CHAPTER 16

8.7K 449 15
                                    

Ariel baru saja meletakkan tasnya di atas meja dan duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ariel baru saja meletakkan tasnya di atas meja dan duduk. Belum ada anak-anak, hanya dia seorang diri. Sebenarnya ia tidak pernah datang sepagi itu, ia juga tidak peduli bila telat toh ia bisa saja memarahi gurunya sendiri bila berani membentaknya. Tapi entah, ia malah datang tepat pukul enam, dimana jam itu suara cicitan burung masih terdengar jelas.

Dalam hening, Ariel menghela napas. Bayang Windi mendadak muncul di dalam pikirannya. "Ariel lo jangan gila!" bentaknya pada diri sendiri sambil memukul meja. Ia merasa cukup kesal dengan keadaannya akhir-akhir ini, memikirkan gadis itu bagai didatangi setan tepat di depan muka. Membuatnya benar-benar menjadi takut dan kepikiran. Menimbulkan perasaan yang menurutnya sangat aneh dan berbeda. Ariel sungguh tidak menyukainya.

Gusar, ia pun meninggalkan kelas, membiarkan kaki-kakinya membawa lelaki itu semakin jauh, menuju area parkir. Di tempat itu hanya ada beberapa mobil yang terparkir, masih bisa dihitung oleh jari jumlahnya. Ia mengedarkan pandangan, berpikir mungkin saja ada sepeda Windi di sana. Tapi kenyataannya tidak ada, ia kembali berjalan, kali ini menuju gedung 2B.

Koridor sekolah begitu sepi bagai tidak ada napas. Ariel memasukkan kedua tangannya dan menaiki tangga ke lantai dua. Sejuknya udara pagi bisa dirasakannya, ia masih terus berjalan hingga pandangannya tertuju pada papan tanda kelas 11 IPS 2 yang terbuat dari kayu. Ariel menelan ludah, diintipnya isi kelas itu melalui celah pintu yang terbuka. Di sana ia melihat seorang gadis yang tengah tertidur di atas buku sambil tangannya masih kokoh memegang pena.

Ariel masih belum tahu siapa gadis itu, ia memberanikan diri untuk masuk dan mendekatinya. Dilihat dari posisi bangkunya Ariel jadi mengingat sesuatu. Ia pernah menarik keluar gadis yang tengah duduk menyalin tugas di bangku yang sama. Ia memutuskan untuk menjauh, tapi sayangnya terlambat. Derap langkah lelaki itu malah membuat siswi tersebut terbangun.

"Heh, ngapain lo?!" Windi membelalakkan matanya kala mendapati Ariel berada tidak jauh dari bangkunya.

Ariel mendadak salah tingkah, keningnya begitu saja berkerut kala suara Windi menggedor gendang telinganya. "Emangnya kenapa? Terserah gue dong."

"Lo mau bikin ulah lagi?" Windi dengan sigap mengacungkan ujung penanya pada Ariel usai berdiri. "Jawab!"

Ariel terkesiap dengan mulut setengah terbuka. "Lo mau apain gue pake bolpen itu?"

"Lo macem-macem sama gue pagi ini gue nggak akan pikir panjang buat colok mata lo!"

Ariel memegang pergelangan tangan Windi yang tengah mengacungkan pena itu lalu menyunggingkan senyum. Namun dengan gerakan cepat Windi memutar pergelangan tangannya dan ganti memelintir lengan Ariel. "Ah, gila lo! Sakit! Ah!" lelaki itu meringis kesakitan.

"Lo jangan macem-macem lagi! Gara-gara lo gue jadi ikut simulasi susulan!" bentak Windi.

"Lepasin tangan gue! Sakit! Ah!" kemudian Windi menghempaskan lengan lelaki itu secara kasar.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang