Iustum (Hak)

97 4 0
                                    

Author POV

Ammanda berjalan dengan anggun memasuki sebuah cafe mewah. Perempuan itu menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung cafe. Tak sedikit yang berbisik-bisik. Ammanda tak ambil pusing dengan semua fenomena itu.

"Maaf ya aku terlambat," sesal Ammanda pada beberapa perempuan satu kelompok sosialitanya.

"Nggak papa, santai aja!"

"Kita sih maklum aja." Ammanda mengernyitkan alisnya. Masih, tak mengerti arah pembicaraan.

"Oh ya, ngomong-ngomong... Gimana keadaan Yasmine?" Celetuk Anna yang berhasil menyerang Ammanda telak.

"Oh ya, aku dengar putri mu ditabrak mobil?"

"Aku kira itu cuma hoax, ternyata benar kejadian!?"

"Lalu gimana keadaanya sekarang? Semoga dia baik-baik saja."

Cuit heboh teman-teman sosialita Ammanda. Hanya Ammanda seorang saja yang bisu seribu bahasa. Perempuan itu masih tak mengetahui arah pembicaraan. Bahkan Ammanda tak mengetahui bila Yasmine mengalami kecelakaan.

"Soal itu..." Ucap Ammanda tergantung.

"Kalau tidak salah, bukankah Yasmine menjadi tajuk utama dibeberapa stasiun televisi dan media cetak belakangan ini?" Anna kembali meniup angin di atas bara api.

"Benarkan?"

"Oh, Anna juga tahu!?"

"Tidak hanya Anna. Aku juga menonton putri Ammanda loh."

"Putri mu terlihat sangat cerdas dan cantik di televisi." Goda lainnya.

"Ya, jelas cerdas lah! Bukankah dia seorang dokter?" Tanya seseorang berusaha memastikan.

"Pantas saja selama ini kau menyembunyikan. Ternyata dia permata yang sangat berharga!?" Gurau seseorang yang diikuti gelak tawa beberapa orang.

Ammanda yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam. Jangan sampai dia salah bicara atau semuanya akan terbongkar. Anna yang tahu betul dengan situasi Ammanda atau ketidaktahuan perempuan itu tentang Yasmine, tertawa puas didalam hati.

***

Ammanda masih belum yakin dengan keputusannya. Perempuan itu kini sudah berada di depan salah satu rumah sakit milik Russell Group's. Lebih tepatnya rumah sakit tempat Yasmine dirawat.

Ammanda langsung pergi ke rumah sakit itu setelah selesai dengan acara kumpul bersama kelompok sosialitanya. Bermodalkan buah tangan dan kepercayaan diri yang segunung stoknya. Ammanda dengan penuh kharisma berjalan kearah resepsionis.

Petugas resepsionis langsung berdiri dan memberikan hormat pada Ammanda yang dibalas dengan senyuman. Senyuman angkuh, seolah mengatakan—Nyonya Russell datang. Setelah Ammanda mengetahui kamar tempat Yasmine dirawat. Ammanda meninggalkan meja resepsionis. Dokter, perawat dan pegawai yang berkerja di rumah sakit itu memberikan hormat pada istri pemilik rumah sakit itu. Seperti sebelumnya, Ammanda memberikan senyuman andalannya.


Pintu lift terbuka tepat pada lantai 5, lantai VVIP. Lantai mewah dan jauh dari keadaan rumah sakit. Saking mewahnya, lebih mirip hotel bintang tujuh. Ammanda keluar dari lift dan membawa langkah kakinya ke kamar rawat Yasmine. Sepanjang perjalan, pegawai selalu memberikan hormat pada Ammanda.

Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang