32.) Finis (Akhir)

99 7 0
                                    

Yasmine merasa semuanya yang dilakukannya salah, tapi jika dia tak melakukannya. Aparicio akan selalu membuat Cindya sedih dan tentu saja Yasmine tak menginginkan hal itu.

Sudah hampir dua hari, baik Aparicio maupun Cindya tidak ada yang memberikan keputusan. Walaupun dia ingat kalau Cindya sudah menyerah dengan Aparicio. Tapi Yasmine juga ingat, bahwa Cindya masih sangat berharap dapat bersama pemuda itu.

Yasmine mengetahui bahwa masalah sahabatnya itu, terletak pada Aparicio. Meskipun Yasmine menyerahkan keputusan sepenuhnya pada Aparicio. Hal yang sangat diinginkan dari gadis itu adalah Aparicio segera menerima cinta dari Cindya.

"Maaf, saya tidak seng-" ucapan Yasmine tertahan di tenggorokan, saking terkejutnya.

"Papa!?" panggil Yasmine tanpa sadar ketika melihat orang yang baru saja bertabrakan dengannya adalah seseorang yang dia kenal. Amat, tapi itu dulu.

Orang itu juga tak kalah terkejut, ketika mendapati gadis di depannya. Ada perasaan senang, sedih, takut dan bingung yang tiba-tiba memenuhi seluruh hatinya.

Keduanya masih diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Bahkan tak ada kata yang meluncur dari kedua bibir mereka. Kecanggungan sangat terasa diantara keduanya.

Setelah peristiwa pertemuan yang tak disengaja dan disebut dengan istilah takdir. Anthony dan Yasmine pun mencari tempat yang lebih nyaman untuk ngobrol. Sejak tadi Anthony terus saja tersenyum bahagia. Kebahagiaannya tak lain karena dia melihat gadis di sampingnya sangat sehat dan tumbuh dengan baik. Untuk sekian tahun akhirnya, dia dapat berada di dekat putrinya.

"Jadi semua hadiah itu ulah papa?" Yasmine membuka pembicaraan. Anthony hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah kenapa dia merasa sangat gugup.

"Sejak kapan? Sudah berapa lama papa tahu aku bekerja disini?" lanjut Yasmine. Anthony memasukkan kedua tangan ke saku celananya.

"Sudah hampir sebulan ini," jawab Anthony tenang.

"Kenapa papa selalu mengosongkan nama pengirimnya?" Tanya Yasmine lagi.

"Soal itu-"

"Mulai sekarang anggaplah papa tidak pernah melihat ku!! Kalau perlu lupakan bahwa papa mengetahui keberadaan ku!!" ucap Yasmine tegas, seraya melangkah pergi.

"Bukanlah, kau menanyakan alasan ku tidak pernah mencantumkan nama ku di setiap barang itu?" ucap Anthony lirih sambil melihat lurus ke luar jendela.

Walaupun pelan, telinga Yasmine dapat mendengar dengan jelas. Karena disana sangat sepi dan cuma ada dua orang saja. Entah apa alasannya, ucapan Anthony dapat menghentikan langkah Yasmine.

"Aku tahu, jika kamu mengetahui pengirim semua barang itu. Kamu tidak akan pernah menerimanya." Anthony membalikan badannya, sehingga matanya dapat melihat jelas punggung gadis di depannya.

"Kalau sudah tahu, kenapa tetap nekad mengirimkannya? Toh ada atau tidak nama pengirimnya, aku tidak akan pernah menerimanya." balas Yasmine dingin.

"Apalagi, jika itu adalah diri mu." Lanjut Yasmine lirih.

Anthony tertawa hambar, ketika mendengar ucapan terakhir dari Yasmine. Dan dia juga menutupi kekecewaannya dengan senyuman tipis yang dia paksakan. Anthony tak ingin siapa pun, mengetahui kekecewaan yang dia rasakan. Terutama gadis di depannya. Walaupun tak ada orang lain disana dan posisi Yasmine juga membelakangi Anthony yang tak mungkin dapat melihat ekspresi lawan bicaranya.

"Aku tahu aku sangat terlambat, tapi-"

"Mungkin jika anda sudi untuk memberikan langsung pada ku, mungkin aku bisa mempertimbangkannya." Potong Yasmine.

Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang