Semilir angin pegunungan bergerak perlahan membelai dan membawa kesejukan di tengah teriknya sinar mentari di langit. Pemandangan langit terlukis dengan indah. Awan putih bergerak mengikuti sang angin akan membawa mereka.
Di sanalah berkumpul beberapa orang. Tua-muda, wanita-pria saling bercengkrama. Beberapa tikar sudah terpasang rapi dilengkapi beberapa hidangan yang tersaji. Lalu beberapa orang duduk melingkar. Canda tawa dan senyuman menambah keindahan pemandangan pegunungan.
"Manda, kapan putri mu datang?"
"Mungkin sebentar lagi Bu," jawab Ammanda seraya menoleh kearah Victory, ibunya.
"Kau ini!? Jika dibiarkan terus, jagungnya bisa gosong. Sebenarnya apa yang kamu bisa sih." Anna mengambil alih penjepit di tangan Ammanda.
"Makanya belajar masak!" gerutu Anna kesal.
"Jangan salahkan aku dong! Lagian kenapa juga aku harus belajar masak..." Ammanda menjeda ucapannya.
"Kalau aku punya adik yang jago masak," Ammanda tersenyum tulus. Sampai-sampai Anna yang melihatnya terperangah, tak percaya jika kakaknya bisa sangat cantik saat tersenyum.
"Hei, itu gosong!?" Pekik Ammanda menyadarkan Anna.
"Tadi aja ngomel-ngomel, sekarang siapa yang membuat jagungnya gosong?" Goda Ammanda dan Anna memutar matanya malas.
Anthony tersenyum melihat kedekatan Ammanda dan Anna. Keduanya sudah seperti kakak-adik. Mereka memang kakak beradik, meski kadang-kadang masih bertengkar atau bersaing dalam hal-hal kecil.
"Manda, Anna, kapan putri kalian datang? Kenapa lama sekali? Apa mereka tersesat?" Tanya Victory pada kedua putrinya yang sedang asyik membakar jagung.
"Kak Manda sudah memberitahu Yasmine kan?" Tanya Anna yang sudah lelah terus mendengar pertanyaan yang sama dari ibunya. Ammanda tak menjawab pertanyaan Anna, wanita itu justru tersenyum mendengar Anna memanggilnya kak dan juga nama kecilnya.
"Apa kau sudah dirasuki salah satu penghuni tempat ini?"
"Apa?"
Anna memutar matanya malas, "Aku tanya apa kakak sudah memberitahu Yasmine tentang piknik dadakan ini?" Ulang Anna.
"Sudah kok. Yasmine bilang dia bisa datang. Tapi kenapa sampai sekarang dia belum datangnya ya?"
"Jika Yasmine sudah datang, tidak mungkin ibu terus saja bertanya kapan Yasmine datang." Gerutu Anna membuat Ammanda tersenyum kikuk.
"Sini, biar kami saja yang membakar jagungnya!" Ucap Carl yang datang bersama Anthony.
"Kalian sebaiknya temani ibu. Aku sudah lelah mendengar pertanyaannya yang sama." Tambah Anthony.
Anna dan Ammanda mengalah, keduanya membiarkan para pria yang membakar jagung. Sedangkan keduanya duduk bersama Tuan-Nyonya Russell dan Victory.
"Apa kalian benar-benar sudah memberitahu Cindya dan Yasmine tentang piknik ini?" Tanya Victory santai tapi terdengar tegas di telinga Ammanda dan Anna yang baru saja mendekat.
"Ibu biarkan kami duduk dulu kenapa." Protes Anna yang kesal pada ibunya.
"Piknik ini ditujukan untuk kumpul semua anggota keluarga. Lalu bagaimana putri kalian tidak datang?" Victory memarahi Ammanda dan Anna.
"Salah ibu sendiri, mengadakan piknik dadakan. Sudah tahu kami semua sibuk. Apalagi kedua cucu ibu yang jadwalnya padat." Ucap Anna tanpa menjawab pertanyaan Victory.
"Itu gunanya piknik ini diadakan. Agar putri kalian tidak terus-menerus sibuk dengan urusan mereka." Ucap Victory tak mau kalah. Ammanda sendiri hanya diam. Sejak dulu, perempuan itu memang lebih memilih tak ikut campur dalam perdebatan antara Victory dan Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]
Teen FictionCerita seorang gadis untuk meraih cita-cita menjadi seorang dokter. Setelah orang yang sangat dia sayangi menderita sakit parah. Perjalanan melawan kehidupan yang menghianatinya sejak lahir. Sampai akhirnya dia menemukan arti hidupnya yang sesungg...