Fraus (Selingkuh)

101 8 3
                                    

Yasmine merasa bahwa akhir-akhir ini dirinya tak bisa mengontrol emosinya. Beberapa kali dia mendesah pelan berharap rasa gundah dan gelisahnya akan sirna.

"Aku yakin pernah melihatnya!? Tapi dimana ya?" ujar seseorang yang membuat Yasmine semakin lemas dan lelah. Yasmine hanya menatap kosong dua gadis yang sedang asyik membicarakan Aparicio.

"Benarkah, dimana!?" balas gadis di depan Icha.

Namun orang yang ditanya, sedang mengingat-ingat sesuatu. "Aku lupa." jawab Icha sambil nyengir.

"Hoooo, kirain beneran!! Udah ditunggu juga." gerutu teman sekelompok Icha itu.

"Tapi suer deh, wajahnya itu gak asing!! Aku memang pernah melihatnya tapi dimananya, aku lupa." bela Icha tak terima, namun temannya tak menggubris dan memilih untuk melanjutkan makan siangnya.

"Kamu memang sejak kemarin sudah mengatakan hal itu, tapi kamu selalu bilang lupa." cibir Yasmine.

Icha yang mendengar ucapan Yasmine, nyengir lebar sambil mengelus tengkuknya. Wajah Icha memperlihatkan bahwa dia sedang malu, sedangkan sahabatnya tertawa kecil.

***

Cindya menatap layar handphonenya senang dan penuh antusias. Namun di saat yang bersamaan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dia sangat bahagia saat laki-laki yang sangat dicintainya, mengajaknya berkencan. Tapi entah kenapa dirinya juga merasa ada yang aneh dan janggal. Namun Cindya tak ingin terlalu memikirkan hal itu.

"Mungkin aku terlalu parno!?"

Tampa disadari gadis itu, Yasmine sudah datang dan duduk disampingnya. Begitu Yasmine tiba, dia langsung cemberut.

"Arrh, kamu bikin aku kaget aja!? Kapan kamu datang?" cibir Cindya kaget, namun seketika wajahnya berubah normal.

Tapi Yasmine masih diam dan tak meminta maaf kepada Cindya. Sudah beberapa menit berlalu, Cindya terus menyerang Yasmine dengan berbagai pertanyaan. Namun Yasmine masih pada posisi sama dan menjawab pertanyaan Cindya seperlunya saja. Membuat Cindya mendengus kesal.

"Yasmine, Aparicio menyukai gadis Iain." ucap Cindya pelan. Tapi berkat kepekaan telinga Yasmine, ucapan Cindya berhasil membuat gadis itu mendonggakkan kepala dan menatap orang di sampingnya.

"Itu pertanyaan atau pernyataan?"

"Aku serius." Gerutu Cindya.

"Aku memang sudah menduga sejak awal... Walaupun sakit tapi, aku juga tidak mau jauh darinya." ujar Cindya yang menatap Yasmine dengan polosnya, diiringi senyuman tipis.

"Da-dari mana kamu tahu?" tanya Yasmine dengan mata melotot.

"Dia bilang pada ku saat kami makan bersama."

Yasmine tak dapat menahan keterkejutannya lagi. Tapi dia juga tahu betul, bahwa semuanya adalah hasil dari perbuatannya yang amat jahat.

"Ayolah, memang ada ya cowok ngaku kalo dia buaya? Mungkin dia cuma ngetes kamu doang." hibur Yasmine.

"Tapi-"

"Sudahlah! Yang terpenting kalian sudah bersama dan satu lagi kalau memang itu benar, setidaknya dia tipikal cowok yang jujur." ujar Yasmine sambil menggenggam erat tangan Cindya yang sejak tadi terus meremas ujung roknya.

"Aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Percayalah pada ku!" perintah Yasmine halus. Cindya membalas senyum Yasmine dengan anggukan kepala dan senyum tipis yang kelewat manis.

"Kapan aku tidak percaya pada mu?" goda Cindya seraya melepas tangan Yasmine dan pura-pura risih. Seketika keduanya saling tertawa dan kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.

Apakah yang aku lakukan tidak keterlaluan?
Batin Yasmine saat mencoba mengoreksi perbuatannya.

"Yasmine, apa kamu sudah mendengarnya?" panggilan Cindya.

Yasmine tersenyum hambar dan keluar dari pikirannya. Namun disaat yang bersamaan tak jauh dari meja kedua gadis itu, ada sekelompok orang yang sedang berbincang dengan volume keras. Sekeras toa masjid.

"Ayolah, kamu percaya berita seperti itu?" tanya perempuan cantik yang dikucir ekor kuda.

"Sumber ini hampir 90% akurat tahu." protes salah satu perempuan yang sedang asyik membaca sesuatu di smartphonenya.

"Kamu jangan seperti orang kudet deh!! Ini lagi booming tahu." ujar perempuan lainnya.

"Yakin? Bukan cuma trik perusahaan agar harga saham naik?" tebak satu-satunya perempuan yang sejak tadi tak memegang smartphone.

"Yakin lah, ini kan berita mengenai kebersamaan Pak Anthony dengan seorang gadis yang tertangkap kamera sedang berduan di sebuah cafe." ucap antusias perempuan yang duduknya ditengahi dua perempuan lainnya.

"Benerkah, kalian membaca berita tentang Pak Anthony...Anthony Russel?" Dijawab anggukan oleh dua teman perempuannya, tanpa melihat lawan bicaranya.

Yasmine semakin kesal dengan keempat perempuan itu, begitu tak sengaja dirinya mendengar hal itu. Bukan karena sebab lain, tapi Yasmine paling kesal ketika mendengar seseorang membicarakan orang lain.

Yang benar saja!? Mereka semua membicarakan atasan mereka sendiri.
Batin Yasmine prihatin.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Cindya. Dari semua itu, sesuatu paling Cindya khawatirkan adalah gadis yang sedang makan disampingnya.

"Jangan coba-coba!" cegah Yasmine saat sadar apa yang akan dikatakan Cindya.

Cindya yang mendengar perkataan Yasmine, langsung memajukan bibirnya.

"Baru juga mau berbuat baik, udah di cut aja!?" Gerutu Cindya sebal.

***Cahaya Yang Tak Ternilai***

22 Juni 2018

A/N :

Maaf ya buat chapter membosankan ini...
Maklum aja, otak lagi gak bisa diajak kerjasama...

Jangan lupa vote and comment...

Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang