CHAPTER 83

4.5K 278 19
                                    

Agnes meletakkan ponselnya di atas meja dengan gerakan yang lemas usai mendapatkan kabar dari anak bungsunya bahwa Ariel pergi melarikan diri entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agnes meletakkan ponselnya di atas meja dengan gerakan yang lemas usai mendapatkan kabar dari anak bungsunya bahwa Ariel pergi melarikan diri entah kemana. Tentu saja wanita itu khawatir, betapa tidak anaknya masih begitu muda dan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padanya.

"Ada apa?" tanya seorang laki-laki dengan sweater putih yang melekat di tubuhnya. Ia baru saja mau meneguk segelas air mineral, namun urung ketika melihat Agnes dengan ekspresi yang seperti itu.

"Anak saya yang sulung, dia kabur. Nggak tau kemana, adiknya bahkan juga nggak tau," kata Agnes lalu menggigit ujung jempolnya sedikit.

Laki-laki itu kemudian meneguk airnya sampai habis lalu tersenyum. "Dia yang bilang ingin ke Singapura ikut Hans, tapi kenapa sekarang pilihannya berubah? Anak SMA jaman sekarang sudah nekat-nekat, ya."

"Seperti kamu nggak pernah tahu Ariel saja. Jika dia diam dan selalu mau nurut sama Papanya tentu dia bukan anak sulung saya,"

Ia berjalan pelan, lalu duduk tepat di hadapan Agnes yang dibatasi oleh meja kerja dengan tumpukan dokumen dan sebuah laptop di atasnya. "Justru karena dia begitu, kamu merelakan diri untuk meninggalkan mereka. Membiarkan Ariel dengan dirinya yang sekarang ini,"

Agnes menghela napas berat. "Sudahlah, pilihan itu sudah terjadi dan sekarang... dia bisa jatuh cinta beneran pada akhirnya,"

"Dengan gadis berambut cepol yang pernah kamu ceritakan setelah balik dari Jakarta tempo hari itu?"

Wanita itu mengangguk pelan. "Saya rasa, itu seperti takdir. Mama bilang anak yang dikandung wanita itu seperti bunga teratai, tumbuh dengan begitu indah di tengah rawa. Hingga pada akhirnya hati anak saya yang udah kayak batu itu, bisa luluh karena dia,"

"Lalu kamu mau melepas dia dan sebagai ganti Ariel bisa bersama gadis itu?"

Agnes mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

"Saya rasa, kamu harus segera berbaikan dengan Ariel sebelum dia menikah nanti. Apapun itu, Ariel merasakan apa yang namanya cinta karena kamu terlebih dahulu memberikannya sebelum gadis itu datang. Kamu paham?"

Ia mendadak diam, namun tidak dengan kebingungannya. Ya, Agnes tahu, ada jarak yang begitu luas tercipta di antaranya dengan Ariel, belum lagi keberadaan Hans yang sudah seperti jurang dalam. Laki-laki itu begitu menentang pertemuan mantan istrinya dengan sepasang anak kembar tersebut. "Kamu bercanda?" Agnes terkekeh miris.

"Nggak, saya serius. Di sini bukan salah kamu Agnes, bukan mau kamu dan menurut saya kamu sudah melakukan pengorbanan yang salah menurut Ariel tapi benar menurut Hans,"

Agnes menggigit bibirnya sejenak. Ia tidak akan melupakan pertengkaran terakhirnya dengan Hans di hari itu dan juga keputusan yang ia ambil karena kepentingan suaminya.

Bilang saja kamu sedang dengan Joe dan akan menikah di Jepang. Kemudian tinggalkan anak-anak saya dan jangan pernah bertemu dengan mereka lagi...

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang