lavendius sudah ramai sejak pukul enam karena hari ini adalah hari pertama pelaksanaan ClassMeeting, acara satu tahun sekali yang begitu dinanti-nanti oleh para warganya. Para perwakilan kelas dan seluruh anggota panitia yang ada sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan cukup matang. Dekorasi, pembagian tempat serta jadwal, bangku penonton dan segala keperluan telah disediakan sejak beberapa hari lalu.

Seluruh anggota OSIS berseliweran ke setiap penjuru wilayah sekolah untuk memastikan segalanya sudah baik dan teratur. Betapa sibuknya mereka dan para warga sekolah untuk menyiapkan acara ini, namun air muka penuh semangat tetap tersirat jelas di wajah mereka. Intinya tidak ada kata lelah bagi seluruh warga Lavendius, mereka tetap melakukan apa yang menjadi pekerjaan mereka. Tentu saja, jika tidak, mereka tidak akan mungkin berani mengenyam pendidikan di sekolah elit semacam Lavendius. Dari awal mereka diterima dan masuk di sekolah itu mereka harus membuat komitmen untuk menjalani kewajiban yang ada sebagai siswa/siswi Lavendius dengan baik. Seperti bangun lebih awal, mengikuti kegiatan ekskul, nilai tidak boleh di bawah delapan puluh, wajib mengikuti tiga kelas bahasa asing dan lain-lain. Bila tidak tahan dengan segala kewajiban yang ada maka siswa/siswi tersebut sangat diperbolehkan untuk hengkang dari Lavendius. Ya, begitulah.

Gadis itu berjalan pelan menyusuri koridor sambil membawa tas berisi baju karatenya. Rambut pendeknya diikat ponytail dengan jepit hitam yang menjepit poni simetrisnya ke samping. Ia hendak menemui ketua kelasnya terlebih dahulu sebelum memulai match pertamanya melawan senior dari kelas IPA.

"Ray?" ucap Windi sambil menyentuh bahu laki-laki yang sedang memotrait suasana di tempat itu.

Laki-laki tersebut spontan menoleh. "Oh, Windi. Gimana? Siap buat match pertama hari ini?" tanya Ray bersemangat.

Windi tersenyum tipis. "Siap, deh. Btw gue mau tanya, apa gue mesti regist ulang sebelum main, Ray? Gue tadi cek di ruangan ClassMeeting lain terus liat beberapa perwakilan hari ini kek regist ulang gitu ke panita yang jaga di depan pintu."

"Nggak usah, Win. Pagi-pagi gue udah regist semua perwakilan dari 11 IPS 2 yang mau tanding hari ini. Jadi nggak perlu ada regist lagi,"

"Oh, gitu," Windi manggut-manggut samar. "Wah, lo emang ketua kelas terbaik, Ray."

Ray terkekeh. "Bisa aja lo--"

Kalimat Ray terputus kala seorang laki-laki lain datang dan menyentuh pelan bahu Windi. "Gue cariin ternyata lo di sini,"

Gadis itu menoleh, mendapati Alvin tengah mengulas seuntai senyum sumir padanya. "Semalam lo kemana aja, Win?" Alvin melanjutkan kata-katanya dengan pertanyaan.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang