CHAPTER 64

5.5K 272 27
                                    

Alvin tercengang selama beberapa saat sampai seuntai senyum terulas di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvin tercengang selama beberapa saat sampai seuntai senyum terulas di wajahnya. "Win, lo beneran?"

Gadis itu mengangguk lemah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi untuk mempertahankan Alvin yang sama di dalam hidupnya. Tidak hanya kali ini saja laki-laki itu mengaku cemburu karena kedekatannya dengan Ariel, berulang kali Alvin merasakan cemburu dan baru sekarang emosinya terluap pada Windi. Gadis itu tidak ingin sahabatnya berubah, apalagi karena soal cinta. Meski ini bukanlah pilihan yang diinginkannya Windi mencoba melawan. Walau ia tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya, Windi menghela napas pelan.

"Tapi inget, jangan pernah bikin gue kecewa," pinta Windi. "Satu kali aja lo berulah, semua akan berubah."

Alvin terdiam selama beberapa saat, Mawar kembali muncul di dalam pikirannya. Gadis yang tengah sakit itu tidak mungkin ia biarkan begitu saja. Namun keinginannya untuk bisa menjadi bagian dari hidup Windi sangatlah kuat dan mungkin lebih dari itu. Alvin tidak ingin Windi menjadi milik orang lain, apalagi menjadi milik Ariel. "Gue akan berusaha, gue janji."

Windi menundukkan kepalanya. Ia masih ingat buku bersampul kulit cokelat milik Ariel masih ada padanya. "Gue pulang, Vin. Mau bantu-bantu Bunda," alibinya.

Alvin tersenyum. "Hati-hati, gue sayang sama lo."

Dan yang terjadi berikutnya ialah gadis itu membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Alvin yang masih berdiri di sana. Tidak seperti seorang gadis yang biasanya terlihat bahagia saat tahu cinta pertamanya resmi menjadi kekasihnya Windi malah sedari tadi berjalan dengan kepala tertunduk. Alvin menyadari akan hal itu tapi ia memilih diam. Ia sebenarnya tidak begitu yakin dengan pilihan Windi yang terkesan seperti terpaksa. Tapi ada satu hal yang Alvin tahu, Windi juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Semuanya akan berjalan dengan baik karena terbiasa, Alvin meyakini hal tersebut.

Windi menghentakkan kakinya keras di atas paving lalu menaiki sepedanya dan mulai mengayuh. Di sepanjang perjalanan ia mengingat kejadian yang telah terjadi hari ini, tidak ia sangka sekarang Alvin resmi menjadi kekasihnya. Ia tahu Alvin adalah cinta pertamanya tapi gadis itu merasakan sesuatu yang berharga telah lepas dari dirinya. Sayangnya ia tidak tahu apa yang hilang, saat ia mulai mencari-cari buku bersampul kulit cokelat milik Ariel muncul di dalam benaknya. Gadis itu mengayuh sepedanya lebih cepat dengan napas yang terengah-engah.

Apa yang salah?

Ia pun tiba di rumah saat toko kebetulan ramai dengan pembeli. Windi hanya membungkukkan tubuhnya sebentar usai turun dari sepeda lalu melenggang masuk melewati pagar rumah yang kebetulan tengah terbuka.

Sesaat Windi sempat menangkap pembicaraan para pembeli yang berada di sana, mereka bilang gadis itu sangat beruntung karena bisa bersekolah di sekolah elit sekelas Lavendius. Bunda yang mendengar itu lantas tersenyum, ia senang anaknya bisa menjadi kebanggaan keluarga. Sedangkan putrinya berpura-pura tidak mendengar apa-apa dan masuk ke dalam rumah setelah meletakkan sepedanya di halaman.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang