Ballroom sudah dihiasi oleh berbagai pernak-pernik pesta resepsi. Tamu-tamu sudah berdatangan. Beberapa menit lagi acara akan dimulai.
Semua orang yang Yasmine kenal, sampai tidak gadis itu tahu namanya memenuhi ballroom tempat resepsi Cindya dan Aparicio diadakan. Meski ini adalah hari yang penting bagi sepupu sekaligus sahabatnya, Yasmine memasang wajah bete. Bayangkan untuk datang ke acara resepsi Cindya saja, Yasmine harus begadang dua hari dua malam.
Menjadi pewaris dua perusahaan menyita banyak waktu dan tenaganya. Tanggungjawab dan moril yang dibebankan di pundak gadis itu membuatnya tak bisa begitu saja datang ke acara resepsi saudara sepupunya tanpa menyelesaikan semua pekerjaannya.
"Pa... Ma," panggil Yasmine pada pasangan yang berdiri membelakanginya.
"Kapan kamu datang?" Anthony memeluk putrinya yang selalu dirindukannya.
"Baru saja?" Yasmine melepaskan pelukan Anthony.
"Bagaiman kondisi mama sekarang?" Yasmine mengalihkan pandangannya pada wanita cantik di sebelah Anthony.
"Seperti yang kamu lihat sekarang." Balas wanita itu. Meski wajahnya pucat, senyumannya masih sedap di mata.
"Syukurlah." Tampa memberi peringatan, Yasmine langsung berhamburan memeluk wanita itu. Ammanda yang tidak menyangka akan mendapatkan pelukan dari Yasmine sempat terdorong kebelakang.
"Aku takut... Hiks hiks hiks... Kalau aku tidak bisa melihat Mama lagi." Bisik Yasmine masih memeluk erat Ammanda.
"Tenanglah. Sekarang Mama ada disini." Ammanda berusaha menenangkan putrinya.
"Apa ini? Bagaimana bisa kamu menangis di acara resepsi saudara sepupu mu?" Ammanda mengusap air mata di wajah Yasmine.
Anthony tersenyum bahagia melihat interaksi putri dan istrinya.
"Maafkan aku," sesal Yasmine seraya menatap sendu Ammanda. Entah mengapa gadis itu tak bisa mengontrol emosinya. Mungkin karena terlalu memaksa diri untuk bekerja, makanya tubuhnya tidak pada kondisi terbaik.
"Sudahlah! Basuh muka dulu sana. Jangan sampai orang-orang melihat wajah jelek mu ini." Kekeh Anthony.
"Ih, apaan Papa ini." Gerutu Yasmine yang semakin membuat Anthony tertawa.
"Bersihkan wajah mu. Papa akan menjaga mama mu disini." Yasmine tersenyum dan dibalas anggukan oleh Ammanda.
"Bukankah Yasmine itu manis?" Gumam Anthony setelah Yasmine pergi.
"Dia juga sangat penurut." Celetuk Ammanda.
"Bukankah dia seperti diri mu." Kekeh Anthony yang dibalas sodokan dari Ammanda tepat di perut pria itu.
***
Yasmine menatap pantulan dirinya di cermin. Gadis itu menghela nafas. Bohong jika Yasmine tidak khawatir dengan mamanya. Meski hubungan mereka sebelumnya tidak terlalu baik, Ammanda mau bagaimanpun tetaplah wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Dibalik sikap Ammanda yang kejam dan kuat, wanita itu masih memiliki sisi lemah. Yasmine menepuk-nepuk wajahnya pelan, berusaha mengenyahkan segala pikiran buruknya. Suara dering handphone, membuyarkan lamunan Yasmine.
Yasmine!?
Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?
Yasmine tolong aku!!
Tiga pesan masuk dari Cindya, membuat Yasmine bingung dan baru saja Yasmine hendak keluar, Ammanda masuk.
"Mama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]
Teen FictionCerita seorang gadis untuk meraih cita-cita menjadi seorang dokter. Setelah orang yang sangat dia sayangi menderita sakit parah. Perjalanan melawan kehidupan yang menghianatinya sejak lahir. Sampai akhirnya dia menemukan arti hidupnya yang sesungg...