17.) Aemulor (Iri)

89 10 4
                                    

Author's POV

Di cafe yang terkenal dan merupakan sarangnya orang yang berduit untuk membuang uang mereka. Ada beberapa orang asyik ngobrol dan saling bercanda. Cafe yang besar dan lengkap fasilitasnya membuat mereka betah. Dari luar saja sudah terlihat kalau cafe itu berkelas dan bagus.

Dan disanalah Ammanda bersama empat orang lainnya, asyik ngobrol ria dan bersua foto. Mereka sedang makan siang setelah puas berbelanja seharian. Beberapa perempuan itu termasuk Ammanda, tergabung dalam kelompok yang anggotanya terdiri dari orang penting dan istri orang penting.

Dalam pengertian singkatnya adalah kelompok orang kaya. Kelompok yang Ammanda ikuti memang tak memiliki nama resmi, tapi anggotanya sering mengadakan kegiatan bakti sosial. Dan jadwal hari ini adalah shopping. Bukan masalah untuk mereka, shopping sekali dalam seminggu. Bahkan mayoritas perempuan dalan kelompok itu, bisa shopping tiap hari. Selama mereka ingin dan ada waktu.

"Kapan putri mu menikah?" Tanya seorang perempuan yang berbadan gemuk.

"Bulan ini. Jangan lupa, pada datang ya!!" Jawab perempuan yang sejak tadi memakai kacamata hitam besar. Alasannya tadi malam tak bisa tidur di pesawat. Dia tak mau lingkaran hitam dan kantung matanya terlihat.

"Oh ya!? Nyonya Anna, bukanya putri mu baru saja bertunangan?" tanya perempuan berkacamata. Semua orang memusatkan perhatian kearah perempuan yang dipanggil Anna itu. Anna menarik nafas sebelum menjawab.

"Rencananya sih begitu?! Tapi karena dia dan calon tunangannya sepakat untuk tidak terburu-buru." jeda beberapa detik.

"Jadi cancel?" celetuk seseorang.

Dan Anna kembali jadi pusat pandangan semua orang. "Gimana ya? Mereka sih bilangnya mau saling mengenal satu sama lain dulu." jawabnya yang diikuti oh-han beberapa orang.

Ammanda sebenarnya tidak tertarik dengan topik pembicaraan saat ini. Walaupun begitu dia tak bisa menunjukan, jadi dia pura-pura menyimak pembicaraan itu.

"Aku dengar-dengar putri mu dijodohkan dengan putra tunggal keluarga Wilson?" celetuk seseorang.

Anna tersenyum bangga dan meminum minumannya. Berbeda dengan Ammanda yang terkejut dengan hal itu. Ada keterkejutan dan kemarahan di dalam diri Ammanda, tapi dia sebisa mungkin untuk stay cool.

"Jadi kabar itu benar adanya?!" Seru perempuan yang sejak tadi diam dan hanya menyimak.

Semua orang kagum dan memberi selamat padanya. Hal itu membuat Ammanda tambah jengah dan jengkel. Berbeda dengan Anna yang nampak tersenyum tipis.

"Gosip memang menyebar cepat!? Seperti api." ujar Anna yang memperlihatkan sisinya wibawanya.

"Oh ya, Nyonya Ammanda disini cuma anda yang tidak pernah cerita tentang putri mu. Apa kabarnya sekarang?" tanya perempuan yang duduk di depannya.

Mata Ammanda membulat sempurna dan dia melihat semua orang yang tengah menatap kearahnya horror. Dia juga bisa melihat seseorang yang sedang tersenyum sinis padanya. Ammanda dapat merasakan bahwa dirinya sedang disumpah serampahi oleh perempuan yang menatapnya sinis itu. Dia pun dapat menebak apa yang sedang dipikirkan tentang dirinya.

"Benarkah!?" jawab Ammanda gelagapan dan meminum minumannya, untuk menutupi kegugupannya. Semua orang mengangguk membuat Ammanda menelan kasar ludahnya.

"Karena gak ada yang spesial dan menarik darinya yang patut aku ceritakan." Jawabnya datar. Semua orang saling memandang dan mengerutkan alis.

"Apakah seperti itu? Tapi masa kamu tidak mau menceritakan tentang putri tunggal mu itu!?" tanya Anna datar.

Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang