CHAPTER 90

4.1K 216 27
                                    

Anette menyaksikan itu dari mobil, air matanya meleleh ketika melihat Ariel yang seakan tak mau melepaskan Windi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anette menyaksikan itu dari mobil, air matanya meleleh ketika melihat Ariel yang seakan tak mau melepaskan Windi. Memang, Hans pernah berkata tentang hidup menghindari cinta dan sampai sekarang ia tidak tahu apa yang membuat pria itu bisa berkata demikian terhadap anaknya sendiri.

Ponselnya berdering, Hans tengah melakukan panggilan terhadap anak perempuannya. Setelah melakukan pertimbangan Anette memilih untuk mengangkat panggilan tersebut dan diam dalam waktu yang cukup lama sampai ayahnya membentak.

[Halo, nak. Ada apa tadi menelepon?]

[Anette, kamu di sana?]

[Halo, tolong jawab Papa!]

[Anette, jangan main-main!!]

"Papa seharusnya yang nggak main-main!" timpal Anette memberanikan diri.

[Maksud kamu apa?]

"Jujur sama Anette! Kenapa Mama sama Papa harus cerai?!"

Sejenak Hans terdiam di ujung sana. [Itu adalah keputusan, Mama kamu telah memiliki pilihannya sendiri. Lagi pula untuk apa kamu bertanya soal itu?]

"Papa bohong!! Anette udah tahu semuanya!!"

[Tahu soal apa kamu?!]

"Tahu soal Papa yang minta Mama buat pergi ninggalin kita!!" Anette tidak kuasa menahan tangisnya lagi. "Hati Papa ada dimana sebenernya? Kenapa Papa tega jadiin kita korban? Kenapa?! Jawab Anette, Pa!!"

[KARENA PAPA INGIN KAKAK KAMU MENJADI PEMIMPIN IDEAL BAGI LIMANTARA GRUP!! MAMA KALIAN SAMA SEKALI TIDAK DAPAT MEMBANTU ITU, PAHAM?!]

Dalam tangisnya Anette mencoba untuk tetap berbicara. "Dengan cara menghindari cinta? Begitu caranya?" tanyanya lirih namun mengena.

Dan yang terjadi selanjutnya Anette hanya bisa mendengar suara bip-bip. Hans memutuskan untuk menutup sambungan telepon terhadap anak bungsunya. Masih sambil berada di dalam mobil dengan jarak beberapa meter dari lapangan gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dalam hati ia bertanya-tanya.

Apa ada yang salah dengan Papa?

Ariel juga bertanya demikian sambil terus memeluk Windi. Mengapa harus seperti ini? Mengapa rasanya sangat menyakitkan seperti luka tidak akan pernah lepas dari kehidupannya? Bahkan ia sendiri tidak memiliki kekuatan untuk menanyakan semua itu secara langsung.

"Hans, saya tidak tahu sejak kapan tepatnya. Dia memilih untuk menjadi yang seperti sekarang dengan alasan semua berbeda ketika kakek kamu memintanya menjadi pewaris Limantara Grup," tukas Joe sedikit melanjutkan. "Waktu kita masih duduk di bangku sekolah dia dikenal sebagai siswa yang cerdas dan memiliki kepribadian langka. Dia sangat tertutup dan terkadang bisa tertawa begitu lepas, meski saya adalah teman terdekatnya Hans tidak pernah menceritakan sebagian dari rahasianya terhadap saya. Begitu juga kepada mendiang kakek kamu,"

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang